Share

7. Diserang Orang tak Dikenal

Tidak sampai di situ, Feng Guang juga menemukan keanehan lain saat ia berkeliling ke sudut desa yang lain.  

Pakaian, jubah-jubah yang dikenakan warga mengingatkannya pada peristiwa masa lalu. 

“Baju mereka ... kenapa mirip dengan orang-orang dari Sekte Iblis Merah?” kata Feng Guang bergumam. 

Kemudian, ia terkejut sendiri dengan pemikirannya. Kalau saja benar, maka bukan tidak mungkin jika sekte itu telah membangun ulang desa Shengcun menjadi tempat tinggal mereka. 

Ada perasaan jemawa untuk sesaat. Sebab, jika hal itu benar terjadi ... maka hal itu bisa memudahkannya. Jika seluruh orang Sekte Iblis Merah telah menetap di desa ini, Feng Guang tidak perlu mencari-cari dalang peristiwa penyerangan di masa lalu. 

Hanya saja, kening pria itu kembali mengerut dalam setelahnya. ‘Tidak. Mereka pasti memiliki maksud lain! Aku tidak boleh gegabah!’ 

Rasa penasaran Feng Guang membawa ia terus mengitari desa. Anehnya, seluruh warga yang ditemuinya terlihat begitu ketakutan dan seolah menghindarinya.  

Tidak sedikit dari mereka yang bahkan langsung menutup pintu rumah mereka rapat-rapat ketika Feng Guang melintas di depan rumah mereka. Padahal, ia tidak melakukan apa pun selain melihat-lihat dengan santai.  

"Ini sungguh aneh!” pikirnya lagi. Dilihat dari segi mana pun, penampilan Feng Guang jauh dari kata menyeramkan. Meski, ia membawa sebilah pedang di punggung, tetapi bukankah seharusnya orang-orang itu telah terbiasa melihat seorang pria dengan sebuah pedang?  

Feng Guang semakin yakin, semua pasti ada sebabnya. Kakinya terus melangkah, hingga sampai di sebuah vihara.  

“Kenapa Vihara ini sepi sekali?”  

Tidak seorang pun terlihat bersembahyang. Bahkan, tempat ini lebih terlihat seperti gudang tak terurus. 

Mata Feng Guang terus meneliti keadaan Vihara usang ini. Hingga kemudian, matanya menangkap sebuah bercak darah tertinggal di sana.  

“Ini darah manusia, bukan darah hewan,” gumam Feng Guang, “apakah mungkin di Vihara ini telah terjadi peristiwa pembunuhan? Tapi, siapa yang sudah menghabisi mereka?" 

Rasa penasaran Feng Guang yang menggebu-gebu membuat ia melangkah lebih cepat menuju siapa pun yang bisa ia tanyakan sesuatu.  

Namun, tidak ada satu pun orang yang mau berlama-lama menatapnya, membuat ia seketika geram. Hingga kemudian, ia melihat sosok yang pernah ia kenal sebelumnya. 

“Paman! Tunggu!” Feng Guang segera menghampiri pria yang sudah nyaris melarikan diri itu. 

Di hadapannya saat ini, pria itu terlihat gemetar. Wajahnya memucat, bahkan tatapan matanya tak berani menatap Feng Guang. 

“A-aku tidak mengenalmu. A-aku--” 

“Kenapa Paman terlihat ketakutan dan menghindariku?” Feng Guang memutus perkataan pria itu yang terbata-bata. 

Kalimat tegas Feng Guang tersebut nyatanya justru menambah intensitas ketakutan di tubuh pria itu. Tubuhnya menggigil, kakinya terasa lemas, dan wajahnya pun berkeringat dingin. Lantas, pria itu pun berlutut sambil menjura kepada Feng Guang.  

“Ampun, ampuni aku,” katanya seperti orang memohon.  

“Paman, apa yang kau lakukan?” Feng Guang membawa pria itu kembali berdiri. Ia semakin keheranan dengan perilaku pria ini sekarang. “Jawab aku, Paman ... apa yang sebenarnya terjadi di sini?” 

“A-aku tidak tahu apa-apa, Feng Guang,” jawab pria itu dengan gugupnya. “Sungguh. Ampuni aku.” 

Melihat sikap pria itu yang begitu ketakutan padanya, Feng Guang pun akhirnya tidak tega terus mendesak. "Baiklah kalau Paman tidak mau menjawabku, tidak apa.” 

Setelahnya, dengan cepat pria tersebut berlalu usai menangkupkan kedua telapak tangan di dada. 

Bersamaan dengan langkahnya yang tergesa, sebuah kalimat mengherankan terucap dari pria itu, “Feng Guang sudah berubah menjadi seperti iblis! Bagaimana bisa dia kembali ke sini setalah membantai para pengurus Vihara Sian Ji?” 

Feng Guang keheranan, terlebih saat mendengar namanya disebut sebagai dalang pembantaian. ‘Aku? Siapa orang yang menggunakan identitasku untuk berbuat anarkis?’ 

Merasa pencarian informasinya akan sia-sia jika hanya mengandalkan orang-orang di desa ini, Feng Guang pun berinisiatif menuju desa lain. 

Ia akan mengumpulkan informasi keanehan ini lebih dulu, sebelum nantinya kembali ke desa Shengchun. Ia pun berjalan menuju desa Loksu yang jaraknya lumayan jauh dari desa Shengcun. Desa tersebut berada di wilayah perbatasan antara wilayah kerajaan Tionggon dan kerajaan Yanmar. 

Desa Loksu di abad pertengahan pernah menjadi sebuah ibu kota beberapa kerajaan kuno. Oleh karena itu, desa tersebut menjadi sebuah desa bersejarah yang memiliki beberapa situs kuno, sehingga keadaannya sangat ramai dan menjadi pusat perdagangan bagi para penduduk di wilayah tersebut. 

Tiba di desa Loksu, di dekat sebuah pasar ... Feng Guang menghentikan langkahnya kala hari mulai gelap. “Aku harus mencari penginapan di sekitar tempat ini,” kata Feng Guang sambil berjalan ke arah timur. 

Tapi, baru saja ia berjalan beberapa langkah, dirinya sudah dikejutkan oleh serangan pisau yang secara tiba-tiba meluncur deras dari arah yang tidak ia ketahui. Hampir saja, pisau tersebut melukai tubuhnya, beruntung Feng Guang cepat mengelak. 

Ssatt! 

Prak! 

“Bedebah! Siapa yang sudah menyerangku?”  

Dengan sorot matanya yang tajam, Feng Guang mengamati sekitaran tempat tersebut. Tetapi, ia yang tak melihat pelaku yang sudah melakukan serangan itu lantas meneruskan perjalanannya kembali.  

Feng Guang tidak mengetahui bahwa ada seorang pria yang sedari tadi terus mengikutinya.  

Setelah mendapatkan penginapan, Feng Guang kembali keluar, ia masuk ke salah satu rumah makan yang berada di sebrang jalan tidak jauh dari penginapan.  

Feng Guang masuk ke rumah makan tersebut bukan hanya untuk sekadar makan saja. Tetapi, ia sengaja mendatangi tempat itu karena ingin mendapatkan informasi apa pun mengenai Desa Shengcun.  

Di tempat tersebut ternyata terdapat banyak orang dari berbagai golongan, tapi di antara banyaknya pengunjung, ada seorang pria bertubuh tinggi dan berwajah sangar yang menarik perhatiannya. 

Pria itu satu meja dengan seorang gadis cantik berkulit putih, ia mengenakan pakaian serba biru dan menyanggul sebilah pedang di punggungnya. Terlihat jelas bahwa pria tersebut bukanlah orang sembarangan, begitu juga dengan gadis yang ada di hadapannya. 

Terlihat, gadis itu menoleh ke arah Feng Guang sebelum kembali menatap pria yang duduk bersamanya. 

Samar-samar, Feng Guang mendengarkan. “Siapa pemuda itu, Paman?” tanya gadis berpakaian serba biru kepada pria yang duduk di hadapannya. 

“Entahlah, mungkin dia itu seorang pengembara” jawab pria itu sambil menikmati makanannya. 

“Tapi dia sangat mencurigakan.” 

“Sudahlah, jangan kau pikirkan pemuda itu! Habiskan saja makananmu, yang penting dia tidak menggangu kita!” 

Gadis itu mengangguk, tetapi matanya terus mengawasi gerak-gerik Feng Guang yang berada tidak jauh darinya. 

Selain itu, di dalam ruangan tersebut tampak tiga orang pendekar setengah baya yang jenggotnya panjang menjulur ke dada. Kemunculan pendekar paruh baya di sini menarik perhatian Feng Guang. Sebab, biasanya orang-orang seperti mereka jarang sekali makan di rumah makan. 

Sadar dirinya diawasi ketat oleh sosok gadis dan pria di hadapannya, Feng Guang pun mengedarkan pandangan. Ia mencoba mencari keanehan yang mungkin ia miliki, hingga membuatnya jadi sorotan, hingga pandangannya kembali bentrok dengan tiga pendekar setengah baya yang juga sedang mengawasinya.  

Mereka duduk tidak jauh dari tempat Feng Guang. Tiga pendekar itu tampak sinis sekali. 

Karena kesal terus diawasi oleh ketiga pendekar itu, maka dengan sengaja Feng Guang membalasnya dengan menajamkan sorot mata. Hingga tanpa ia sadari, muncul sebuah kekuatan besar yang keluar dari matanya, kekuatan tersebut berupa sinar yang sungguh menyakiti mata orang yang melihatnya. 

Hal tersebut, membuat kaget ketiga pendekar itu. Tanpa banyak bicara lagi, mereka bangkit dan langsung membayar makanan dan minuman yang belum mereka habiskan, kemudian meninggalkan rumah makan itu. 

“Apakah kau tahu dengan pemuda yang ada di dalam rumah makan tadi?” tanya salah seorang di antara ketiga pendekar itu kepada kawannya. 

“Entahlah, sepertinya dia bukan pemuda sembarangan. Aku yakin, pemuda tadi memilik kekuatan dan kepandaian yang luar biasa, sorot matanya saja sudah membuat mata kita sakit,” jawab kawannya sambil berjalan keluar dari halaman warung makan. 

“Aku curiga dengan pemuda itu, jangan-jangan dia itu pelaku teror yang sudah menghabisi para pengurus Vihara Sian Ji,” sahut pendekar lainnya. 

“Apakah kau yakin bahwa pemuda itu adalah pelaku yang sudah menghabisi para pengurus Vihara Sian Ji di desa Shengcun?” 

“Benar, sepintas wajah dan penampilannya sangat mirip sekali. Saat peristiwa itu terjadi, kami masih berada di desa Shengcun dan kami ikut mengejar.” 

“Apa yang kau katakan memang benar, kita harus mengawasi gerak-geriknya, aku yakin pemuda itu ada kaitannya dengan peristiwa pembunuhan yang terjadi di Vihara Sian Ji.”

Sebenarnya, apa yang terjadi? Mengapa semua warga yang ditemuinya memiliki kecurigaan pada Feng Guang yang baru saja kembali dari perantauan? 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status