“Paman, ingin masuk dan berbincang denganku?” Kalista membuka mulut menawarkan. “Baiklah.” jawaban kaku segera datang. Dua orang itu kini memasuki kamar peristirahatan sang nona muda. Ada sofa panjang di ujung ruangan. Dengan meja kayu yang cantik, tempat itu sengaja disediakan untuk menerima tamu dekat si pemilik ruangan. “Bagaimana perkembangan kasus yang sedang Paman tangani?” tanya Kalista membuka topik pembicaraan. “Itu semua berjalan dengan lancar. ” jawab Devondion. Lelaki itu mengambil jeda sejenak sebelum melanjutkan, “Itu semua seperti yang kau katakan.”“Bangsawan korup yang selama ini bersembunyi di bawah nama Duke Ruliazer telah diberantas. Dalam prosesnya, hampir setengah pengikut terindikasi telah menjalin kerjasama tanpa sepengetahuan kita.”“Paman telah melaporkan kasus ini ke pihak istana. Dalam waktu dekat, akan dilakukan pengadilan berskala besar yang belum pernah terjadi sebelumnya.” Devondion memberi penjelasan rinci akan apa yang terjadi selama proses penyel
Musim dingin masih berlangsung. Hanya saja, salju mulai mengurangi kehadirannya. Tumpukan putih yang sebelumnya mendiami semua tempat kini berkurang drastis. Hanya menyisakan sedikit yang membuat keindahan tampak lebih menyenangkan mata. Villa Ruliazer. Seperti biasa, tempat yang dilindungi oleh selabung sihir itu masih memancarkan kehidupan musim panas. Bunga-bunga masih bermekaran dengan indah. Bangunan terlihat bersih tanpa satupun noda putih. Di salah satu taman kebanggaan Ruliazer, tampak seorang nona cantik yang tengah membaca sebuah buku. Helai hitamnya berkibar ketika angin berhembus lembut. Gaun lavender yang memukau mengingatkan akan keindahan aurora yang cantik namun penuh misteri disaat bersamaan. Kalista tengah duduk santai sembari membaca buku. Sesekali gadis itu menyesap susu murni yang telah disiapkan oleh pelayan. Kue-kue kecil tampak memenuhi meja bundar milik sang nona muda. Seorang pelayan wanita terlihat berdiri di sisi Kalista. Pelayan itu memiliki rambut co
“Ceritakan lebih banyak.” titah Kalista. “Saya dan keluarga saya berasal dari kota yang cukup jauh. Di tempat kami berasal, pasokan air sangat sedikit. Bahkan mencari makanan juga sulit. Itu sebabnya kami memutuskan untuk pergi ke ibukota dan mencari pekerjaan. Dengan begitu, setidaknya kami tidak akan begitu kelaparan.” Connie mulai membicarakan masa lalunya. “Sayangnya, belum sampai ke ibukota, kami di serang oleh sekelompok bandit. Mereka merampas harta terakhir yang telah kami kumpulkan dengan susah payah. Kemudian, para bandit itu juga membunuh ayah dan saudara laki-laki saya.”“Sedangkan saya dan ibu saya, kami dibawa ke markas mereka. Kami ditempatkan di penjara bawah tanah yang bau dan kotor. Para wanita yang lusuh. Dan penjaga berminyak yang mengerikan. Itu adalah pemandangan yang saya lihat setiap hari.”“Bukan itu saja. Mereka juga melakukan tindakan bejat yang tak termaafkan. Bahkan, ibu saya juga menjadi salah satu korbannya.”“Karena mengalami depresi berat, ibu saya a
“Bagaimana kabar Tuan Muda Lunox selama ini?” Kalista bertanya dengan ringan. “Saya baik-baik saja, Nona Muda. Terimakasih sudah bertanya.” balas Tuan Muda Lunox sopan. Saat ini, keduanya masih berada di taman bunga yang indah. Bedanya adalah, sekarang ada dua cangkir keramik di atas meja. Yang satu berisi cairan putih, sedangkan yang lain adalah coklat yang jernih. Aroma melati dapat tercium dari cangkir yang terletak di depan meja seorang pemuda. “Hm.”“Begitu rupanya.” Kalista menyeruput cangkirnya secara perlahan. “Tolong jangan bersikap terlalu formal, Tuan Muda Lunox. Anda adalah penyelamat saya. Saya pasti sudah menderita luka berat jika tidak ada Anda yang melindungi saya.” lanjut sang nona muda. “Sudah menjadi tugas saya untuk melindungi Anda, Nona Muda.” balas Tuan Muda Lunox. “Seperti rumor yang beredar, Tuan Muda Lunox benar-benar orang yang rendah hati.” Kalista berbicara dengan tenang. “Ngomong-ngomong, Anda hanya pernah mengunjungi Villa Ruliazer di malam hari.
“Kenapa kau ingin bertemu denganku?" Kalista bertanya pada si penyamar. Kali ini, si penyamar tidak langsung menjawab. Ada kekosongan dalam ekspresinya selama beberapa saat. Tapi seolah sudah mengambil keputusan, wajah penuh tekad segera terlihat. “Saya..”“Nona Muda!!” suara teriakan kembali menginterupsi ucapan Tuan Penyamar. Semua orang secara serempak melihat ke arah sumber suara. Dan begitu terkejutnya mereka ketika melihat wajah yang sangat mirip dengan pemuda di samping. Kalista sendiri sudah tahu jika Tuan Muda Lunox yang barusan berbincang dengan dirinya adalah palsu. Namun Ia tak menyangka jika yang asli langsung datang ke sini. “Nona Muda.” dengan kecepatan yang mencengangkan, Tuan Muda Lunox yang asli sampai di samping Kalista. “Tuan Muda Lunox. Sungguh suatu kebetulan.” ucap Kalista sembari melirik si penyamar. “Nona Muda.”“Tolong maafkan kekasaran adik saya. Saya pasti akan menerima hukuman apapun selama Nona Muda mau membebaskan adik saya.” Tuan Muda Lunox seger
“Aku lebih membenci seseorang yang menyembunyikan kebenaran daripada mereka yang berwajah jelek.”“Dan jika kau terus bersikeras untuk mempertahankan bentuk kamuflasemu karena alasan wajah jelek, aku benar-benar akan menjauhimu.” ucap Kalista. Segera setelah Kalista mengucapkan kata-kata itu, dia dapat melihat pemuda bernama Leon mengangkat tangan kirinya. Sebuah cincin zamrud gelap terlihat begitu pemuda itu melakukannya. “Jadi karena cincin itu.” batin Kalista. “Pantas saja aku dapat merasakan adanya fluktuasi sihir dari sekitar pemuda itu. Meski begitu, sihirnya tampak lemah dan seperti terkontaminasi oleh sesuatu. ” lanjutnya dalam hati. Sesaat kemudian, Kalista melihat pemandangan yang tak akan pernah Ia lupakan seumur hidup. Mendengar penuturan Leon sebelumnya, gadis itu telah mempersiapkan hatinya. Ia memutuskan untuk menjaga ekspresi wajahnya apapun yang terjadi. Namun begitu Ia melihat penampilan yang muncul setelah sihir kamuflase menghilang, hatinya tidak bisa membant
“Apa itu?” tanya Kalista lembut. Berusaha untuk tidak menakut-nakuti seseorang yang masih berdiri di sampingnya. “Itu karena ini.” ucap Tuan Muda Lunox sembari mengeluarkan sebuah bros kecil dari sakunya. “Ini adalah bros yang Nona Muda berikan saat kami berada di pusat keamanan Kota Luxedon. Awalnya saya mengira jika itu hanyalah bros biasa yang cantik. Tapi semuanya berubah saat saya mendatangi adik laki-laki saya.”“Nona Muda, Anda memberikan sebuah sihir pada bros ini bukan?” Tuan Muda Lunox kembali bertanya. “Saya bukannya menyalahkan Nona Muda. Saya yakin apa yang Nona Muda berikan kepada saya adalah hal-hal baik.” lanjut pemuda bermanik merah itu menambahkan. “Itu benar. Aku memang melakukannya.” jawab Kalista jujur. “Sihir yang Nona Muda berikan aktif saat saya menemui adik laki-laki saya. Mungkin karena sihir Nona merasakan aura kuat milik adik saya yang terbilang agresif. Jadi benda itu segera melancarkan serangan.”“Awalnya saya cukup terkejut. Saya khawatir adik saya
Di halaman luar Villa Ruliazer. Terlihat belasan kereta berbaris dengan rapi. Diantara semuanya, ada kereta terbesar dengan corak burung elang yang tengah membentangkan sayap. Di tempatkan di area tengah, kereta itu terlihat tertutup. Ada empat orang yang berjaga di setiap sisi. Di bagian belakang dari barisan kereta, terdapat kereta lain dengan ukuran yang lebih kecil. Kendati demikian, kayu keras yang digunakan membuat kereta itu tampak kuat dan kokoh. “Letakan barang itu di sana.” seorang pelayan wanita tampak tengah memerintah orang yang lebih muda. “Apa ada yang lain?” suara lain bertanya ingin tahu. “Tidak.”“Itu adalah kotak terakhir.” jawab pelayan yang lebih tua. Setelah memastikan kembali tidak ada hal yang tertinggal, para pelayan wanita segera masuk ke dalam villa. Meninggalkan para penjaga yang bertugas mengawasi kereta. Di dalam Villa Ruliazer. “Anda benar-benar akan pergi besok, Nona Muda?” suara seorang pemuda terdengar mengandung ketidaksenangan. “Seperti yan