Share

4. Menyerah

Author: Henny Djayadi
last update Last Updated: 2024-08-21 14:04:23

“Ini bukan tentang Ryan atau pun Miranda, ini tentang kita yang memang tidak bisa hidup bersama.” Lila berusaha tetap tenang menghadapi Sean. Entah apa yang membuat suaminya menunjukkan sikap berlebihan dengan sosok Ryan Aditya Mahendra.

“Berapa yang kau minta?”

Lila menunduk menyeka air mata. Apa pun tentang dirinya, Sean anggap bisa dinegosiasikan dengan uang. Segala urusan bisa diselesaikan dengan uang, termasuk urusan ranjang. Serendah itu Lila di mata Sean, anak sopir taksi yang menerima lamaran Sekar untuk dirinya. Jika bukan demi harta, lalu apa lagi?

“Aku tidak menginginkan apapun.” Tenggorokan Lila terasa kering, hingga dia harus menelan ludah untuk bisa melanjutkan kalimatnya. “Tak masalah, tanpa ada gono-gini, asal kita berpisah.”

“Jangan pernah membicarakan tentang perceraian lagi, atau aku akan menghentikan uang untuk pengobatan ayahmu.”

Ancaman yang terasa begitu mengiris hati Lila. Bukan bermaksud tidak berbakti kepada orang tua, tetapi Lila merasa sudah di ambang batas kemampuannya untuk bertahan. Ternyata Sean tidak berhenti di situ.

"Dan kamu pikir kamu bisa hidup sendiri, tanpa uang dariku?" Sean melangkah mendekat, suaranya rendah namun penuh ancaman. "Siapa yang akan mempekerjakanmu setelah perceraian ini? Semua orang tahu kau adalah istriku. Jika kita bercerai, aku pastikan tak ada perusahaan di kota ini yang mau mempekerjakanmu."

Lila terdiam. Ancaman Sean begitu nyata. Dengan pengaruh dan koneksi yang dimilikinya, Sean bisa dengan mudah menghancurkan kariernya bahkan saat dia belum memulainya.

“Apa yang membuatmu ingin mempertahankan pernikahan kita, Sean?" tanya Lila dengan suara bergetar. "Kamu tak pernah mencintaiku. Kamu tak pernah peduli padaku."

“Jangan terlalu banyak bertanya apalagi menuntut, jadilah istri penurut dan patuh seperti biasanya. Aku akan mencukupkan semua kebutuhanmu, aku akan melimpahkan nafkah untukmu.” Dengan sombong dan begitu arigan Sean terus menekan Lila.

“Kamu tidak akan mampu bertahan tanpa aku. Kamu tidak akan punya pekerjaan, tidak punya uang, dan tidak punya tempat tinggal. Lalu siapa yang akan membiayai pengobatan ayahmu?” sambung Sean menjatuhkan mental Lila, agar tetap bertahan dan tidak menuntut perceraian lagi.

Ancaman Sean membuat Lila semakin merasa tersudut. Namun, tampaknya Lila belum akan menyerah.

“Tolong pikirkan perasaan mama! Mama sangat berharap pada pernikahan kita. Tapi karena aku tidak bisa memberikan ….”

“Jadi ini masalah anak?” sergah Sean yang mulai kehabisan kesabaran. “Jawab saja kiita sedang proses, toh itu bukan kebohongan.”

“Tapi caramu menyentuhkan tidak akan membuat kita memiliki anak.” Entah keberania dari mana, Lila meninggikan suara di hadapan Sean. “Aku ini istrimu, bukan sekedar pemuas nafsumu.”

“Cukup!” teriak Sean sambil memukul dinding di belakang Lila.

Deru napas yang memburu dan suara usak tangis Lila memenuhi ruangan. Tubuh Lila bergetar ketakutan dengan sikap kasar yang ditunjukkan Sean.

“Satu hal yang harus kamu ingat? Dunia tidak seindah yang kamu bayangkan, Lila. Di luar sana akan menjadi neraka yang membakarmu hidup-hidup, jika kamu tetap melanjutkan perceraian ini,” ancam Sean sesaat sebelum meninggalkan Lila dalam tangisnya.

***

Lila masih tidak bisa memahami jalan pikiran Sean. Selama ini suaminya tidak pernah menunjukkan sikap peduli atau pun perasaan cintanya. Namun, saat dirinya mengajak bercerai, justru mendapat penolakan. Lila sudah membulatkan tekad untuk mengakhir pernikahannya, meski berbagai ancaman dia dapatkan.

Selama dua tahun pernikahan hanya nestapa yang dirasakan oleh Lila. Entah apa yang diinginkan Sean dari pernikahan mereka. Mungkin karena dia masih bisa mencari kebahagiaan di luar, hingga tidak memikirkan perasaan Lila yang harus menderita selama ini.

Jika pada masa awal pernikahan, Lila masih merasakan sedikit kebahagiaan karena dukungan dari Sekar, tetapi lambat laun berubah seiring keinginan memiliki cucu yang tidak segera terwujud. Bagaimana Lila akan hamil, jika Sean tidak pernah menabur benih di rahimnya.

Dan di sinilah Lila sekarang, di poli kandungan di ruang praktek dokter kandungan yang selama ini direkomendasikan oleh Sekar. Sungguh sebuah kekonyolan, memeriksakan sesuatu yang sudah dia tahu

apa hasilnya. Tetapi inilah langkah awal Lila untuk mendapat kebebasannya

Dokter Arya menyambutnya dengan senyum hangat, seperti biasa. "Apa yang bisa saya bantu, Bu Lila?"

Lila menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan dirinya. "Saya hanya ingin melakukan pemeriksaan seperti biasa, Dok."

Dokter Arya mengangguk, tanpa menanyakan lebih lanjut. Sejak satu tahun yang lalu, Lila menjadi pasien Dokter Arya. Tidak ada masalah yang ditemukan pada organ repsoduksi Lila, semua normal, semua sehat, tetapi Lila rutin mengungjungi dokter kandungan atas perintah Sekar.

“Bu Lila tidak mencoba untuk mengajak suami melakukan tes kesuburan?” tanya sang dokter dengan tatap mata yang sendu, merasa jika pasien di hadapannya berjuang sendiri untuk memiliki keturunan.

Lila hanya tersenyum. “Bagaimana hasilnya, Dok?” tanya balik Lila untuk mengalihkan pembicaraan.

“Sepertinya memang harus bersabar lagi.” Tetap tersenyum memberi semangat kepada pasiennya.

Lila mengangguk lemah, hasil yang sebenarnya sudah dia prediksi.

“Mungkin memang belum rejekinya, semoga Bu Lila dan suami nanti diberi anak pada waktu yang tepat.”

“Amin,” sahut Lila secara reflek. “Terima kasih, Dok. Bisa tolong buatkan surat keterangan medisnya?”

Dokter Arya tampak ragu sejenak, tetapi akhirnya mengangguk. “Tentu saja. Saya akan buatkan surat keterangan bahwa Anda tidak hamil. Apakah ada yang lain yang bisa saya bantu?”

Lila menggelengkan kepala. “Tidak, itu saja. Terima kasih, Dok.”

“Apa Bu Lila sedang ada project baru, yang mengharuskan dalam keadaan tidak hamil?”

“Ya,” jawab lirih Lila.

Bukan hanya membutuhkan surat keterangan itu untuk mendapat dukungan, tetapi Lila harus memastikan tidak dalam keadaan hamil, agar setelah bercerai dengan Sean nanti, tidak ada yang membebani langkahnya.

Setelah mendapatkan surat keterangan tersebut, Lila keluar dari klinik dengan Langkah pasti. Tujuannya sekarang adalah menemui Sekar, ibu mertuanya.

“Oh … ternyata si mandul yang datang.”

Sambutan yang terdengar sangat menyesakkan. Lila tetap menyunggingkan senyum meski kentara dipaksakan. Lila meyakinkan dirinya, ini akan menjadi terakhir kalinya, Sekar menyebutnya dengan julukan yang menyakitkan tersebut.

Sementara itu Sekar yang sedang duduk di sofa sambil membaca majalah, terlihat enggan untuk mentap menantunya.

“Ada apa Lil?”

Setelah duduk tepat di hadapan Sekar, Lila menyodorkan amplop yang berisi surat keterangan medis dari rumah sakit.

“Kamu hamil?” tanya Sekar dengan mata yang berbinar saat membaca nama rumah sakit di amplop yang diberikan oleh Lila.

Lila menggelengkan kepala. “Maafkan saya, Ma. Saya sudah berusaha, tapi ini kenyataannya. Saya belum hamil,” jawab Lila dengan suara bergetar.

“Lalu apa maksudmu datang ke sini dengan membawa berita buruk itu?”

“Saya menyerah … mama bisa mencari perempuan beruntung lainnya yang bisa memberi penerus untuk keluarga Wismoyojati.

“Akhirnya kamu sadar diri juga.”

“Mama pernah memberi pilihan cerai atau poligami, dan saya memilih untuk bercerai.”

“Cerai ya cerai saja.”

Lila menggeleng lemah. “Sean menolak dan mengancam saya, itu sebabnya saya meminta bantuan mama.”

“Secinta itukah Sean kepadamu?” tanya Sekar dengan tatapan sendu, ada ketakutan jika Sean patah hati setelah bercerai dari Lila.

Lila kembali menggelengkan kepala sambil tersenyum sumir penuh kegetiran.

“Baiklah kalau begitu, siapkan semua berkas yang dibutuhkan, selanjutnya biar menjadi urusan mama.” Sekar terlihat sangat antusias. “Adakah syarat tambahan yang kamu ajukan untuk bercerai dengan Sean?”

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (3)
goodnovel comment avatar
Selita Awini
klo semua orang tau lila istrinya maas ngak malu meluk pinggang wanita lain dpn bnyk orang, ngak waras
goodnovel comment avatar
Isnia Tun
Giliran nanti sudah di ceraikan,kelabakan tuh Sean
goodnovel comment avatar
Nur Elly
Pisah saja Lila,jgn pedulikan ancaman Sean.
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   470. Takdir yang Sempurna

    Setelah memastikan Brilian tidur, Sean melangkah menuju ke kamarnya. Dia harus segera membantu Lila untuk menidurkan Bintang dan Berlian. Semakin hari, bocah kembar itu semakin aktif, bahkan hanya untuk tidur saja akan banyak drama.Lila menatap suaminya yang baru saja masuk ke kamar. Senyum hangatnya masih sama seperti dulu, tetapi ada sesuatu yang membuatnya sedikit gelisah.Sean bertambah usia, tetapi justru semakin menawan di matanya.Lila menelan ludah pelan. Sebagai istri, tentu saja ia bangga memiliki suami seperti Sean, tetapi di sisi lain… ia juga merasa was-was. Sampai sekarang masih banyak perempuan di luar sana yang mengincar suaminya, meskipun mereka tahu jika Sean sudah menikah dan memiliki tiga anak.Sementara itu, Sean berjalan mendekat. Tatapan matanya lembut saat melihat si kembar yang sudah terlelap di dalam boks.“Mereka tidur lebih cepat dari biasanya,” ucap Sean pelan terdengar nyaris seperti bisikan, takut membangunkan bayi-bayi mereka.Lila mengangguk. “Hari ini

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   469. Rama dan Cinta

    Suasana kafe yang semula tenang mendadak ricuh ketika pintu terbuka dengan keras. Seorang perempuan paruh baya melangkah masuk dengan ekspresi penuh amarah, diikuti oleh seorang perempuan muda yang cantik, sama garangnya."Mana Cinta?! Keluar kau sekarang juga!" seru perempuan paruh baya itu, suaranya menggema di seluruh ruangan, menarik perhatian para pengunjung dan pegawai kafe.Beberapa pelanggan yang sedang menikmati kopi mereka langsung menoleh, ada yang membeku di tempat, ada yang berbisik penasaran. Sementara itu, seorang barista yang berdiri di belakang meja kasir tampak panik, ragu-ragu apakah harus menenangkan situasi atau membiarkan saja.Perempuan cantik yang berdiri di sampingnya menyusuri ruangan dengan tatapan tajam, matanya berkilat penuh amarah. Sepertinya dia tahu betul siapa yang sedang mereka cari.Salah satu pegawai kafe memberanikan diri mendekat. "Maaf, Bu. Ada yang bisa kami bantu?" tanyanya dengan suara hati-hati.Perempuan paruh baya itu menoleh tajam. "Panggi

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   468. Hidup yang Lebih Berwarna

    Waktu berlalu dengan tenang, membawa kebahagiaan yang seolah tak pernah habis bagi keluarga Wismoyojati. Kehidupan penuh berbagi dalam keluarga diisi oleh tawa renyah dan kehangatan. Perdebatan tentu tetap ada sebagai bumbu dalam kehidupan, tetapi mereka bisa menyelesaikan dengan bijaksana.Lila menjalani perannya sebagai ibu dengan penuh cinta, merawat Brilian, Bintang, dan Berlian dengan kesabaran dan kasih sayang yang tak terbatas. Ia tetap aktif dalam berbagai kegiatan sosial, menemukan kebahagiaan dalam membantu sesama, sambil tetap menyeimbangkan perannya sebagai istri dan ibu.Setelah Sekar dan Prabu memutuskan untuk pindah ke rumah mereka sendiri, suasana di kediaman Sean dan Lila sedikit berubah. Tidak ada lagi suara teguran tegas Sekar atau candaan ringan Prabu di meja makan, tapi bukan berarti rumah itu kehilangan kehangatan.Sean yang memahami betapa besarnya tanggung jawab Lila dalam mengurus tiga anak mereka, mengambil keputusan besar. Ia mencari pengasuh anak profession

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   467. Paket dari Delisa

    Malika berdiri tak jauh dari ayunan, matanya membulat melihat kejadian yang baru saja terjadi. Ia datang ingin bermain bersama Brilian, tapi malah menyaksikan sesuatu yang menghancurkan dunianya.Brilian, sahabat kecilnya, kakak yang dia banggakan baru saja dicium oleh Almahira.Gadis kecil yang masih duduk di TK itu merasakan sesuatu yang aneh di dadanya. Seperti ada beban besar menekan hatinya. Wajahnya menegang, bibirnya sedikit bergetar.Brilian masih berdiri di tempatnya, memegangi pipinya dengan ekspresi terkejut, sementara Almahira sudah berlari pergi dengan riang.Malika mengepalkan tangannya kecil-kecil. Brilian sudah ternoda.Entah dari mana gadis mungil itu mendapatkan pemikiran seperti itu, tapi itulah yang muncul di kepalanya. Sejak kecil, ia selalu menganggap Brilian adalah miliknya, teman bermain yang paling seru, kakak yang selalu membelanya dan menjaganya. Tapi sekarang?Brilian sudah dicium gadis lain.Matanya mulai berkaca-kaca. Ia ingin berteriak, ingin menangis, t

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   466. Ditandai

    466Lila membuka matanya perlahan saat mendengar suara rengekan bayi. Seketika, nalurinya sebagai ibu membuatnya ingin segera bangkit. Namun, saat menoleh ke samping, tempat tidur Sean kosong.Dia menoleh ke arah boks bayi dan menemukan suaminya sudah lebih dulu terjaga. Sean duduk di kursi di samping boks, memangku salah satu bayi mereka sambil memberikan dot. Dengan satu tangan lainnya, dia berusaha menenangkan si kecil yang masih berada di boks, menyentuhnya dengan lembut agar tidak terus menangis.Lila menggeleng pelan. Kenapa dalam keadaan repot seperti itu Sean tidak membangunkannya?Dia mengamati suaminya yang tampak begitu telaten. Mata Sean terlihat sedikit sayu karena mengantuk, tetapi senyumnya tetap ada saat membisikkan sesuatu pada anak mereka. Lila merasa hangat melihat pemandangan itu.Dia bangkit perlahan, mendekati Sean, lalu bertanya pelan, "Kenapa tidak membangunkanku?"Sean menoleh dan tersenyum kecil. "Kau masih butuh istirahat, sayang. Aku bisa mengurus mereka."

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   465. Kemarahan Ibu Hamil

    Ryan menghela napas panjang, berdiri di samping tempat tidur rumah sakit tempat Rina berbaring. Sejak sadar, istrinya berubah total. Biasanya Rina adalah perempuan yang mandiri, kalem, dan penurut. Tapi sekarang? Manja, gampang marah, dan yang paling membuat Ryan frustasi, diam seribu bahasa setiap kali mereka hanya berdua."Rina, kau mau sesuatu?" tanya Ryan pelan, berharap mendapat jawaban.Rina hanya membuang muka, menatap ke arah jendela.Ryan mengusap wajahnya, mencoba bersabar. Sejak dokter memberi kabar tentang kehamilan Rina, perubahan sikap istrinya semakin menjadi-jadi. Setiap kali ia mencoba membicarakannya, Rina malah menutup diri.Namun, saat Sekar dan Prabu datang bersama Brilian dan Renasya, suasana langsung berubah. Seakan-akan Rina adalah orang yang berbeda."Bunda!" Renasya berlari kecil mendekati ranjang, matanya berbinar.Rina tersenyum hangat, membuka tangannya untuk menyambut putrinya. "Sayang, ke sini, Bunda kangen."Ryan memandangi pemandangan itu dengan kening

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status