Kembali ke Masa Lalu : Menikahi Suamiku Lagi

Kembali ke Masa Lalu : Menikahi Suamiku Lagi

Oleh:  RibyNabe  On going
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
10
3 Peringkat
55Bab
1.0KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Leticia Ramona menikahi pria asing yang kebetulan ada di gereja tempat ia akan menikah dengan pria yang dijodohkan dengannya. Di kehidupan kedua ini, ia nekat membelot dari rencana sang ibu tiri demi menghindari kematiannya. Ia juga berjanji tidak akan bersikap naif lagi dengan menuruti semua keinginan ayahnya. Leticia akan memilih jalan hidupnya sendiri dan membalas dendam pada keluarga yang telah menyiksanya selama ini! Bagaimanakah perjalanan balas dendam Leticia saat ia justru melakukan kesalahan pertama di kehidupannya kali ini dengan menikahi orang yang sama dengan di masa lalu?

Lihat lebih banyak
Kembali ke Masa Lalu : Menikahi Suamiku Lagi Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen
user avatar
CitraAurora
semangat update kak
2023-12-21 19:29:30
2
user avatar
Rai Seika
Semangat terus, Thor
2023-12-13 00:41:13
1
user avatar
RibyNabe
You did a great job, My Dear! Don't be insecure and be confident with your novel ...
2023-11-22 20:06:05
1
55 Bab
Bab 1. Kembali Ke Masa Lalu
"Apa kau mengerti dengan apa yang kukatakan, Leticia? Kau tidak memiliki pilihan selain menikah dengan Tuan Castellano atau hidup ayahmu akan berakhir!" Rasa sakit menjalari rahangnya yang berada dalam cengkraman kuat seseorang. Kuku-kuku panjang miliknya yang menyentuh pipi gadis cantik itu terasa seakan menusuk kulit mulusnya. Namun, tidak sedikitpun gadis bernama Leticia ini menunjukkan ekspresi kesakitan. Alih-alih meringis, Leticia menatap wanita berlipstik merah merona tersebut dengan tatapan terkejut. 'Gabriella?' ucapnya dalam batin, setengah tidak percaya pada apa yang kini dilihatnya. Wanita bernama Gabriella itu melepaskan cengkramannya pada rahang Leticia dengan kasar, membuat wajahnya menoleh ke samping. Leticia merenung dan memikirkan semua kejadian ini. Belum lama, tetapi suara Gabriella kembali terdengar. "Kau dan dia hanya akan menikah secara hukum, jadi tidak ada pengucapan sumpah di altar." Kalimat yang diucapkan oleh Gabriella sama persis seperti yang ada di in
Baca selengkapnya
Bab 2. Berusaha Melarikan diri
"Nona Ramona!" Suara besar dari dua pria di belakangnya kembali terdengar, menyadarkan Leticia. Leticia menunduk kembali tanpa berani menoleh ke belakang, mengetahui orang-orang itu sudah menangkapnya. Sekang riwayat dan takdirnya sudah tidak bisa berubah. Ia akan menikah dan menjalani kehidupan menyedihkan tersebut sekali lagi dan mati. "Nona?" Di tengah degup jantung Leticia yang putus asa, suara bariton khas milik pria di depannya sekali lagi terdengar. Tangan miliknya masih terulur begitu juga ekspresi wajah dan tatapannya yang tidak berubah. Perlahan, Leticia menerima uluran tersebut dan pria itu membantunya berdiri. Ia bahkan menahan tubuhnya yang tak seimbang karena luka di kakinya. "Nona Ramona, Nyonya sudah menunggu Anda dan sebentar lagi pernikahan akan dilangsungkan," ucap salah satu bodyguard Gabriella. "A-aku ..." gumam Leticia pelan setengah berbisik. "Leticia!" seru Gabriella dari kejauhan di ujung lorong. Suara wanita itu membuat jantung Leticia mencelos, sebelu
Baca selengkapnya
Bab 3. Takdir Leticia
"Apa kau ... serius?" tanya Leticia setengah tidak percaya pada apa yang baru dikatakan oleh Tytan. Tytan mengangguk sekali tanpa keraguan yang justru membuat Leticia semakin ragu. Saat sebuah keajaiban itu datang lagi, Leticia bertanya-tanya dan meragukannya. "Tytan, kau ..." ucapnya tanpa meneruskan perkataannya. Leticia berkali-kali menelan apa yang ingin ditanyakannya. Ia mempertimbangkan karena merasa pertanyaan tersebut agak kurang ajar untuk seseorang yang sudah menolongnya. Namun, ia tidak bisa menyingkirkan perasaan waspada ini begitu saja sebab semua terasa terlalu mudah. "Ada apa, Leticia?" tanya kembali Tytan yang masih memperhatikan gadis itu yang tampak ingin mengatakan sesuatu. "Tidak apa, aku, aku hanya terkejut dan tidak percaya. Kau tahu, kalau penawaran ini tidak ada untungnya bagimu," jawabnya dengan gugup karena berusaha menyembunyikan keingintahuannya. "Sekarang mungkin ya, tetapi tidak dengan nanti. Anggap saja jika aku sedang berinvestasi padamu." Leticia
Baca selengkapnya
Bab 4. Menikah Lagi
'Sepertinya aku kurang memperingatkannya,' gumam Tytan dalam batin dengan kesal. Pria itu tidak menyembunyikan tatapan tajamnya pada Gabriella. Meski auranya mengintimidasi, ketika melihat keberadaan Tytan, rasanya Leticia telah selamat dari sesuatu yang lebih berbahaya. Ia baru saja hendak berdiri dan menghampiri, tetapi dia lebih dulu bergegas mendekatinya. Berbeda dengan Leticia yang lega, ekspresi Gabriella kembali menegang ketakutan. Dia segera menyingkir tanpa berpikir dua kali, dan tanpa mengatakan apapun pergi keluar begitu saja. Setelah sebelumnya menatap tajam ke arah Leticia. Sudah Leticia duga jika wanita itu sama sekali tidak tulus. "Apa kau masih tidak mengerti cara kerja gelangnya?" tanya Tytan setelah ia mengalihkan semua atensi pada gadis itu. Leticia menatap gelang tersebut sebentar sebelum kembali mendongak pada Tytan. Ia memberikan senyuman sebelum menjawab, "Aku paham, tetapi tidak ada yang membahayakan. Dia tidak melakukan apapun karena kau datang." Tytan ti
Baca selengkapnya
Bab 5. Karma Untuk Gabriella
"Saya nyatakan kalian sebagai pasangan suami istri yang baru, selamat!" Begitu pernyataan dari sang pendeta diumumkan, Leticia segera membuka matanya dan menjauhkan wajah mereka yang sangat dekat. Suara tepuk tangan yang cukup riuh dari bangku tamu terdengar. Entah sejak kapan mereka—para bodyguard Tytan—mengisi bangku-bangku kosong itu. Pipi Leticia yang telah memanas karena malu, semakin mengeluarkan rona merah alami. Tytan tidak mengindahkan apa yang ia katakan tadi, entah dia tidak mendengarnya. Leticia kini sama sekali tidak bisa mengangkat wajahnya, bahkan bingung harus menatap kemana. "Silahkan tanda tangani buku nikahnya untuk dilaporkan pada pemerintah agar pernikahan kalian sah secara hukum." Suara pendeta membuat atensi Leticia beralih. Dengan tangan gemetar ia membubuhkan tanda tangannya, lalu kemudian Tytan. Setelah semua proses pernikahan selesai, pendeta itupun pergi. Barulah Leticia dan Tytan menoleh dan berbalik ke belakang. Saat itulah Leticia begitu terkejut, men
Baca selengkapnya
Bab 6. Dua Wajah
"Pria gila itu entah sedang membunuh siapa sekarang disaat anjing pemburunya menikah!" gerutu Gabriella, setelah satu kali percobaan telpon orang yang ditujunya tidak mengangkat. Memilih menyerah karena dugaan di dalam pikirannya, wanita itu menghembuskan napas panjang. Membenarkan kembali penampilannya sekilas sebelum melangkah keluar. Saat kaki jenjangnya baru menginjak lantai luar gereja, getaran ponsel di tangannya menghentikan langkah. Ia melihat sekilas nama di layar ponsel pintar miliknya sebelum menggesernya. "Akhirnya kau mengangkatku, Massimo," sapa Gabriella penuh penekanan akan sindiran. Semua umpatan dan kemarahan yang akan dilontarkan wanita itu tertahan karena telinganya menangkap sebuah suara bising di sebrang telpon. Seperti suara jeritan tertahan dan tembakan senjata api. Napas pria di seberang telpon juga terdengar terengah-engah. "Ka-kau sibuk?" tanya Gabriella pelan, menurunkan nada suaranya hingga sangat lembut. "Aku baru selesai dengan pekerjaanku, seperti
Baca selengkapnya
Bab 7. Rumah Tytan & Keputusan Berbeda (Revisi)
“Leticia …” “Leticia!” Ingin sekali Leticia membuka kedua matanya dan melihat siapa gerangan yang memanggil, tetapi tidak bisa. Rasanya terlalu berat dan sulit, seperti tubuhnya yang sudah sangat kaku. Suara asing yang memanggil itu bisa dipastikan milik seorang pria. Dari nada suaranya, ia terdengar sangat mencemaskan dirinya. Tidak ada sosok pria yang dikenalnya dengan baik selain ayahnya. Namun sayang, suara tersebut bukanlah milik sang ayah. "Leticia." "Leticia, kau baik-baik saja?" Sebuah tepukan pelan terasa di pipinya. Leticia sekali lagi berusaha untuk membuka mata perlahan meski rasa kantuk masih terasa. Tubuhnya kali ini tidak kaku ataupun kesakitan seperti sebelumnya. Pandangan buram miliknya perlahan semakin jelas memperlihatkan siluet wajah seorang pria tampan. "Leticia, kau baik-baik saja? Kau sudah bangun?" tanya suara tersebut terdengar kembali. Rasa pening menghantam kepala Leticia. Ia mengingat sebuah kilas balik masa lalu dimana dirinya sekarat tadi. Kini ia
Baca selengkapnya
Bab 8. Hanya Pernikahan Kontrak (Revisi)
‘Aku baru menyadari jika rumah ini ternyata dikelilingi pohon yang rimbun,” komentar Leticia ketika ia keluar dari kamarnya, menelusuri lorong sambil mencari kamar Tytan. Setelah mandi dan mengganti pakaian, Leticia memutuskan untuk menemui Tytan. Tidak dipungkiri jika ia memang lelah, tetapi setelah tubuhnya terkena air, rasa lelah itu tidak terlalu terasa. Sambil melihat-lihat rumah pria itu yang ternyata lebih indah jika diperhatikan lagi. Meski kesan gelap dan suram sangat kuat karena pemilihan warna cat dan furniturenya. Ditambah lokasi dari rumah ini sendiri menambah auranya. Alasan Leticia cukup berani untuk mencari kamar Tytan adalah karena ukuran rumah ini tidak terlalu besar. Hanya dua lantai, dimana lantai satu tidak ada kamar lagi. Bisa terlihat dari lantai dua jika hanya ada ruang tamu yang luas, dapur dan meja makan, juga satu kamar mandi. Ia bisa menebak jika Tytan ada di salah satu dari dua ruangan tersisa di lantai dua ini. Sebelum sampai di ruangan pertama, Leticia
Baca selengkapnya
Bab 9. Bagaimana Perasaan Tytan?
"Eugh ..." Lenguhan keluar dari mulut Leticia, merasakan sinar matahari yang rasanya begitu menyengat. Tanpa mengubah posisi, tangan Leticia berusaha menghalau sinar tersebut. Namun, tak ayal tetap terasa silaunya yang mau tak mau membuat gadis itu terbangun. Kali ini ia berguling ke samping, menghindari tempat dimana sinar matahari menyorot. Ini adalah pagi pertama di rumah Tytan. Tidak ada suara hiruk pikuk khas kota metropolitan. Yang ada adalah suara kicauan burung dan tetesan-tetesan air embun. Terdengar sangat menyenangkan, tinggal di rumah yang dikelilingi pohon rimbun seperti hutan. Sangat asri. "Jam berapa ini?" gumam Leticia sembari membuka matanya sedikit, melirik ke arah jam digital di atas nakas. Seperti kebiasaannya yang sudah terbentuk, tepat pukul 7.30 pagi gadis itu sudah bangun. Tidak peduli selarut atau secepat apapun ia tertidur, pada pukul itulah dirinya terbangun. Karena tidak bisa lagi kembali tertidur, Leticia mengubah posisi tubuhnya menjadi duduk. Mengump
Baca selengkapnya
Bab 10. Keraguan Gaspar
“Leticia,” panggil Tytan yang membuat gadis itu menoleh ke arahnya. Leticia menelan lebih dulu makanannya sebelum menyahut, “Ya?” “Aku harus segera pergi lebih dulu. Setelah kenyang, kau boleh beristirahat kembali atau berjalan-jalan di sekitar rumah ini.” Ia berdiri dari duduknya setelah mengatakan hal tersebut. Mendapatkan anggukan dari Leticia, barulah Tytan pergi dari meja makan. Netra obsidian yang menyorot tajam itu memandang ke arah tiga orang yang sibuk mengobrol dekat meja makan. Ia bisa melihat mereka bertiga dari sejak ketika bercakap-cakap dengan Leticia tadi. Melihat mereka membuat Tytan kesal dan merasa perlu menegur ketiga bodyguard-nya ini yang tampak menganggur. “Akhirnya akan ada romansa di kehidupan Tuan Muda.” Tytan menghentikan langkahnya ketika mendengar suara Diego. Ia berusaha memastikan jika pendengarannya tadi tidak bermasalah. Ia tidak percaya jika pembicaraan seperti ini akan menjadi topik di antara para pria yang sangat bengis ini ketika memegang senja
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status