Share

Ketidakadilan

Penulis: Emak pipit
last update Terakhir Diperbarui: 2024-04-03 10:51:56

"Kaulah pelakunya. Enyah dari hadapanku! Lepas!" teriak Max tak mau kalah.

Panik melihat kekasihnya akan dihajar Radit. Kekasih Max berteriak meminta tolong. Sontak saja perselisihan itu menarik perhatian warga kampus.

"Tolong! Tolong! Ada narapidana lepas. Ia ingin memukul Max!" teriaknya.

Mulai membuat keramaian. Radit langsung melepaskan genggaman kerah baju Max. Melihat Radit lengah, Max pun langsung meninju wajah Max dengan kepalan mautnya.

Buugggghhh.

"Brengsek! Kau ini penjahat, berani sekali mengintimidasiku!"

Radit terhuyung. Posisinya yang tak stabil langsung dimanfaatkan oleh beberapa orang untuk memegangi kedua tangan Radit. Max tersenyum licik. Dia kembali mengepalkan tangannya dan memukul perut Radit.

"Dasar culun yang sok jago! Rasakan ini!"

Bertubi-tubi Max menjadikan perut Radit samsak tinjunya. Hingga Radit tak berdaya dan terkapar.

Max masih belum puas. Ia menjambak rambut Radit dan dengan arogan berteriak di depan wajah Radit yang bonyok.

"Kau tidak akan diterima dikampus ini lagi. Kau terancam di keluarkan karena kampus ini tidak akan mungkin menampung penjahat sepertimu. Mimpimu menjadi lulusan mahasiswa pintar dan teladan sudah berakhir. Kau dengar itu, Dit? Kau sampah masyarakat!" kecamnya.

Semua bersorak atas kekalahan telak Radit. Dia seperti pecundang. Semua yang menonton tak ada satupun yang berpihak kepada Radit. Tak ada yang berbelas kasih ataupun membela Radit. Mereka semua sama. Orang-orang berduit yang suka menjajah orang miskin tak memiliki daya seperti Radit.

"Aku tidak menduga kau seperti ini. Aku berjanji kau akan merasa lebih dari ini!" seru Radit masih berusaha meneriaki Max di sisa-sisa tenaganya. Sebelum akhirnya ia ambruk dan pingsan.

*

Kejadian antara Max dan Radit terdengar oleh pihak kampus. Seusai Radit sadar dari pingsannya, ia sudah berada di ruang UKS. Entah siapa yang membawanya, tapi petugas UKS membangunkannya dengan kasar lalu mengusirnya untuk segera pergi menemui wakil kepala yayasan kampus.

"Kau harus segera bertemu wakil kepala yayasan. Dia sangat marah melihat area kampusnya ada tindak kekerasan. Harusnya kampus seelit ini tidak perlu menerima mahasiswa dengan beasiswa. Hasilnya ya begini, orang miskin tak tahu diuntung!" cecarnya.

Radit sudah kebal dengan hinaan di kampus itu langsung bangun dari tempat tidur. Perutnya masih sakit dan mual, tapi ia harus bertemu dengan wakil kepala yayasan. Entah apa yang akan terjadi di sana. Radit merasa akan terjadi hal buruk lagi. Hanya dia sudah pasrah.

Mau bagaimanapun ia nanti membela diri, dia sudah tahu pasti Max yang akan menang. Wakil kepala yayasan terkenal amat matre. Pasti Max akan membayar untuk sebuah perlakuan yang istimewa.

Tok tok tok ....

"Ya masuk!"

Radit kemudian membuka pintu lalu perlahan masuk dengan wajah menunduk. Ia sudah menebak dalam benaknya, di dalam ia pasti akan dimarahi lalu beasiswanya dicabut dan dia dikeluarkan.

"Maaf, apa Bapak memanggil saya?"

"Ya, benar. Raditya Cakranomoto. Silakan duduk."

Mendengar hal yang berbeda dari dugaannya, Radit menegakkan kepalanya. Matanya terbuka lebar. Di hadapannya sama sekali diluar ekspetasinya.

"Pria itu kan ...."

"Ehem!" Wakil kepala yayasan berdehem. Ia lalu menatap Radit dengan tatapan galak.

Perhatian Radit kembali kepada wakil kepala yayasan.

"Saya dengar kamu bikin onar di lingkungan kampus. Kamu ini mahasiswa jalur prestasi bukan? Kamu ingin beasiswamu dicabut dan dikeluarkan dari sini?" ucapnya dengan intonasi menghakimi.

Radit menggeleng cepat. Semula saat membuka pintu dan menemukan sosok pria yang mengaku utusan keluarganya, Radit merasa sedikit lega. Ia berpikir pertolongan akan ia dapatkan lagi. Namun, saat wakil kepala yayasan baru saja memarahinya, pupus harapan Radit untuk dibela.

"Maafkan saya, Pak. Tapi saya bisa jelaskan. Jadi–"

"Kamu tahu Tuan Brando kemari karena mendengar berita yang sudah tersebar di luar sana. Kamu membuat citra kampus ini rusak. Saya tidak bisa menerima alasan atau apapun lagi," putus sang wakil yayasan.

"Ah, jadi namanya Tuan Brando," batin Radit melirik ke arah pria bersetelan jas hitam itu lagi.

"Hei, Radit! Saya lagi bicara sama kamu, kamu malah memperhatikan yang lain. Kamu dengar tidak?" sentak wakil kepala yayasan.

"Tapi, Pak. Ini semua juga salah Max, dia yang–"

"Cukup! Saya memanggilmu untuk mendengar pengakuan dan kata maaf. Setelah itu tanda tangani surat keputusan kamu dikeluarkan," tegas wakil kepala yayasan.

Radit menelan salivanya. Ia melirik Tuan Brando yang masih diam saja memperhatikan situasi di dalam sana.

"Ada apa dengan pria ini. Mengapa dia diam tanpa mau membelaku. Apakah dia sebenarnya kemarin hanya berpura-pura baik?" pikir Radit.

Tak lama suara ketukan pintu terdengar. Sosok Max masuk. Dengan wajah arogan dan penuh percaya diri ia masuk lalu duduk tanpa dipersilakan.

"Jadi bagaimana, Pak? Apakah saya dipanggil untuk menyaksikan dia diberi hukuman setimpal setelah menganiayaku?" tanya Max.

Radit menyela, "Aku tidak melukaimu, Max. Kamu yang mengeroyokku hingga aku tak sadarkan diri."

"Kau tidak lihat, ini! Wajahku memar karena pukulanmu!" Max menunjukkan wajah kanannya yang terlihat memar.

Kening Radit mengernyit. Seketika Radit sadar jika Max sengaja melukai dirinya sendiri untuk memojokkan Radit. Tidak ada gunanya ia membantah, karena wakil yayasan pasti mendukung Max.

"Kenapa kamu diam? Sekarang bukti sudah ada. Kau dikeluarkan. Aku akan mengirim surat pemberhentian. Kau bisa ambil di bagian administrasi nanti. Berlutut dan meminta maaflah kepada temanmu, Max. Beruntung dia tidak menuntutmu karena ini termasuk tindak pidana. Ck!"

Radit mengepalkan tangannya. Ia sama sekali tidak terima mendapatkan hukuman yang tidak ia perbuat. Ia kemudian menoleh kepada Tuan Brando yang masih duduk manis di sofa tamu milik wakil ketua yayasan.

"Tuan Brando, apakah seseorang yang memiliki pengaruh seperti Anda hanya bisa diam melihat ketidakadilan ini? Mengapa orang kaya selalu menindas orang tidak berdaya sepertiku?" protes Radit

Mendengar ucapan Radit yang cukup berani kepada Tuan Brando membuat wakil kepala yayasan terkejut. Mimik mukanya mendadak pucat. Ia takut Tuan Brando merasa tersinggung atas tindakan Radit. Ia buru-buru berdiri lalu menarik Radit keluar dari ruangannya.

"Aduh, lepaskan Pak! Lepas ...!"

"Anak kurang ajar! Entah bagaimana orang sepertimu bisa diloloskan mendapatkan beasiswa jalur prestasi di kampus elit begini. Keluar dan jangan pernah muncul di hadapanku lagi!" usirnya dengan kasar mengeluarkan Radit lalu menutup pintu dengan sedikit keras.

Wakil kepala yayasan tersenyum kecut ke arah Tuan Brando yang posisinya kini berdiri. Wajah Tuan Brando menegang. Kedua tangannya masuk ke dalam saku celananya.

"Ma–maafkan atas kelancangan mahasiswa kami. Eehh ... Maksud saya ... Engg ... mantan mahasiswa kami. Saya berjanji akan segera mengeluarkannya dan–"

"Dia tidak bersalah," potong Tuan Brando.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Kembalinya Sang Pewaris Terkaya   Bintang Cakranomoto

    Radit berdiri di muka cermin. Ia hari ini tampil menggunakan setelan jas berwarna putih dengan dasi kupu-kupu melingkar di lehernya. Dia akan menjadi bintang malam ini. Tuan Husen akan mengumumkan soal kebenaran siapa dirinya di depan publik. "Dit! Ayo cepat turun! Kita sudah hampir terlambat," teriak Tuan Rudi dari lantai bawah.Radit menyunggingkan senyuman sinisnya."Kita lihat seperti apa terkejutnya ayah mertua nanti dengan semua ini."Radit menuruni anak tangga. Sementara Tuan Rudi sudah memberi sinyal klakson mobil beberapa kali agar Radit bergegas."Kau ini lelet sekali!" serunya kesal."Apakah ayah yang malam ini akan menyetir?""Ya. Bisa-bisa saat kita tiba, pestanya sudah selasai kalau kau seperti bekecot begitu," ketus Tuan Rudi.Radit tak menggubris omelan mertuanya. Dia duduk di kursi samping supir. Tak lama ponsel Radit berbunyi. Ada nama Lucy di layar itu. Radit tersenyum lalu bergegas mengangkatnya. "Kau dan ayah sudah berangkat ke pesta?" tanya Lucy di seberang san

  • Kembalinya Sang Pewaris Terkaya   Rencana Busuk

    "Tidak semua. Hanya 90 persen dari seluruhnya. Ayah masih memberiku 10 persen."Nyonya Soraya menggelengkan kepalanya dan menegakkan wajahnya dengan angkuh."Kenapa kamu seperti tidak marah dengan ketidakadilan yang ayahmu lakukan kepada kita, hah? Apakah ayahmu tidak ingat jika dia memiliki cucu lainnya? Kenapa anak yang baru muncul setelah puluhan tahun menghilang yang mendapatkan semuanya, hah?" protes Nyonya Soraya."Soraya, apakah aku harus memprotes semuanya di depan kuburan ayahku? Apakah aku harus menuntutnya padahal dirinya sudah tiada? Kamu pikir aku tidak marah? Aku marah jelas. Aku merasa tidak adil, itu juga sudah jelas. Tapi bagaimanapun aku tidak bisa berbuat apa-apa."Harris yang daritadi diam saja sekarang justru tertawa sambil mengeluarkan air matanya."Lelucon macam apa ini? Hahahaha! Aku lumpuh dan sekarang aku miskin. Sementara Radit, dia yang dulunya sampah sekarang mendadak menjadi pewaris Cakranomoto. Hahaha!"Kedua orang tua Harris beralih melihat Harris. Nyon

  • Kembalinya Sang Pewaris Terkaya   Dugaan Dokter

    Sore yang mendung. Beberapa pelayat mulai silih berganti berpamitan untuk pulang. Keputusan Tuan Mandala untuk melepaskan semua alat bantu di tubuhnya membuatnya hanya bertahan beberapa jam di ruangan ICU. Radit hampir saja nekat menjadi pendonor untuk sang kakek. Hanya saja, Tuan Husen bersikeras menolaknya."Kenapa?" tanya Radit saat itu. Ia masih merasa Tuan Husen meragukannya sebagai putra di keluarga Cakranomoto."Kakekmu tidak ingin hidup dihantui rasa bersalah. Dia ingin tenang." Hanya itu jawaban dari Tuan Husen selepas menandatangani surat dari rumah sakit untuk mengurus jenazah dari mendiang sang ayah.****PLAAAKKK!"PUAS KAMU SEKARANG, HAH!" Mendadak Nyonya Soraya mendaratkan tamparan keras ke wajah Radit hingga pipi pria itu memerah. Berapa pelayat yang tersisa semua terkejut dengan tindakan Nyonya Soraya, begitu juga Tuan Husen."Soraya! Apa yang kamu lakukan, hah?" Tuan Husen naik pitam. Ia menarik paksa istrinya untuk menjauhi Radit."Suamiku, kenapa kamu masih mem

  • Kembalinya Sang Pewaris Terkaya   Pesan Terakhir

    Bak petir yang menyambar di siang bolong. Tuan Husen terhuyung mendengar kabar itu. Baru saja, putranya Harris dikabarkan koma. Kini ayahnya, Tuan Mandala juga dikabarkan kritis."Aku akan menemui dokter dan melihat keadaan ayah," ucapnya kepada Nyonya Soraya.Nyonya Soraya yang duduk hanya bisa menangis."Dit, ikut denganku!" ajak Tuan Husen.Radit mengangguk pelan. Biar bagaimanapun kondisi kakeknya juga memprihatinkan. Radit tidak bisa menutup mata untuk cuek dengan keadaan genting itu.Radit pun mengikuti langkah Tuan Brando dan Tuan Husen.****Tiba di depan ruangan ICU, Radit dan Tuan Husen menunggu dokter selesai memberikan tindakan. Tak lama berselang, dokter dan suster keluar dari ruangan itu."Dokter bagaimana keadaan ayah saya?" tanya Tuan Husen."Tuan Mandala kondisinya masih belum stabil. Hanya saja–""Hanya apa dok?""Tuan Husen, apakah Anda tahu jika ayah Anda menginginkan semua alat bantu yang terpasang di tubuhnya sekarang harus dilepas?"Tuan Husen terbelalak. "Apa?

  • Kembalinya Sang Pewaris Terkaya   Harris dan Karmanya

    "Kau tahu siapa aku? Aku adalah Raditya Cakranomoto.""Apa? Bagaimana mungkin ... Itu artinya kau dan Harris–""Aku tidak peduli aku dan dia memiliki hubungan darah atau tidak. Tapi perlu kau tahu, aku memiliki kekuasaan melebihi Harris. Percaya atau tidak, kalau kau berkhianat lagi kepadaku. Maka kau akan menanggung akibatnya!" kecam Radit.Radit meninggalkan Max begitu saja dari penjara bawah tanah. Max berteriak memanggilnya penuh histeris. Menjerit meminta dikasihani, sayangnya Radit tak mengindahkan.Radit berjalan ke luar gedung kosong. Tuan Brando menyambut tuan mudanya dengan mobil mewah."Kau sudah siapkan apa yang aku minta?" tanya Radit dengan wajah dinginnya."Apakah Tuan yakin kali ini pria itu tidak berkhianat kepada Anda? Jika tidak, biar saya saja yang melakukannya untuk memberi ganjaran kepada Tuan Harris," ucap Tuan Brando sedikit khawatir.Radit menggeleng."Aku ingin melihat apakah Max berani berkhianat kepadaku lagi setelah apa yang sudah ia lewati di penjara bawa

  • Kembalinya Sang Pewaris Terkaya   Jadilah Eksekutornya!

    Keluar dari kediaman keluarga Cakranomoto, Radit bergegas pulang ke rumahnya. Tuan Brando berjanji untuk membawa pulang ayah mertuanya dan memberikan hukuman untuk para penculik Tuan Rudy.Radit sedikit terkejut mendapati sang ayah terikat di depan teras rumah mereka. Bahkan mulutnya masih dilakban, matanya pun ditutupi kain pengikat."Ayah mertua!" pekiknya.Tuan Rudy gemetar ketakutan. Ia memberikan kode untuk segera dibuka semua yang membelenggunya. Dengan cekatan Radit melepaskan ikatan tangan dan penutup mata. Tak lupa lakbanpun ia buka paksa sampai Tuan Rudy mengaduh kesakitan."Pelan-pelan dong!" pekiknya."Ayah mertua baik-baik saja?" tanya Radit."Kamu kemana saja, hah? Kamu tidak tahu apa, aku baru saja melawan maut. Aku hampir mati!" curhatnya sambil menangis.Radit sebenarnya sudah tahu ceritanya. Hanya dia berpura-pura polos."Aku pergi mencari ayah. Aku juga membuat laporan ke polisi. Siapa yang melakukan ini semua, Yah? Apa ayah kenal?" tanyanya.Tuan Rudy menggeleng.

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status