“Apa??” Lionel terkejut dengan permintaan ayahnya.
“Iya, Tuan. Menikah dengan wanita yang fotonya ada di dalam amplop ini, atau sisa warisan ayah anda akan
disumbangkan kepada yayasan yang sudah dipilih. Waktu yang diberikan ayah anda adalah satu tahun sejak anda menerima foto tersebut. Hanya itu yang bisa saya sampaikan. Saya permisi,” pamit pengacara itusetelah menyerahkan amplop tersebut.Lionel masih termenung dan tidak bergerak dari posisinya. Saat Jeff menghampirinya, baru dia berdiri dan
menyimpan amplop itu di laci kedua ruang kerja ayahnya. Dia masih tidak percaya dengan apa yangdijadikan syarat oleh ayahnya.“Maaf, Tuan, mengganggu istirahat anda, tetapi ini laporan yang harus anda periksa dan tanda tangani
untuk kerja sama dengan Soft Game Inc karena sudah tertahan selama tiga hari kemarin.” Jeffmeletakkan dokumen tersebut di meja kerja. Dia meninggalkan tuannya sendirian karena dia masihberkabung."Baiklah, terima kasih, Jeff. Untuk sementara, kamu gantikan aku berada di kantor. Mungkin besok baru aku akan
masuk kantor," ujar Lionel sebelum Jeff pergi.***
Sementara itu di kediaman Joanna, wanita
itu tengah memberikan kejutan untuk kedua putranya pagi ini. Kemarin diasengaja pulang terlambat dan membeli sebuah kue untuk mereka.“Selamat ulang tahun kalian, Galen dan Galaxy,” ucap Joanna ketika kedua putranya muncul di ruang makan.
“Mommy, makasih,” ucap keduanya bersamaan. Lalu mereka menghambur ke pelukan Joanna.
Sekarang keduanya sudah genap berusia 7 tahun dan beberapa bulan lalu mereka mulai masuk sekolah.
Inilah salah satu alasan yang membuatnya bertahan bekerja di satu perusahaan dengan Lionel. Dia tidakingin merusak kehidupan kedua putranya hanya karena kehadiran pria itu.Joanna memandang kedua putranya yang sedang ribut menyantap kue yang dia beli untuk mereka. Dia
bahagia melihat senyuman yang tergambar di kedua wajah yang mengingatkannya akan seseorang. Setelahitu, wanita cantik itu menyuruh anak kembarnya untuk mandi karena dia harus mengantarkan mereka ke sekolahsebelum berangkat ke kantor.Beberapa hari kemudian, Lionel mulai masuk kantor setelah kehilangan sang ayah kemarin. Joanna
memaklumi hal itu bagaimana kehilangan seseorang secara mendadak. Wanita itu mengikuti sosok tersebutmenghilang masuk ke dalam ruangannya.“Nona Anna, saya minta laporan kemarin yang sudah anda buat untuk tuan Lionel,” pinta Jeff yang berdiri di
pintu dan membuatnya kaget.“Baik, Tuan. Akan saya cetak dulu,” timpal Joanna cepat.
Lionel yang berada di ruangannya masih terpikirkan dengan syarat dari ayahnya. Jika kejadiannya seperti ini,
dia menyesal karena merasa bersalah saat ayahnya meninggal. Kebencian yang sebelumnya dia hilangkanbertambah sedikit sebab ayahnya memberikan syarat yang tidak mungkin akan dipenuhinya karena pria itu tidakingin menikah.Amplop tersebut belum dia buka karena dia masih meyakinkan diri sendiri. Tiga tahun berlalu ketika dia
memiliki keinginan itu, malah kekasihnya tidak disetujui oleh ayahnya sehingga mereka berpisah. Sejak saat itupula, Lionel tidak pernah berpacaran dengan yang wanita lain.“Tuan, ini laporan yang dibuat Joanna tentang materi perusahaan agar anda mengetahui harus mengambil tindakan apa terhadap perusahaan.” Jeff memberikan lima tumpuk laporan yang selesai dikerjakan oleh
Joanna.Pria itu membuang napas. “Tolong, panggil Anna kemari,” suruh Lionel.
Joanna masuk dengan perasaan was-was karena Jeff meninggalkan mereka sehingga dia hanya berdua
dengan pria itu. Sungguh, jika Joanna masih dirinya di masa lalu, maka dia akan sangat senang berada diruangan berdua dengan pria itu. Namun, sekarang dia takut.“Ada apa, Tuan?” tanya Joanna sedikit gugup.
“Jika hanya berdua denganku, panggil saja aku Lionel. Kita berteman, bukan?” Lionel menatap wajah wanita
itu, tidak percaya jika wanita cantik ini telah menikah dan memiliki seorang putra.‘Apakah itu penyebabnya, dia menjadi lebih berisi dan tubuhnya lebih seksi?’ gumam Lionel bertanya-tanya.
“Ehem, aku ingin bertanya tentang apa saja yang kamu ketahui tentang perusahaan selama kamu bekerja di
sini,” ujar Lionel.Joanna terkejut dengan pertanyaan tiba-tiba itu, karena dia masih memikirkan saat terakhir mereka bertemu. Beruntung
dia bisa menjawab berkat laporan yang dia susun kemarin. Dia menjelaskan terkait riset yang sudah diakerjakan.Namun, tak lama dia hentikan penjelasan itu karena melihat atasannya tidak memperhatikan. Bosnya terlihat sibuk
dengan pemikiran sendiri.“Maaf, Tuan Lionel. Anda tidak memperhatikan apa yang saya katakan.” Joanna protes terhadap sikap
Lionel.“Ah, bukan begitu. Ada satu hal ingin kutanyakan padamu, Jo,” ucap Lionel menyebut nama panggilan lama
itu. “Kamu sudah menikah dan memiliki anak? Bagaimana rasanya?”Ekspresi Joanna menjadi dingin, menatap datar kepada atasannya karena sungguh heran bagaimana dia bisa
membahas masalah pribadi saat bekerja seperti ini.“Ya, rasanya bahagia, karena apa yang saya impikan terkabul. Memiliki keluarga yang membutuhkan saya,”
jawab Joanna ketus. Meski dia merasa bahwa dia menjadi tidak profesional, tetapi pertanyaan tadi jugatidak profesional.Namun, hal itu membuatnya mengenang bagaimana perjuangannya yang hampir saja melepaskan kedua
putranya untuk diadopsi oleh orang lain setelah melahirkan mereka. Di usianya yang baru 23 tahun, Joanna sudah memilikitidak hanya satu orang putra untuk dihidupi, tetapi dua sekaligus. Saat itu, dia sungguh putus asa, tetapi ada saathatinya tidak tega melihat keduanya menangis.Rasa sesal dan bersalah itu masih kerap datang saat melihat wajah kedua putranya yang sekarang sangat dia
sayangi. Dia berjanji untuk tidak akan meninggalkan mereka berdua.“Jadi, menikah itu bahagia?” tanya Lionel lagi. Raut wajahnya yang terlihat bingung membuat Joanna tidak
bisa menebak apa yang sedang dipikirkan pria itu.“Bisa jadi, tergantung orang yang kita nikahi. Jika memang sudah menemukan orang yang ideal seperti yang kita
mau, pasti bahagia, meski pernikahan isinya bukan hanya bahagia, tetapi ada sedih, menyenangkan, seru,kesal. Semua jadi satu, Tuan.”Lionel mengangguk. “Baiklah, kamu bisa keluar. Terima kasih atas penjelasannya sehingga aku bisa tahu apa yang harus
kulakukan untuk perusahaan. Tolong katakan kepada Jeff untuk tidak masuk ruanganku hingga satu jam kedepan.” Lionel menitipkan pesan kepada Joanna.Joanna meninggalkan ruangan dan menghampiri ruangan Jeff untuk menyampaikan pesan dari atasan
mereka. Lalu, dia kembali ke ruangannya dan melanjutkan pekerjaannya. Wanita itu menatap potret keduaputranya yang berada di sana sebagai penyemangat dalam bekerja.Hampir jam pulang kantor, sudah satu jam lebih Joanna menganggur tidak ada pekerjaan yang berarti, karena selama ini dia selalu sibuk mengerjakan pekerjaan administrasi lain sehingga dia bosan dan
memutuskan untuk keluar membuat kopi di pantry.“Jo, mau ke mana?” panggil Lionel mengejutkan Joanna karena hanya kepala laki-laki itu yang tampak
menyembul dari pintu.“Mau buat kopi,” balas Joanna yang langkahnya terhenti.
“Aku minta dibuatkan juga, terima kasih.” Lionel menutup pintu ruangannya.
Tak lama, Joanna masuk kembali ke ruangan atasannya untuk memberikan kopi yang dipesan dan dia
cepat-cepat keluar sebelum diajak berbicara lagi. Wanita itu masih mencari cara untuk mengurangi interaksimereka. Lionel yang heran karena Joanna terburu-buru keluar hanya berpikir bahwa wanita itu mungkiningin menikmati kopi yang menunggu di mejanya karena tadi hanya membawa satu cangkir untuknya.Jam pulang tiba, Joanna segera mengemasi barang-barangnya dan turun terburu-buru karena dia meminta
Elise untuk menunggunya. Wanita itu sedang tidak ingin naik taksi mengingat dia harus menabung untukmembayar biaya mobilnya pada Lionel. Tanpa berpamitan dia langsung pulang.Lionel yang berada di ruangan bersama Jeff pun memutuskan untuk pulang juga. Dia melihat meja Joanna
sudah kosong dan rapi. Pria itu melihat sebuah pigura di sana dan tampak sebuah foto Joanna dengankedua putranya dan mereka tersenyum bahagia.“Oh, jadi dia memiliki dua orang putra, tetapi kenapa foto sang suami tidak ada?” gumam Lionel
bertanya-tanya.“Tuan, kita langsung pulang atau mampir ke hotel karena tadi saya mendapat kabar bahwa ada beberapa
barang yang tertinggal.” Jeff datang dan merusak fokus Lionel sehingga mereka pun meninggalkan mejaJoanna.Begitu memasuki kursi belakang mobil, Lionel lupa dengan potret kedua anak Joanna, tetapi ingatan itu
masih tersimpan di bawah sadarnya.Setibanya di rumah, dia memutuskan untuk membuka amplop dari wasiat ayahnya, setelah dia menyelesaikan
mandi dan makan malamnya. Amplop coklat tersebut sudah Lionel sobek dan keluarkan isinya. Hanyabeberapa lembar foto dan selembar surat.Pria itu menatap foto dua anak laki-laki sedang bermain di sebuah taman. Lionel memutuskan untuk
membaca surat tersebut dengan tenang, tetapi isi surat itu mengguncangkan jiwanya, sampai ia berseru dengan suara keras, “Apa-apaan ini?”“Duh, malu-maluin gak ya,” gerutu Avery yang telah mengirim pesan kepada Galaxy.Setelah kejujuran pemuda itu, dia bermaksud untuk memaafkan karena saat Galaxy menggodanya tidak terlalu merugikan. Toh, pesan yang diberikan sangat berbeda dengan kepribadian pemuda yang dia kenal itu.Avery hanya ingin memberikan jawaban sebelum Galaxy mengakhiri masa magangnya. Ya, sebelum pemuda itu meninggalkan perusahaan dan rasa sesal di hatinya berkurang.Mendadak gawainya bergetar karena mendapat balasan dari Galaxy. Pemuda tampan itu hanya membalas singkat dan mengucapkan selamat malam. Dia memutuskan untuk tidak membalas karena pesan itu dia anggap sebagai ucapan penutup hari itu.“Mungkin gini ya perasaan orang yang diberi ucapan oleh gadis pujaan,” celoteh Galaxy selesai dia mengirim pesan.****Lima bulan kemudian, si kembar telah selesai melewati ujian dan hasilnya akan keluar hari ini. Saat ini mereka sedang berada di sekolah. Bersama Jayden dan Perry menunggu hasil ujian keluar.Mereka be
“Oke, deal!” angguk Galaxy setuju.Bekerja di cafe sambil kuliah bisa membuatnya cepat belajar karena dia langsung menerapkan apa yang dia dapat. Dengan dasar yang dia miliki, pastinya pemuda itu bisa. Kedua saudara kembar itu berpelukan setelah berjabat tangan.Mereka pun keluar dan menuju mobil untuk kembali ke mansion. Dengan kerja sama yang sudah terjalin, keduanya menjadi lebih bersemangat untuk bekerja sambil kuliah.Tiba di rumah, mereka langsung masuk kamar dan membersihkan debu dan kotoran yang menempel. Keduanya keluar dari kamar secara bersamaan lalu mengangguk sebelum turun karena mereka ingin bicara dengan Lionel.“Mom, daddy belum datang?” tanya Galen.“Daddy masih lembur, Sayang. Mungkin nanti pulang pukul 8,” balas Joanna yang jarang sekali menemukan putranya mencari sang ayah.“Oke, nanti kalo misalnya habis makan malam aku di atas. Tolong panggil aku dan Galaxy ya, Mom.” Galen
Yang ditanya hanya mengangkat bahunya. Galaxy tidak melanjutkan pembahasan yang sepertinya masih sensitif itu. Akibat mendapatkan pertanyaan dadakan seperti itu membuat Galen meninggalkan kamar adiknya.Dia masuk ke kamarnya dan menghela napas panjang lalu merebahkan dirinya di ranjang. Pemuda itu menatap langit-langit kamarnya, membayangkan ingatan terakhir saat bersama Brooke. Tatapan kesedihan yang terpancar di netra sang gadis. Semakin lama, mata Galen lelah hingga terpejam.Keesokan harinya , sepulang sekolah sesuai rencana. Si kembar berangkat tanpa kedua temannya yang biasa menemani. Masing-masing dari mereka memiliki keperluan sendiri.“Len, kayaknya kita kesasar deh. Di maps kita semakin jauh lho,” ucap Galaxy yang bertugas memperhatikan peta di ponselnya.Galen menepikan mobilnya lalu dia memperhatikan titik posisi mereka pada ponsel adiknya. Dari sekolah mereka ke kampus itu memakan hampir waktu 40 menit tapi belum juga sampai. Setelah berdebat sedikit dengan Galaxy, dia pu
Galaxy mengepalkan tangannya ke udara kosong sepeninggal Avery yang menerima telepon. Padahal pemuda itu telah mengumpulkan keberanian. Dia menghela napas panjang karena keberaniannya seperti sia-sia dan tidak tepat.Pintu terbuka dan wanita yang ditunggu masuk lalu Galaxy tanpa pikir panjang berdiri dengan tiba-tiba sehingga mengejutkan Avery.“Ada apa, Gal?” tanya Avery yang terhenti sesaat karena pemuda itu berdiri mendadak.“Uhm … aku ingin minta maaf,” ucap Galaxy yang akhirnya keluar. Raut kebingungan tergambang di wajah sang programmer membuat Galaxy gemas. “Jadi ….”Galaxy menjelaskan apa yang membuat dia minta maaf kepada gadis itu dan mengeluarkan pesan pada ponselnya sebagai bukti. Dengan penjelasan singkat dan bukti yang dia tunjukkan, Avery mencebik dan mengerutkan dahinya. Merasa kecewa dengan sikap pemuda itu.Avery beranjak dan duduk di kursinya. Wanita itu masih mencerna informasi yang mengejutkan. Untung kemarin dia tidak terlalu menanggapi pesan iseng itu. Jika dia
“Iya, ada tanggung jawab juga di sana,” balas Galaxy.Galen mengangguk dan berkata jika mereka berangkat terpisah. Pemuda itu sedang bosan memakai mobil sehingga besok dia akan naik motornya. Dia ingin pergi ke suatu tempat.Nyatanya, saat di sekolah dan ketika bel istirahat berbunyi, Galen tampak berjalan ke arah perpustakaan, dia pergi ke ruang khususnya. Pemuda itu memilih tiduran di sofa panjang untuk bermalas-malasan sebentar.Pikirannya menerawang membayangkan masa depan karena dia sedikit mengkhawatirkan apakah dia bisa mengelola perusahaan dengan baik seperti ayahnya. Mendadak bayangan Brooke hadir dalam pikirannya. Membuat Galen bangkit dari posisinya.“Ya ampun, pikiranku kenapa sih?” Galen menepuk dahinya agar bayangan gadis pujaan hilang. “Malah bayangin yang aneh-aneh.”Galen pun memilih untuk memejamkan mata dengan menyetel musik sedikit kertas. Masih ada waktu untuk beristirahat sebentar. Lima belas menit kemudian, Perry dan Jayden masuk untuk bertanya mengenai ketidakh
Dengan gerakan cepat Galen membuka laci meja belajarnya dan meletakkan amplop itu di sana. Dia belum siap membaca isi surat itu. Laci yang tertutup itu langsung dia kunci dan kuncinya dia simpan di rak tersembunyi.“Maaf ya, Brooke,” gumam Galen lirih.Pemuda itu lalu membuka kantong buku yang dia beli dan mengeluarkan buku tersebut. Namun, sebelum dia mempelajari buku itu, dia beranjak untuk mengganti seragamnya dengan kaos dan celana pendek agar lebih santai. Setelah itu dia kembali duduk di meja belajarnya dan mulai membuka buku tersebut.Sementara Galaxy masih rebahan dengan seragamnya. Kemarin pemuda itu sudah membeli nomor baru tapi dia masih ragu untuk memberikan nomor tersebut ke Ryan. Dia teringat ibunya pernah mengatakan jika apapun yang diawali dengan kebohongan, selanjutnya pasti tidak akan baik.“Sial!” umpat Galaxy bangkit dan duduk di sisi ranjangnya.Besok sepulang sekolah dia juga memulai aktivitasnya di kantor BioOne. Jadi, dia menyiapkan kebutuhan untuk dia gunakan
Dua minggu kemudian.“Galen, kamu kenapa lemes banget?” tanya Lionel menatap putra sulungnya saat turun dan duduk di meja makan.Galen hanya menggeleng tanpa menjawab pertanyaan sang ayah. Hari ini adalah hari pertama masuk untuk semester baru. Empat bulan lagi mereka akan melewati ujian kelulusan untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan lebih tinggi.Lionel tidak ingin kedua putranya hilang fokus dan tidak bisa mencapai nilai yang mereka harapkan. Tujuan kampus yang mereka tuju tidak main-main perkara nilai sehingga membuat sang ayah khawatir.Galaxy menyusul dari atas dengan sedikit berlari pagi itu. Dia dengan kebiasaan yang sama, bangun sedikit terlambat dibanding saudaranya.“Galen lagi galau, Dad. Ingin fokus belajar tapi pikirannya menerawang entah ke mana,” balas Galaxy asal membuat kening ayahnya berkerut.“Apa sih, Gal. Ngawur!” sanggah Galen menyangkal.Galaxy hanya memamerkan deretan giginya karena respon kakaknya. “Kamu itu ditanya Daddy malah dicuekin lho. Potong uang bul
“Om, kenapa tidak bisa mengerti keinginan anak sendiri!” teriak Galen membela Brooke. Dia tahu gadis itu tidak ingin pergi dari Springham.“Kenapa? Dia anak saya, putri saya satu-satunya. Siapa kamu!” bentak ayah Brooke murka. “Brooke, apa benar kamu tidak ingin kembali bersama daddy?”Brooke menunduk, air matanya telah jatuh tak tertahankan karena dia tidak ingin mendengarkan pertengkaran. Dia meninggalkan sisi pemuda yang dia sukai karena percuma, dia tidak bisa meninggalkan sang ayah. Setidaknya untuk saat ini.Lebih baik berpisah sekarang dan dia akan menyusun masa depannya seperti yang ayahnya mau. Ya, gadis muda itu yakin jika bukan saatnya menjadi anak yang durhaka.Brooke kembali ke ruang tamu dengan membawa dua buah koper yang berisi dengan pakaiannya selama ini. Tangannya digandeng oleh ayahnya tapi ditepis karena dia ingin meminta maaf kepada si kembar atas kebaikan mereka selama ini.“Kamu yakin
“Galen kenapa sih, main jatuhin ponsel orang,” gerutu Galaxy kesal menatap ponselnya yang di lantai.Galaxy mengambil ponselnya yang terjatuh dan penasaran apa yang membuat saudaranya panik. Lekas dia nyalakan ponsel tersebut. Matanya membelalak menatap pesan panjang dari Brooke yang berpamitan.Pemuda yang baru saja selesai dari kamar mandi langsung mengganti kaosnya dan menyusul saudaranya yang masih ada di parkiran mobil.“Kamu mau apa, Len?” tanya Galaxy menghalangi sebelum saudaranya berbuat macam-macam.“Aku harus menemui Brooke sebelum dia pergi, Gal. Aku merasa hanya ini kesempatanku menemuinya. Bisa jadi kita gak akan ketemu dia lagi setelah ini,” ucap Galen lemah.“Oke, aku yang menyetir karena aku gak ingin kamu kenapa-kenapa. Sekarang lebih baik kamu cuci muka dan ganti baju dulu,” saran Galaxy yang melihat saudaranya masih berantakan.Galen pun harus didorong adiknya untuk mencapai