Dalfon, Adit, Ansel sedang bercerita tentang kejadian tadi saat mereka sekolah. Ada beberapa hal lucu yang tadi terjadi. Mulai dari Adit yang lupa membayar makanan di kantin, sampai Ansel yang ketahuan selingkuh oleh pacarnya.
Merek bercerita sambil berjalan memasuki rumah Dalfon. Saking asyiknya mereka berbicara, mereka tidak sadar kalau ada sebuah mobil berwarna merah yang terparkir di garasi rumah Dalfon.
Mereka masuk ke dalam rumah Dalfon begitu saja. Seperti biasanya. Mereka yang tadinya sedang sibuk tertawa, langsung berubah menjadi diam saat melihat ada sosok wanita paruh baya sedang duduk di meja makan bersama Jingga.
Wanita paruh baya berambut pirang panjang, menggunakan sebuah kemeja putih dan rok hitam sepanjang lutut.
Wanita itu adalah Shila. Ibunya Dalfon dan Jingga yang telah lama menghilang dan sekarang tanpa sepatah kata pun kembali lagi menemui Dalfon dan Jingga.
Ansel dan Adit pun geram melihat kehadiran wanita itu. Pasalnya
Vedora menatap secara saksama apartemen yang ada di hadapannya. Apartemen itu adalah apartemen yang disewa oleh Dalfon untuk sementara waktu. Ia datang ke apartemen itu karena memang disuruh oleh Dalfon datang ke sana untuk membahas beberapa masalah tentang pil energi.Penjagaan apartemen itu sangatlah ketat. Orang-orang yang mau masuk ke dalam apartemen itu harus menunggu di luar, sampai orang yang menyewa apartemen itu datang dan mengatakan kepada para penjaga kalau memang orang itu adalah tamunya.Vedora sendiri tidak tau alasan kenapa Dalfon menyewa apartemen dengan penjagaan seketat itu. Tetapi ia yakin, dibalik tindakan Dalfon ini, ada sesuatu yang buruk yang sedang terjadi pada Dalfon.Tidak lama setelah Vedora menunggu di ruang tunggu. Datanglah Dalfon. Saat Dalfon datang, para penjaga yang tadi mengawasinya pun kembali ke posisi mereka masing-masing untuk melanjutkan pekerjaannya mereka menjaga pintu masuk apartemen dan para tamu yang baru saja datang.
Ansel mengambil dompetnya yang ada di dalam tas sekolah. Setelah itu, ia berlari menyusul Adit dan Dalfon yang sudah lebih dulu berjalan menuju ke arah kantin sekolah.Jarak antara Ansel dengan Adit dan Dalfon cukup jauh. Karena memang Ansel membutuhkan waktu yang cukup lama untuk menemukan dompetnya yang terselip di dalam sebuah buku pelajaran.Saat Ansel sudah memasuki area kantin. Ansel tidak melihat ada sesuatu yang aneh terjadi. Kantin yang biasanya dipenuhi oleh orang-orang yang jajan makanan dan duduk di meja-meja yang sudah disediakan, sekarang dipenuhi oleh orang yang sedang bergerombol seperti sedang mengamati sebuah pertandingannya.Ansel yang penasaran pun langsung berjalan menerabas gerombolan orang-orang itu. Untung saja Ansel sudah dikenal sebagai anggota OSIS. Jadi orang-orang yang ada di hadapan Ansel langsung menyingkir, memberikan Ansel jalan untuk berjalan maju.Langkah Ansel terhenti saat sudah berada di barisan terdepan. Di titik itu
Volva sedang ada di kediaman keluarga Virgo. Ia ke sana untuk mengkonsultasikan tentang dirinya yang terluka akibat menahan tendangan dari Dalfon.Kejadian itu sudah sekitar tiga hari yang lalu. Tetapi entah kenapa, sampai sekarang Volva masih merasakan sakit di bagian kakinya. Dan rasa sakit itu, hanya bisa dihilangkan untuk sementara.Rasa sakit yang dirasakan oleh Volva, membuat Volva tidak fokus menjalankan sebuah tugas. Dan itu sangat menghambat tugasnya sebagai pemimpin keluarga Aurora.Vinka sendiri juga kebingungan. Pasalnya kalau memang Volva terkena sebuah tendangan biasa, harusnya cidera yang dialami Volva bisa langsung hilang dengan sekejap. Tetapi kali ini tidak. Membuat Vinka kebingungan harus berbuat apa.Vinka menulis beberapa obat-obatan yang harus diminum oleh Volva untuk beberapa hari ke depan. Vinka harap obat-obatan itu bisa meredakan atau bahkan menyembuhkan cidera yang sedang dialami oleh Volva.Saat Vinka sedang
Ansel tertawa terbahak-bahak saat melihat wajah Adit memerah karena terkena rayuan dari Lucia. Bukan cuma Ansel yang tertawa, semua orang yang ada di warung juga ikut tertawa saat melihat alat pendeteksi jantung yang telah terhubung dengan Adit menunjukkan bahwa detak jantung Adit berdetak kencang.Membuat Adit mau tidak mau harus dinyatakan kalah dalam pertandingan itu. Dan Lucia berhasil menang.Setelah menerima kekalahannya, Adit membawa Lucia untuk kembali duduk di kursi kosong yang ada di dekat Dalfon dan Ansel.Adit sebisa mungkin bergaya biasa saja, supaya tidak ada yang tau bahwa sekarang ia sedang menahan rasa malu yang teramat besar."Woi, Sel. Lo gantian sana," teriak salah satu orang."Lah, lo rabun? Pacar gua nggak datang bodoh! Masa iya gua godain si Dalfon?! Amit-amit jabang bayi, deh," balas Ansel sambil menunjuk orang yang tadi menyuruhnya."Yang belum tuh cuma lo sama Dalfon doang. Jangan curang dong," sahut salah sat
Raina. Nama itu terus berputar-putar di kepala Ansel. Membuat Ansel tidak bisa fokus saat sedang ada di dalam kelas. Sejak bel masuk berbunyi, ia terus menerus mengingat nama itu. Dan bertanya-tanya siapakah perempuan itu, sampai-sampai bisa membuat Dalfon yang selama ini dikenal sebagai es bisa mengucapkan kalimat sehangat itu.Tentu saja hal itu adalah hal yang sangat jarang terjadi. Malahan itu adalah pertama kalinya. Di hadapan semua orang, Dalfon mengucapkan kalimat yang menunjukkan bahwa Dalfon sayang menyayangi perempuan itu. Hal itu tidak pernah terjadi sebelumnya. Membuat mereka yakin kalau memang Dalfon memiliki hubungan khusus dengan perempuan itu. Tetapi apa?Ansel merasa sangat pusing. Karena memikirkan hal itu terus. Satu-satunya hal jawaban yang ia temukan yaitu perempuan itu adalah perempuan yang dulu berdansa dengan Dalfon di acara penutupan Kompetisi Tujuh Sekolah. Dan kemungkinan besar perempuan itu adalah murid dari SMA Bulan.Saat bel
Arasha berlari mengejar seorang laki-laki yang baru saja keluar dari gerbang SMA Angkasa. Dengan tenaga yang cukup kuat, ia mencengkeram lengan laki-laki itu. Membuat langkah laki-laki itu harus terhenti seketika.Pandangan Arasha langsung tertuju pada manik mata laki-laki itu. Dan tindakannya yang menghentikan langkah Dalfon langsung menjadi sorotan semua orang yang ada di depan gerbang SMA Angkasa."Lo ada urusan sama gua?" tanya Dalfon sambil melepaskan cengkeraman Arasha."Iya. Gua mau cari tau tentang identitas perempuan yang tadi lo sebutin," jawab Arasha."Perempuan? Perempuan yang mana?""Yang lo bilang sebagai rahasia keluarga.""Oh, dia. Boleh. Tapi lo harus ngelakuin semua yang gua perintah. Gimana?"Dalfon tersenyum licik. Ia sengaja memberikan syarat itu supaya Arasha merasa tidak sanggup dan menolaknya. Dengan begitu, ia tidak perlu lagi menceritakan tentang kisah Noel kepada Arasha."Baik. Gua bakalan nurutin sem
Dalfon melangkahkan kakinya masuk ke dalam kamar mandi. Benda pertama yang ia pandangi adalah sikat gigi yang ada di dalam sebuah gelas yang terletak di depan cermin.Padahal ia belum menyikat giginya. Jadi seharusnya sikat gigi itu masih dalam keadaan kering. Tetapi ini tidak. Sikat gigi berwarna biru itu basah. Menandakan bahwa sikat gigi itu baru saja digunakan oleh seseorang.Dan sekarang kondisinya yang ada di apartemennya hanya ada dirinya dan Arasha yang sedang bersantai di atas sofa. Membuat dirinya langsung berpikiran bahwa sikat gigi itu habis digunakan oleh perempuan itu.Tanpa pikir panjang, Dalfon mengambil sikat gigi itu. Lalu berjalan ke luar kamar mandi. Ia melangkahkan kakinya ke ruang tengah. Untuk menemui Arasha dan memastikan tentang kecurigaannya."Woi. Sikat gigi lo pakai?" tanya Dalfon sambil mengangkat tinggi sikat giginya."Lah? Itu bukannya lo siapin buat gua? Kan warnanya biru," tanya Arasha balik."Aneh lo!
Dalfon merasa sangat lelah. Karena tadi pagi sampai sore, ia latihan bela diri bersama Noel. Dan diakhir pelatihan, ia paksa untuk bertarung melawan Noel. Yang tentu saja, Dalfon masih kalah.Dalfon kalah dalam hal bela diri. Tetapi itu wajar saja. Karena tingkatan bela diri Noel sudah jauh di atasnya. Dan Noel adalah seorang penjaga keluarga Gracia. Yang pasti memiliki kemampuan yang sangat besar.Dalfon hanya bisa tersenyum tipis, saat mengingat bahwa ia sudah berusaha sekeras mungkin untuk menghindari serangan Noel. Tetapi tetap saja, serangan Noel mengenai tubuhnya. Serangan Noel memang tidak keras. Tetapi serangan Noel sangatlah cepat. Membuat Dalfon tidak bisa menebak di manakah serangan Noel selanjutnya akan terarah. Dan sering kali prediksi Dalfon salah kaprah, membuat Dalfon harus menerima serangan Noel menggunakan tubuhnya sendiri.Walau sudah berkali-kali kalah, Dalfon tetap semangat. Ia yakin suatu saat nanti, ia akan menang. Dan bisa ter