Share

6. Kembali ke Desa Shengcun

“Itu adalah tugas pertamamu.” Lui Shan berujar dengan tenang. Sementara itu, Feng Guang masih mengamati benda dalam genggamannya tanpa berani membuka. "Surat itu harus kau serahkan kepada seorang pendekar yang bernama Yu Zui.”

“Yu Zui?”

“Hem. Yu Zui adalah pendekar yang memiliki hubungan baik dengan Le Tu Hua dan orang-orang yang sudah menghancurkan desamu.”

Duar!!

Seperti tersambar petir, eskpresi Feng Guang lantas berubah keras. Nampak di wajahnya sekarang aura kemarahan yang begitu membara.

Jika Yu Zui adalah orang yang sama dengan orang yang telah menghancurkan desanya ... maka sudah sepantasnya Feng Guang membalas dendamnya pada pendekar tersebut.

“Aku pasti akan melaksanakan tugas ini dengan baik!”

“Kau harus berhati-hati ketika menghadapinya. Fokuskan dirimu, temukan kelemahannya.” Sejenak, Lui Shan memandang wajah Feng Guang. “ Selain itu, jagalah Mustika Naga yang aku berikan kepadamu.”

“Tentu, Kek!” jawab Feng Guang.

Ia paham, jika Mustika Naga itu adalah benda berharga yang pernah menjadi rebutan para pendekar di seantero jagat! Sekali saja benda tersebut jatuh di tangan yang salah ... maka bukan hanya Feng Guang yang akan kalah. Dunia pun mungkin bisa mendapatkan sebuah bencana besar.

Feng Guang kemudian menatap Mustika tersebut. Di permukaan mustika itu, ada sebuah gambar—berupa ukiran. Namun, ia sendiri tidak paham, apakah gambar tersebut hanya hiasan, atau merupakan sebuah pesan?

Penasaran, Feng Guang pun bertanya. “Lalu, harus kuapakan mustika ini, Kek?”

"Kau bisa memberikannya pada Yin Fu jika suatu saat bertemu.” Kakek tua itu terlihat tidak ingin banyak berbicara lebih jauh mengenai mustika tersebut.

Mereka berdua terus berbincang-bincang mengenai berbagai hal, sebelum besok ia akan meninggalkan Lembah Cui, juga meninggalkan Lui Shan yang selama ini telah membantunya.

Hari yang ditunggu pun tiba. Kini, waktunya Feng Guang meninggalkan Lui Shan dan tempat ia berguru.

‘Terasa berat sekali meninggalkan tempat ini,’’ batin Feng Guang.

Secara diam-diam, Feng Guang menangis. Bulir bening mengalir membasahi kedua pipinya.

Melihat Feng Guang menangis, Lui Shan menertawakannya. Lalu berkata, “Hei! Kenapa kau menangis? Sudahlah, jangan menangis! Kau ini bukan lagi bocah kecil, kau adalah seorang kesatria. Jangan cengeng, Feng Guang!”

“Aku tidak menangis, Kek,” sanggah Feng Guang sambil tersenyum-senyum menutupi kesedihannya.

“Sudahlah, sekarang kau harus pergi dari tempat ini! Kalau kau masih berada di sini, maka aku akan melemparmu!”

Meski mulutnya berkata demikian, tetapi di dalam hatinya tersimpan perasaan sedih yang begitu mendalam. Sama seperti yang dirasakan oleh Feng Guang.

Feng Guang tak lantas pergi, ia bergeming sambil tertunduk di hadapan Lui Shan.

Setelah lama menundukkan kepalanya, Feng Guang mulai mengangkat wajahnya tetapi sudah tidak menemukan lagi sosok Lui Shan.

Padahal, ia ingin sekali memberikan penghormatan terakhir, atau sekadar pelukan perpisahan.

“Kakek Lui Shan benar-benar tidak memberikanku kesempatan untuk berpamitan,” ujarnya dengan pundak yang lusuh.

Namun lagi-lagi, tidak ada yang bisa ia lakukan selain melangkahkan kaki meninggalkan Lembah Cui dan sang guru. Kini, setelah dirasa bekalnya sudah cukup, sudah waktunya ia memulai perjalanan penembusan dendam.

Dengan keberanian yang baru, juga kemampuan yang semakin bertambah baik, Feng Guang akhirnya memulai perjalanannya kembali ke desa tempat ia tinggal dulu.

Perjalanan yang cukup jauh membuat Feng Guang membutuhkan waktu berhari-hari untuk bisa tiba di desa Shengcun. Di pinggiran kota Yuanzi, mata pria itu menerawang jauh, membedakan penampakan desa ini dulu dan sekarang.

“Desa ini sudah benar-benar berubah. Sekarang, hanya ada orang asing di sini,” ujarnya sedikit murung, mengingat semua kerabatnya telah terbunuh di hari kepergiannya dulu.

Desa Shengcun memang sudah berubah total, ada banyak bangunan mewah yang berdiri di sepanjang jalan utama. Desa yang dulu merupakan wilayah terisolasi, kini sudah berubah bentuk menjadi sebuah desa yang ramai dan memiliki penduduk yang sangat padat.

Saat Feng Guang tengah menyisir satu per satu wajah yang dinilainya asing ... tiba-tiba pandangannya bersirobok dengan sosok yang tidak asing.

“Jadi, ada orang lain juga yang berhasil selamat saat itu?” ucapnya dengan pelan.

Praktis, wajah Feng Guang berubah cerah. Sebab, kehadiran sosok yang tidak asing itu bisa membantunya.

Hanya saja, entah mengapa tatapan seseorang yang dulu begitu ramah, kini berubah seperti orang yang ketakutan kala menatapnya. Sosok pria itu bahkan terlihat melangkah terburu-buru guna menghindari Feng Guang.

“Aneh, kenapa dia seperti ketakutan melihatku? Apa yang sebenarnya terjadi?”

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status