Home / Romansa / Kembalinya Sang Pangeran / Bab 18. Beri Hutan.

Share

Bab 18. Beri Hutan.

Author: Ine Time
last update Last Updated: 2025-03-27 18:09:58

Jiali melirik beberapa piring berisi makanan yang terhidang di atas meja. Aromanya menguar ke seluruh tenda, mengisi udara dengan bau rempah-rempah yang kaya. Jiali lapar, tetapi selera makannya hilang begitu saja begitu pandangannya jatuh pada potongan daging panggang yang mendominasi menu. Matanya membeku menatap daging dengan warna cokelat keemasan, dikelilingi bumbu yang tampak berkilau.

“Xiumei.” Xiumei mendekat. “apa itu ... daging kelinci?" suara Jiali terdengar serak, hampir tidak percaya.

Xiumei yang berdiri di dekatnya menunduk dalam-dalam, tidak berani mengangkat wajah. "Hamba tidak yakin, tapi sepertinya begitu, Nyonya," jawabnya dengan nada hati-hati, takut menyulut amarah Jiali.

Detik berikutnya, suara denting piring dan gelas terdengar memenuhi udara ketika Jiali menggebrak meja dengan keras. "Mereka benar-benar memanggangnya! Mereka membunuh kelinci itu!" serunya. Amarah yang selama ini melesak dalam dada akhirnya meledak.

Dengan langkah tergesa, Jiali keluar dari tend
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Kembalinya Sang Pangeran   Bab 19. Mainan Qing Yunqin.

    "Kau bisa sangat membantu bila mau berhenti menangis."Ucapan Yuwen membuat tangis Jiali semakin tidak terkendali. Bagi Jiali, Xiumei bukan hanya seorang pelayan. Mereka telah bersama sejak kecil, bertumbuh dalam suasana yang saling mendukung. Xiumei adalah saudari yang tidak pernah Jiali miliki. Kehadiran wanita itu dalam hidupnya lebih dari sekadar pelayan biasa—Xiumei adalah teman, sahabat, dan satu-satunya orang yang benar-benar memahami dirinya. Kini, melihat sahabatnya terbaring tak berdaya, Jiali merasa dunia seolah runtuh.Yuwen yang memijat pangkal hidungnya dengan kesabaran mulai menipis, menatap dengan tajam ke arah Wang Sanlao. Wang Sanlao sedang sibuk membakar obat berbentuk prisma yang terbuat dari bubuk herbal. Obat tersebut diletakkan pada beberapa bagian tubuh Xiumei yang terkulai lemah. Wajahnya tegang, tetapi penuh harapan. Tahu betul jika Xiumei tidak segera ditolong, racun itu bisa merenggut nyawa.Wang Sanlao kemudian mengoleskan ramuan dedaunan yang sudah ditum

    Last Updated : 2025-03-28
  • Kembalinya Sang Pangeran   Bab 20. Tersangka Semanis Gula.

    Yuwen mengarahkan langkahnya menuju dapur utama, diikuti oleh Yu Yong yang berjalan cepat di sampingnya. Ketika tiba di sana ada ketegangan yang menggantung di udara. Semua orang, baik pelayan maupun juru masak, tampak cemas,mengetahui bahwa ada yang salah. Namun, takut berbicara."Yu Yong, pastikan semua pelayan dan juru masak dikumpulkan di sini," perintah Yuwen dengan suara yang tegas dan jelas. "detiap sudut dapur harus digeledah,” lanjutnya"Baik, Yang Mulia," jawab Yu Yong penuh kewaspadaan. Ia segera bergerak untuk mengeksekusi perintah itu, dan dalam sekejap, dapur tampak lebih ramai karena semua pelayan dan juru masak dikumpulkan di tengah dapur.Tatapan Yuwen menyapu mereka yang tertunduk ketakutan, seolah-olah mampu membaca isi di tiap kepala. "Kalian semua tahu apa yang terjadi pada Nona Xiumei," katanya dengan suara yang membekukan udara, "salah seorang dari kalian memberi makanan yang telah terkontaminasi. Jika ada yang berani berbohong atau menyembunyikan kebenaran, kal

    Last Updated : 2025-03-29
  • Kembalinya Sang Pangeran   Bab 21. Selir Kesayanganmu.

    Suara keributan dari luar tenda membuat Jiali penasaran. Ia menarik selimut hingga setinggi dada Xiumei lalu keluar dari tendanya. Beberapa prajurit sedang membawa seorang pelayan wanita dengan tangan terikat ke belakang.Pelayan itu tampak ketakutan, wajahnya pucat pasi. Tak lama setelah itu, Yuwen diikuti oleh Yu Yong keluar dari tenda dapur, keduanya berjalan dengan langkah tegas dan penuh kewaspadaan.Jiali menghampiri mereka, matanya penuh tanya. “Apa kau menemukan petunjuk?" tanyanya menahan cemas di dalam hatinya.Yuwen berhenti sejenak dan menatap Jiali. Tanpa berkata meraih kantong kecil yang masih terpegang di tangannya dan memperlihatkannya kepada Jiali. "Ini yang ditemukan dari pelayan itu," jawab Yuwen.Jiali memandangi kantong itu dengan teliti, lalu mengalihkan pandangannya ke Yuwen. "Apa ini?" tanyanya lagi.Yuwen membuka kantong itu dengan hati-hati, memperlihatkan isinya. Di dalamnya ada sedikit sisa-sisa serbuk agak kekuningan dan terlihat mirip dengan yang ada di g

    Last Updated : 2025-03-30
  • Kembalinya Sang Pangeran   Bab 22. Jejak Racun.

    Pagi itu, saat matahari masih enggan menampakkan diri, Yuwen sudah melangkahkan kaki keluar dari paviliunnya. Langit di timur baru saja memerah, dan udara dingin menyelinap melewati jubah tebalnya. Tempat yang ia tuju adalah sebuah bangunan kecil di sisi utara karesidenan, tersembunyi di balik pepohonan yang rimbun. Bangunan itu tampak seperti gudang tua dari luar, dengan dinding kayu yang mulai memudar warnanya. Namun, bagi Yuwen, tempat ini adalah ruang penyelidikan yang dirancang khusus untuk menahan orang-orang yang mencurigakan tanpa menarik perhatian. Pintu kayu berat itu berderit ketika Yuwen mendorongnya. Di dalam, udara terasa lembap dan pengap, diterangi hanya oleh cahaya redup dari lentera yang digantung di salah satu sudut. Pelayan wanita yang ditahan di dalam ruangan itu duduk di sudut, tangannya masih terikat. Wajahnya terlihat lelah dan pucat, tetapi matanya menatap Yuwen dengan campuran rasa takut dan putus asa. “Yang Mulia,” suara pelayan itu bergetar. Yuwen

    Last Updated : 2025-03-31
  • Kembalinya Sang Pangeran   Bab 23. Pertaruhan Pangeran Mahkota.

    “Serbuk racun ini berasal dari jamur langka yang hanya ditemukan di wilayah Zijian,” ucap Yu Yong.Yuwen mengangguk. “Itu tidak berarti Permaisuri Sun Li Wei terlibat. Meski harganya mahal, bubuk ini diperdagangkan bebas. Aku ragu jika Hui Fen mampu membeli sebanyak itu.”“Selir Hui Fen menghadap,” teriak penjaga, diikuti kedatangan Hui Fen bersama seorang pelayan yang membawa baki berisi poci dan cawan porselen.“Hamba menghadap,” ucap Hui Fen.Yuwen melirik Yu Yong, yang segera bangkit dan mundur dengan hormat.“Sajikan tehnya.”“Baik, Yang Mulia.”Pelayan itu meletakkan baki di meja dan mundur beberapa langkah, sejajar dengan Yu Yong.“Yu Yong, bagaimana keadaan luka di leher Xiumei? Syukurlah istriku tidak menjadi korban racun itu.”Tangan Hui Fen yang hendak menuangkan teh terhenti sejenak. Ia menunggu Yu Yong memberi komentar pada pernyataan Yuwen.“Kondisi Xiumei sudah membaik,” jawab Yu Yong.“Bagaimana dengan penyelidikan? Apakah pelayan itu sudah mau bicara?”“Iya, Yang Muli

    Last Updated : 2025-04-01
  • Kembalinya Sang Pangeran   Bab 24. Di Ujung Kesetiaan.

    "Yuwen! Kita harus bicara! Kau harus jelaskan padaku? Mengapa kau melibatkan Xiumei dalam penyelidikan sedangkan aku tidak?! Jelaskan! Semuanya!”Yuwen tersenyum, baru kali ini ia senang mendengar suara protes nyaring Jiali makin dekat, seolah ada harapan tipis ia akan selamat.Langkah kaki Jiali terdengar cepat, suara sepatu yang menghentak keras di lantai marmer ruangan itu menggema. Jiali masuk dan langsung dikejutkan oleh pemandangan yang belum pernah ia bayangkan sebelumnya.Yuwen terkapar di lantai, tubuhnya terkulai lemah dengan darah menetes dari lengan kiri. Wajahnya pucat, napasnya terengah-engah, dan matanya sesekali terpejam, seolah ditelan rasa sakit yang luar biasa. Jiali terdiam sejenak kemudain berlari mendekat, terjatuh di sisi Yuwen, gemetar saat meraih tubuhnya yang mulai mendingin."Yuwen!" suaranya tercekat, gemetar saat menyentuh kulit Yuwen yang sudah semakin dingin. "Apa yang terjadi padamu?" tanyanya panik.“Aku akan segera menepati janjiku.”Jiali tersentak.

    Last Updated : 2025-04-02
  • Kembalinya Sang Pangeran   Bab 25. Salahku.

    Jiali duduk di sisi tempat tidur Yuwen, menggenggam tangan suaminya yang dingin dan lemah. Bekas luka di dada Yuwen masih segar, terlihat samar darah di bawah perban yang terikat dengan hati-hati. Hening malam terasa begitu pekat, hanya diiringi suara napas Yuwen yang berat dan perlahan. Jiali menatap wajah suaminya.Rasa penyesalan membola nyata. Mengisi tiap ruang dalam sanubari Jiali. Jiali takut, Yuwen tidak akan membuka matanya lagi.“Bagaimana ini bisa terjadi?" tanya Jiali pada dirinya sendiri. Tidak ada yang mendengarnya, tetapi pertanyaan itu seperti satu teriakan dalam telinga Jiali.“Nyonya.” Jiali menoleh, melihat Yu Yong memberi hormat dengan sopan. “Nyonya, silakan kembali. Saya akan tetap berjaga. Tuan Sanlao sudah mengobati Yang Mulia dan mengatakan bahwa Yang Mulia akan segera sadar,” lanjut Yu Yong, berusaha membujuk Jiali dengan lembut.Dengan hati-hati, Jiali berdiri dan merapikan selimut Yuwen. Sejenak Jiali terdiam menatap Yuwen. Ia harus berpikir cepat. Mengan

    Last Updated : 2025-04-03
  • Kembalinya Sang Pangeran   Bab 26. Malam Mencekam.

    Langkahnya jelas terburu-buru. Jiali ingin berlari, melepaskan dirinya dari kenyataan yang terus membebani. Berurusan dengan keluarga kerajaan memang tidak akan membuat hidupnya berada dalam satu kata tenang.Yuwen terluka oleh keluarganya sendiri. Orang yang berbuat membunuh Yuwen bukanlah orang asing. Orang itu adalah kakak Yuwen sendiri. Meski kakak tiri, tetap saja Yunqin adalah kakak Yuwen.Itu terlalu kejam dan Jiali menjadi penyebab Yunqin melakukan kekejaman itu. Setiap kali Jiali teringat bagaimana wajah Yuwen terbaring tak berdaya, darah yang mengalir di tubuhnya, hati Jiali semakin teriris. Seharusnya pernikahan ini tidak pernah terjadi. Seharusnya meski menengtang titah kaisar, Jiali bisa membatalkan perjodohannya dengan Yuwen.Yunqin ingin Jiali berada jauh dari Yuwen. Baik, ia akan mengabulkannya, tetapi untuk kembali ke sisi Yunqin … bagaimana Jiali bisa melupakan malam itu? Pertengkaran penuh darah itu? Bagaimana ia bisa melupakannya? Yunqin yang tidak pernah ia duga

    Last Updated : 2025-04-04

Latest chapter

  • Kembalinya Sang Pangeran   Bab 82. Penyambutan Mematikan.

    Suara denting lonceng pengiring kereta klan Mei mulai terdengar mendekat. Pelayan-pelayan berdiri berbaris di sepanjang jalan utama menuju aula penyambutan, lentera-lentera digantung tinggi. Pantulan cahayanya tampak berkilau di permukaan batu dan logam.Permaisuri Agung telah berdiri di ujung tangga utama. Wajahnya tampak tenang, tetapi matanya memperhatikan tiap-tiap wajah di sekitarnya.Di sisi kirinya berdiri Sun Li Wei, sang menantu mengenakan jubah hijau zamrud dengan perhiasan juga mahkota di kepala. Sementara di sisi kanan, sedikit lebih jauh, berdiri Jiali—istri sah Yuwen, wajahnya menyiratkan keteguhan sekaligus ketegangan.Yuwen berdiri setengah langkah di belakang Permaisuri Agung. Mengenakan pakaian kebesaran resmi berwarna gelap, dengan bordir naga hitam di ujung lengan yang selaras dengan Jiali. Sikapnya tetap tenang, nyaris beku, tetapi tatapannya sesekali melirik ke arah Jiali.Kereta utama berhenti tepat di depan tangga. Tirai disibak pelan, dan dari dalam keluar seo

  • Kembalinya Sang Pangeran   Bab 81. Diam dan Menonton Saja.

    “Sungguh? Aku menyebutnya begitu?” Xiumei mengangguk, “Apa … dia marah?” Kali ini Xiumei tidak berkomentar bahkan tidak memberikan reaksi apa-apa. Jiali mendesah, terdiam sesaat lalu melipat lengan di atas dada. “Ah, sudahlah, dia memang bedebah sialan. Seharusnya dia minta maaf padaku atau setidaknya menjelaskan tentang alasannya dia tidak mau membatalkan pernikahannya dengan Qilan. Xiumei, apa kau sudah mencari tahu siapa Mei Qilan?” Xiumei mengangguk kecil. Tangannya bergerak ke sisi pinggang, menarik selembar catatan kecil yang terselip rapi di balik ikat kainnya. Ia membukanya perlahan dan mulai membaca dengan suara pelan, tetapi jelas. "Mei Qilan. Putri dari Klan Meiyang. Klan tua yang dulu dikenal sebagai pelindung utara kekaisaran. Dia adalah perempuan pertama yang diizinkan mengikuti pelatihan militer penuh di keluarga itu, tapi juga yang pertama diusir." Jiali mengangkat dagunya sedikit. "Kenapa?" "Karena dia membentuk kelompok sendiri tanpa izin. Pasukan yang tidak tun

  • Kembalinya Sang Pangeran   Bab 80. Aku Benci Kau Karena Aku Cinta Kau!

    “Nyonya ingin mandi dulu atau langsung beristirahat?” tanya Xiumei berjalan pelan ke sisi Jiali.Jiali tak menjawab. Ia duduk di kursi rias. Matanya kosong menatap ke depan.Xiumei melepaskan jepit-jepit di rambut Jiali, bertanya lagi, “Kudapan malam, Nyonya? Dapur menyiapkan sup kacang merah.”Masih tak ada suara.Xiumei menggigit bibir. Berpikir apakah Jiali masih syok karena tadi ikut melihat proses persalinan. Ia beringsut, mencoba menawarkan lagi, “Kalau begitu, hamba ambilkan teh hangat—”“Pergilah, Xiumei.” Suaranya pelan, tetapi cukup untuk membuat Xiumei membeku. Xiumei memberi hormat. “Baik, Nyonya.”Langkahnya perlahan menjauh, pintu ditutup tanpa suara.Jiali masih diam di tempat. Menatap ke arah cermin di hadapannya. Namun, refleksi yang tampak bukan pantulan bayang dirinya.Yang dilihatnya adalah wajah Zili. Mata lelaki itu basah oleh rasa takut kehilangan, mencengkeram kedua tangan Qing An seolah dunia runtuh bila istrinya pergi.Hati Jiali bertanya. Apakah Yuwen akan

  • Kembalinya Sang Pangeran   Bab 79. Tangan Yang Tidak Bisa Menggenggam.

    Qiongshing tiba kamar Kaisar, tapi di ambang pintu langkahnya tertahan karena matanya menangkap sosok lain selain sang Kaisar.Permaisuri Wei Junsu tengah duduk anggun di sisi tempat tidur, menatap tabib yang sedang meracik ramuan di mangkuk porselen. Kaisar sendiri bersandar lemah di bantal, wajahnya pucat, dahi sedikit basah oleh peluh.Qiongshing berdiri diam. Belum sempat ia mengucapkan salam atau pertanyaan apapun, suara serak Kaisar memecah keheningan.“Aku tidak apa-apa,” ucapnya pelan, seolah memahami apa yang terlintas di benak Qiongshing. “hanya sedikit pusing.”Qiongshing menunduk sopan, tetapi matanya tak lepas dari Permaisuri Junsu. Ia segera memalingkan wajah dan hendak mundur keluar ruangan, tak ingin terlihat lancang atau menyela kebersamaan pasangan utama istana.Namun, sebelum ia bisa berbalik sepenuhnya, suara Junsu terdengar, tenang, tetapi penuh selidik.“Kedatanganmu pasti membawa kabar penting, bukan begitu, Qiongshing?” ucapnya dengan senyum tipis. “terlebih, k

  • Kembalinya Sang Pangeran   Bab 78. Tinggal Sekamar, Tapi Terpisah.

    "Nyonya, tadi pagi Tuan Gu Yu Yong datang,” ungkap Xiumei hati-hati sembari menyisir pelan rambut Jiali. Xiumei terdiam menunggu Jiali berkomentar lalu meletakkan sisir giok di meja. “Nyonya, katanya ... Yang Mulia Kaisar memerintahkan Yang Mulia kembali ke istana untuk persiapan pernikahan,” lanjut Xiumei ragu.Tetap tidak ada reaksi dari Jiali.Xiumei menelan ludah, lalu melanjutkan, “Tuan Gu juga bilang, kalau Nyona tak ingin ikut ... itu tidak apa. Yang Mulia tidak memaksa.”Diam. Hening yang menggantung seolah membuat waktu terhenti.Xiumei mulai panik dalam hati. Ia takut Jiali akan meledak, meneriaki, memecahkan cermin, atau kembali menghilang seperti sebelumnya. Namun, Jiali hanya menoleh perlahan, menatap Xiumei dalam-dalam.“Bersiaplah,” ucapnya mantap. “Aku akan ikut tinggal di istana. Aku akan menemui ayah untuk berpamitan.”Xiumei menegang. Tangannya refleks meremas sisi jubahnya sendiri. Entah mengapa Xiumei berharap Nyonya-nya itu berteriak, menangis, membalikkan meja

  • Kembalinya Sang Pangeran   Bab 77. Dalam Diam.

    Langit belum sepenuhnya gelap ketika Yuwen kembali ke kediaman keluarga Han. Jejak langkahnya terlihat cepat, seolah berharap dirinya sampai sebelum semuanya terlambat.Begitu melewati lorong panjang menuju kamar Jiali, pandangannya langsung tertarik pada sosok di kejauhan. Istrinya tampak duduk sendiri di dalam gajebo yang terletak di tengah taman kecil, dikelilingi semak dan pohon-pohon muda yang sedang merekah. Bahunya merunduk, dan dari tempatnya berdiri, Yuwen bisa melihat betapa kosongnya sorot mata Jiali. Ia tidak pernah melihat Jiali seperti itu sebelumnya. Yuwen hendak kembali melangkah, tetapi lengannya ditarik oleh seseorang. Yuwen menoleh.“Jangan dekati dia dulu,” ujar Dunrui.Ayah mertuanya berdiri di sisinya, pandangannya lurus ke arah gajebo. Di belakangnya, Xiumei berdiri menunduk, membawa baki berisi mangkuk kecil dan semangkuk bubur hangat yang mulai kehilangan uap.“Dia baru kembali tadi sore. Tak bilang apa-apa soal ke mana perginya,” lanjut Dunrui pelan, sepert

  • Kembalinya Sang Pangeran   Bab 76. Jiali Jiejie.

    “Yang Mulia, kamar sudah disiapkan. Yang Mulia sudah bisa beristirahat,” ujar Yu Yong yang muncul dari arah selatan kediaman Keluarga Han.Yuwen tidak menjawab, hanya mengangkat dagu ke arah kursi kosong di depannya. “Duduklah. Temani aku minum.”Tanpa banyak tanya, Yu Yong duduk. Yuwen mengambil cawan kosong dan menuangkannya penuh, lalu dengan tenang mengisi cawan miliknya yang nyaris kering.“Katanya malam ini, aku tidak memiliki Istri,” lanjut Yuwen sambil menatap permukaan arak.“Yang Mulia, hamba dengar dari Xiumei, Nyonya menyukai—”“Sebaiknya kau tidak menikah,” potong Yuwen memutar cawan di jemari lantas meneguk isinya hingga tak bersisa.“Mohon ampun Yang Mulia, tapi hba rasa sepertinya lebih baik Yang Mulia mulai membujuk nyonya,” sarannya.Yuwen memiringkan kepala, menatap Yu Yong dengan mata setengah menyipit lalu tertawa pelan. “Aku? Membujuknya?”Yu Yong terdiam. Belakangan ini, Yu Yong lega karena sepertinya Yuwen mulai membuka diri. Meskipun Yuwen masih mencurigai Jia

  • Kembalinya Sang Pangeran   Bab 75. Kenangan Semanis Cabai.

    Semua orang waspada ketika sosok berpakaian hitam melompat turun dari plafon lalu mendarat tanpa suara di depan mereka. Wajahnya tersembunyi di balik topeng kain hitam yang hanya menyisakan sorot matanya saja.Yu Yong langsung melangkah maju. Pedangnya dicabut ketika lelaki bertopeng itu mengangkat tangan lantas melepas penutup wajahnya.Topeng hitam itu jatuh ke lantai. Semua terdiam.Jiali membeku seolah seluruh dunia berhenti berputar.“Yuwen?” bisiknya nyaris tak terdengar.Mata mereka bertemu. Tak ada senyum dan tentu saja akan ada yang menuntut penjelasan pada akhirnya. Yuwen menyapu pandangannya ke seluruh ruangan sebelum berhenti pada Qilan sementara Qilan maju mendekat lantas tersenyum. “Baiklah, aku rasa semua sudah lengkap. Jadi, mari ikut aku.”Mei Qilan berbalik pergi meninggalkan keheningan canggung. Tak seorang pun bergerak, hingga akhirnya Yuwen mendahului langkah, menyusulnya tanpa berkata sepatah kata pun.Jiali menatap punggung suaminya yang menjauh, dadanya sesak

  • Kembalinya Sang Pangeran   Bab 74. Belati Bidadari.

    “Untuk apa dia menyimpan belati itu? Apa bagusnya? Menyebalkan!”Xiumei yang sedang menyisir rambut tuannya, menahan senyum gugup. “Penarinya ... memang memukau, Nyonya. Mungkin Yang Mulia ingin menghargai sebuah karya seni dengan menyimpan satu kenang-kenangan.”Jiali mendengus. “Menghargai karya seni? Kenang-kenangan? Seharusnya dia memuji musikus, bukan menerima pemberian dari wanita bercadar yang menari ingin menggoda dia!”Xiumei mengatupkan mulut, sadar jawaban itu bukan untuk dibantah.“Kita mungkin akan tinggal lebih lama di ibu kota,” ucap Yuwen yang masuk tiba-tiba ke kamar Jiali lalu melepas jubah luar dan memberikannya pada Yu Yong yang mengekor di belakangnya. “ada beberapa hal yang ingin aku cari tahu,” sambungnya.“Apa? Tentang penari itu?”Yuwen tak langsung menjawab. Ia menatap Jiali lalu berjalan mendekat kemudian duduk di sisi tempat duduknya. “Aku belum sempat mengatakan apa-apa, tapi kau merasa ada yang aneh darinya juga, kan?”Jiali menyilangkan tangan di dada, m

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status