INICIAR SESIÓNBayang-bayang masa lalu Alex mulai menghantui Alex, bahkan sering datang ke dalam mimpi Alex.
Alex semakin dibuat merasa sangat bersalah. Penyesalan yang akan dirasakan oleh Alex sampai akhir hayatnya. Apapun yang dilakukan oleh tidak akan membuatnya hidup atau kehidupan yang dulu terulang lagi.Yang ada Alex harus terus menata hidupnya untuk masa depannya sendiri. Beruntung Alex masih bisa bertahan walaupun harus menyembunyikan jati dirinya.Alex meraupkan kedua tangannya ke wajahnya sendiri saat detak jantungnya sudah mulai normal, lalu dia meraih botol air mineral yang ada di samping ranjangnya. Meneguknya untuk beberapa kali.Kemudian pria tampan itu kembali merebahkan tubuhnya ke atas ranjang dan memejamkan kedua matanya. Berharap tidak akan mengalami mimpi buruk lagi.***Han Yura mulai mencari tahu tentang sosok pria pendiam dan juga misterius itu. Hal yang membuatnya penasaran bukanlah sifat pendiam dari pria tersebut, aYura membaca kertas yang disodorkan oleh Ronald. Pria itu menyuruh Yura untuk membacanya dengan detail. Ronald tidak ingin ada kesalahpahaman atau hal yang buruk terjadi."Aku tidak ada maksud buruk denganmu atau mungkin kau berpikir aku akan mengubah isi surat itu setelah kau tanda tangani." Ronald meyakinkan Yura yang tampak masih ragu.Ada rasa takut saat Yura ingin menatap Ronald. Yura sangat tahu betul siapa Ronald. Ronald dan Benigno memang tidak jauh beda. Mereka berdua sama-sama berkecimpung di dunia hitam."Yura——namamu, bukan?" tanya Ronald dan dijawab anggukan kepala dari Yura. "Aku sudah tahu keadaanmu. Kau punya seorang anak yang masih butuh biaya banyak. Rumah yang masih mengontrak, tidak punya suami, dan terkadang susah untuk makan." Ronald menatap Yura dan Yura membalas tatapan Ronald. Yura mengangguk. Ronald mengembuskan napas dan menyandar ke head board. 'Jadi semua informasi yang dicari Pablo benar, lalu apa hubungan wanita ini dengan Peter? Apa mereka berdua sep
Waktu sudah menunjukkan pukul 11.30 siang. Hanya ada sisa waktu satu jam tiga puluh menit. Padahal jarak tempuh dari apartemen Peter ke rumah Yura kurang lebih sekitar 45 menit. Belum lagi waktu yang ditempuh untuk sampai ke klub malam.Akhirnya Peter meminta pada Yura untuk datang ke apartemennya, jadi pria itu masih punya banyak waktu untuk mempersiapkan diri.Beruntung Yura wanita penurut. Wanita itupun sanggup untuk datang ke apartemen Peter siang itu juga. Entah kenapa Yura begitu patuh dan nurut pada Peter atau karena Yura terlalu cinta pada Peter sehingga wanita itu rela melakukan apapun yang diperintahkan oleh Peter.Jawabannya ada pada si Author hehe ....Setelah mengiyakan panggilan dari Peter, Yura langsung mempersiapkan diri untuk segera menyusul ke apartemen Peter.Tidak butuh waktu lama Yura sampai di apartemen, karena untungnya siang itu tidak terlalu macet.Sesampainya di apartemen, Peter pun sudah siap dan dia pu
Jantung Brandon berdetak dua kali lebih cepat dari biasanya. Apakah kesempatan dia hidup hanya sampai hari itu? Brandon berpikir jika Ronald akan akan membunuhnya. "Apa maumu?" tanya Brandon. "Mauku ... hmm, soal klub malamku yang kau porak porandakan itu." Diam menatap Brandon. "Ah, sud———" "Jadi kau ingin menuntutku?" potong Brandon. Ronald memalingkan wajahnya untuk menatap Brandon. Alis sebelah kiri terangkat. "Aku tidak akan menuntutmu, tapi aku akan menawarimu sebuah pekerjaan," balas Ronald. Kini giliran Brandon yang alisnya menukik tajam. Menatap tajam dengan tatapan seolah pria itu tengah mempermainkannya. Brandon tersenyum tipis sambil menggelengkan kepalanya. "Benar-benar aneh!" cicitnya. "Aku akan melepaskanmu jika kau menerima tawaran ku. Tentunya kau juga butuh uang untuk hidup. Sedangkan kau sudah tidak punya pekerjaan lagi," papar Ronald. Brandon kembali diam. Kepalanya menunduk. Dalam hatinya dia berkicau dan memaki. 'Persetan dengan gengsi. Aku
Brandon masih merasa asing dengan suara tersebut. Pria itu masih bertanya-tanya siapa dia? Bahkan tidak bisa dipungkiri jika hati Brandon juga tengah berdebar-debar. Ada rasa takut? Pastinya iya karena dia merasa jika dirinya sudah dikepung. Brandon terus menggerakkan kedua tangannya yang terikat dan sepertinya rasa perih sudah menjalar ke lengan atasnya.'Siap sekali aku ini, huh! Kenapa tali ini susah sekali untuk dibuka?' keluhnya dalam hati.Antara pasrah dan ikhlas jika memang hidupnya harus sampai di hari itu saja. Brandon tidak bisa berteriak dan dalam keadaan terikat. Tenaganya sudah terkuras habis hanya untuk berteriak dan bergerak berusaha melepaskan diri, akan tetapi nihil. Hal itu tidak mungkin terjadi.Brandon masih memasang telinganya dengan tajam. Pria itu masih penasaran di mana dia berada dan siapa mereka. Jika terbukti mereka adalah orang suruhan Alex, maka Brandon akan membuat perhitungan dengan pria itu."Tuan, kami sudah membawanya ke sini," ujar Pablo."Hm, jadi
Peter membawa Yura ke sebuah klub malam guna menawarkan sebuah pekerjaan. Sebenarnya bukan Peter yang menawarkan pekerjaan, tapi bos-nya Peter.Yura sendiri memang sedang membutuhkan pekerjaan karena bagaimana pun juga ketika wanita itu sedang nge-fly, dia butuh serbuk putih yang banyak. Maka dari itu tentunya dia pun butuh uang banyak.Wanita itu mengikuti saja kemauan kekasihnya. Peter pun tidak bisa terus menerus memberi Yura serbuk putih gratis, karena Peter pun mendapatkannya dengan uang juga alias membelinya."Kau yakin menyuruhku kerja di sini?" Yura menatap Peter."Terus kau ingin bagaimana? Tidak mungkin aku terus memberimu secara gratis," ucap Peter ketus.Memang sangat menyakitkan, tapi Yura pun paham akan hal itu. Wanita itu tidak mungkin harus terus bergantung pada Peter. Mengingat Yura punya rasa trauma pada sosok ayah dari Zea. Seorang pria brengsek yang tidak mau bertanggung jawab. Pria bodoh yang begitu saja menghilang bak ditelan bumi."Bagaimana?" Peter menyakinkan.
Zea melangkah naik ke atas sambil tersenyum. Senyum yang begitu bahagia dan lega ketika melihat seseorang yang baru saja sampai. "Paman pulang." Berlari menghampiri Alex. "Paman tahu kalau aku punya keyakinan paman akan pulang hari ini." Alex tidak menjawab Zea. Pria itu terus melangkah naik ke lantai dua diikuti oleh Zea. Alex menghentikan langkahnya saat melihat sesuatu. Ya, sebuah kantung berisi susu dan sandwich. Alis Alex berkerut saat mendapatkan bungkusan yang lainnya tergeletak di sudut dinding. Zea muncul dari belakang Alex dan kepalanya terangkat menatap pria itu. Kini tatapan Zea beralih ke bekas bungkus sampah botol susu dan plastik bungkus sandwich. "Maaf, paman." Zea menatap Alex dengan mimik wajah takut, lalu menundukkan kepalanya. "Aku tidak mencurinya. Aku hanya membantu memakannya agar tidak basi dan aku sudah meminta izin pada paman," lanjutnya menjelaskan. Alex menoleh menatap Zea. Bocah itu mundur satu langkah. Bahkan Zea mendengar embusan napas kasar dari







