Share

Ch. 5 Kemenangan

Dengan tatapan yang penuh keberanian, Radin Christ menjaga keseimbangannya saat Raja Chronoaris mundur perlahan dengan tubuh yang gemetaran. Ksatria wanita tersebut berdiri tegak, tak terpengaruh oleh rasa takut yang merasuki Raja Chronoaris.

"Saya adalah Radin Christ," ujar Radin dengan suara yang tenang, tetapi tak sempat melanjutkan perkataannya ketika Raja Chronoaris menyambar dengan amarah. "Saya tidak peduli dengan siapa kau. Tapi anjing Chronovia sepertimu akan mati di tangan pengawalku!" Raja Chronoaris berbicara dengan suara terbata-bata, tampak ketakutan saat ia mundur perlahan.

Radin tersenyum sinis, menangkap getaran ketakutan yang meliputi Raja Chronoaris. "Aku melihatmu berlari dari sesuatu. Jadi, sepertinya ada sesuatu yang mengejarmu, bukan, Tuan Chronoaris?" Ksatria wanita itu maju perlahan, berusaha memojokkan Raja Chronoaris yang semakin terpojok dalam keadaan ketakutan.

Raja Chronoaris merasakan bagaimana sudut yang sempit dihadapinya semakin sempit. Tatapannya yang penuh ketakutan berusaha mencari jalan keluar, tetapi tak ada keberanian yang tersisa dalam dirinya untuk melawannya. Dia merasa seolah dunianya runtuh di hadapan ksatria yang tak hanya memiliki kekuatan fisik, tetapi juga keberanian dan kecerdasan yang luar biasa.

"Sialan!" teriak Raja Chronoaris, suaranya terputus-putus oleh kepanikan yang melandanya. "Di manakah pengawalku saat aku berlari ketakutan seperti ini?" Dia mencoba mengejek Radin dalam upaya terakhirnya untuk mempertahankan sedikit martabat yang tersisa.

Tak lama setelah suara hentakan kaki Henrick terdengar di belakang Raja Chronoaris, suasana pertarungan semakin memanas. Terik matahari yang memancar di langit sore mulai menyimbulkan aura yang sangat menakutkan saat Henrick mendekati mereka dengan langkah yang tenang. Sambil mengayunkan pedangnya yang berlumuran darah, ia dengan nada pantun mengumumkan kehadirannya.

"2 burung berkicau tak karuan, dan ini adalah akhir dari kalian," ucapnya dengan nada yang menggambarkan kepastian kemenangan. Gerakan tubuhnya yang santai menyiratkan keberanian yang tak tergoyahkan.

Tiba-tiba, sebuah aura yang begitu kuat dan menyeramkan melesat dari belakang Raja Chronoaris, menyambar keduanya. Tanpa ragu dan tanpa pikir panjang, Radin merapalkan mantra sambil menutup helm ksatrianya, memasuki mode menyerang yang kuat.

"Light: Heaven's Sword!" seru Radin sambil mengarahkan pedangnya ke atas. Cahaya putih mulai menyelimuti bilah pedangnya, memancarkan aura yang menyilaukan.

Tidak berhenti di situ, Radin melanjutkan rapalannya dengan penuh keberanian. "Light: Heaven Armor!" seru Radin sekali lagi. Kali ini, cahaya putih menerangi seluruh armor yang menutupi tubuhnya, menciptakan perisai melindungi dirinya dari serangan musuh.

Dalam balutan cahaya suci, Radin berdiri dengan sikap yang tegap, siap untuk melawan Henrick. Cahaya pedang dan armor yang memancar dari tubuhnya menunjukkan keberanian dan kekuatan yang tak tergoyahkan.

Henrick tersenyum sinis, melihat perlengkapan ksatria wanita itu. "Ah, sebuah pertunjukan cahaya yang indah," katanya dengan menggoda. "Namun, apakah itu cukup untuk melawanku?"

Radin menjaga ketenangannya, tidak terpengaruh oleh ucapan Henrick. "Ketahuilah, ini adalah pertunjukan terakhir yang akan kau lihat karena kau akan menemui akhirmu!"

Dengan ketegangan yang melingkupi mereka, pertempuran antara Radin dan Henrick siap untuk dimulai.

Raja Chronoaris, yang berada di antara Radin dan Henrick, tiba-tiba jatuh pingsan di depan Radin. Meskipun terkejut, Radin mengabaikan keadaan raja dan fokus pada Henrick yang mengeluarkan aura menakutkan. Dengan cepat, Radin melesat ke arahnya, mempertajam konsentrasinya dan menyiapkan serangan berikutnya.

Sesaat kemudian, Radin sudah mendekati Henrick, pedangnya diayunkan dengan kedua tangan mengarah ke arah kanan. Namun, dengan gerakan yang lincah dan terampil, Henrick melangkah maju dan memutar tubuhnya 90 derajat ke belakang menggunakan kaki kirinya, dengan mudah menghindari serangan maut dari Radin. Seperti seekor kucing yang gesit, Henrick melanjutkan serangannya dengan pedangnya yang meluncur dari arah bawah dan mementalkan pedangan kearah atas

Tidak puas hanya dengan itu, Henrick melancarkan serangan tambahan. Dengan kaki yang terangkat, ia memutarnya dari arah bawah ke arah perut Radin dan menghantamnya dengan tendangan yang kuat. Gerakan itu membuat radin terpental jauh membentuk lengkungan parabola ke arah belakang.

Setelah terhempas jauh membentuk lengkungan parabola ke arah belakang, Radin akhirnya tergeletak di tanah dengan tubuh yang terasa remuk. Meski luka-luka yang dialaminya semakin parah, semangatnya untuk melawan tidak pernah padam.

"Sialan! Siapa kau sebenarnya?!" seru Radin dengan suara yang terengah-engah, sambil berusaha bangkit kembali.

Henrick, tanpa mengucapkan sepatah kata pun, meluncur dengan kecepatan yang mengagumkan. Ia mengarahkan tendangannya dengan tepat, menghantam tubuh Radin yang rapuh. Terdengar suara gemuruh saat tubuh Radin terbentur beberapa pilar, menyebabkannya hancur berkeping-keping. Radin akhirnya terhenti tertahan pada pilar yang ke-11, seolah-olah menjadi lambang kemenangan bagi Henrick.

Armor yang dulu gagah kini hancur berantakan, terlihat retak-retak dan tercabik-cabik. Helm Radin juga mengalami nasib serupa, dengan sebelahnya yang hancur dan mengungkapkan wajah yang terluka dan penuh ketegaran.

Henrick mendekati Radin yang terkapar di antara puing-puing. Tatapan sinis dan kepuasan menghiasi wajahnya. "Berhentilah melawan"

Di suatu tengah kekacauan pertempuran, Jeremy, dengan keberanian dan keterampilan bertarungnya, berhasil memporak-porandakan pasukan Chronoaris di depannya. Serangan-serangan yang lincah dan mematikan dari Jeremy membuat pasukan lawan terkejut dan kehilangan semangat bertarung. Mereka tercecer, teracak-acak, dan terpaksa berhadapan dengan kekuatan yang tak terduga.

Sementara itu, di Ruangan Meeting yang terletak di balik medan pertempuran, Mizuha memandang pemandangan itu dengan mata terbelalak dan takjub. Ia tidak menyangka bahwa Jeremy memiliki kekuatan yang luar biasa, hampir setara dengan Xander.

"Dia benar-benar luar biasa," gumam Mizuha dengan suara tercekat.

Suara sorakan riuh dari pasukan Jeremy yang menyaksikan keberhasilan rekan mereka terdengar di kejauhan. "Wooooooooooo!" seru mereka dengan semangat yang membara. Energi positif dan keyakinan mereka memancar, menguatkan semangat pertempuran yang membara hati para prajurit.

Di dalam ruangan yang dibanjiri suara sorakan yang kencang, Reinhard mulai membuka matanya. Dia merasakan kelelahan yang melanda setiap serat tubuhnya. Lingkungan sekitarnya masih terasa samar, dan dia berusaha mengumpulkan kembali kesadarannya.

Suara sorakan semakin keras dan menggema di ruangan itu, mencerminkan euforia dan kegembiraan yang mewabah.

Sementara Reinhard meraih kesadarannya yang perlahan, ia melihat dirinya terbaring di kasurnya dengan tubuh yang terasa kaku dan lemah. Ia memutar-mutar kepala dan mencoba mengingat apa yang terjadi sebelumnya. Kilatan gambar-gambar berkelebat di benaknya, mengingatkannya pada kejadian saat Jeremy bertarung dengan Xander.

Dengan perlahan, Reinhard menggerakkan tubuhnya dan berusaha untuk duduk. Sensasi kelemahan masih menghantuinya, tetapi ia tak ingin membiarkan dirinya terpuruk dalam keadaan itu. Dalam usaha untuk berdiri, ia merasa lututnya gemetar dan keseimbangannya goyah.

"Tuan!! Kau sudah bangun!!" suara keras seorang penjaga memecah keheningan di ruangan itu. Dalam kilatan sinar matahari yang masuk melalui jendela, Reinhard melihat seorang pria berdiri di dekat tempat tidurnya dengan wajah yang penuh perhatian.

Reinhard menatap penjaga itu dengan pandangan heran. Selama ini, dia tidak pernah merasa bahwa pangkat atau gelarnya layak dipanggil dengan "tuan". Dia hanya tumbuh dan berinteraksi dengan Jeremy dan jauh dari kehidupan statu oleh keluarga-keluarga bangsawan. Namun, kini dia mendapati dirinya dipanggil dengan sebutan tuan, dan perasaan kebingungan melintas dalam pikirannya.

"Maaf, apakah Anda berbicara kepada saya?" tanyanya dengan wajah penuh kebingungan.

Terlihat pintu ruangan Reinhard terbuka, Xander terkejut dan segera berjalan cepat memasuki ruangan dan terkejut melihat Reinhard yang baru saja bangun dari tidurnya.

Teriakan Xander menggema di seluruh ruangan

Reinhard menatap Xander dengan ekspresi campuran kebingungan dan keheranan yang terpancar dari matanya. Ada begitu banyak pertanyaan yang memenuhi pikirannya, dan dia merasa semakin terjebak dalam kebingungannya.

"Siapa kau?" desak Reinhard dengan suara yang kebingungan, mencoba mencari jawaban

"Reinhard, aku adalah Xander. Bisa kau bilang saya adalah penasihat" kata Xander dengan suara lembut.

"Dan kenapa kau memanggilku Kaisar?" tanya Reinhard dengan suara yang penuh keheranan. "Aku tidak mengerti apa yang sedang terjadi di sini."

Xander menarik nafas dalam-dalam, mencoba menjelaskan “Dimulai dari mana ya...” ujar Xander sambil berpikir.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status