Share

Hanya peduli padamu

Hyu segera berlari ke kamar mandi. Ia membersihkan tubuhnya sebersih mungkin dan wangi. Ia tak ingin Nayla tidurnya terganggu karena bau badannya yang tak enak.

Saat Hyu selesai mandi ia melihat dirinya di kaca besar dan ia berdiri dengan kaget. Hampir semua bagian tubuhnya memerah dan ada beberapa luka goresan. Ia sedikit meringis karena mungkin terlalu bersemangat membersihkan diri sampai melukai dirinya sendiri.

Setelah memakai pakaian kering dan hangat, Hyu segera keluar dari kamar mandi. Hal yang pertama ia lihat adalah gadis yang ia cintai tertidur dengan sangat lelap. Enggan membuat suara bising, Hyu segera berjalan dengan suara pelan.

Ia duduk di tempat tidur sambil memperhatikan wajah pucat Nayla. Gadis itu tetap tidur tanpa kewaspadaan, padahal saat ini ia bersama laki-laki yang telah melecehkannya. Mata itu terus tertutup seolah-olah tak ada rasa khawatir dalam dirinya. Hal itu membuat Hyu semakin merasa bersalah.

Hatinya tenggelam semakin dalam.

Hyu telah hidup lebih dari 40 tahun. Ia hidup dengan berbagai macam cobaan. Sekarang ia harus dihadapkan dengan seorang gadis cantik yang masih berumur 17 tahun. Tentu saja ia merasa sedikit bersalah dan tidak normal. Perasaan itu terasa seperti ia adalah seorang pedofil.

Wajah Nayla masih terdapat lemak bayi dan terlihat menggemaskan saat tidur. Ia tak tega menggauli gadis sekecil ini. Apalagi sekarang tubuh kecil dan rapuh ini sedang mengandung anaknya. Ia tak tahan dan ingin menghukum dirinya sendiri.

Perlahan Hyu mendekat dan membelai lembut rambut Nayla dengan hati-hati, seolah-olah gerakan berlebihan akan menghancurkan gadis itu. Ia mendekat dan mencium kening gadis itu sambil berharap semoga ia bermimpi indah.

Setelah lama melihat, Hyu akhirnya bangun dan keluar dari kamar dengan segera. Ia membawa handphone miliknya dan mencari di internet berbagai pengetahuan tentang ibu hamil. Tak lupa ia juga mencari tentang perkembangan psikologi gadis remaja.

Hyu membaca dengan hati-hati semua yang dijelaskan di internet, seolah-olah itu adalah pengetahuan tentang hidup dan mati.

Setelah tengah malam ia segera masuk dan beristirahat. Tak lama ia memejamkan mata suara gerakan disampingnya mulai terdengar. Hyu segera bangun dan melihat Nayla berlari ke kamar mandi. Dengan panik Hyu langsung bangun dan menyusul Nayla dengan langkah yang tak kalah tergesa.

Saat ia masuk pemandangan yang ia lihat berhasil menghancurkan hatinya sekali lagi. Gadis itu terus muntah dengan cairan bening dan terlihat sangat pucat. Hyu segera mendekat dan menepuk punggung Nayla dengan pelan. Membantunya agar dapat memuntahkan semua hal yang ada didalam perutnya.

Hyu tak tahan melihat Nayla yang pucat dan lemah, seolah-olah ia akan pingsan saat itu juga. Hatinya tenggelam lagi, perasaan Hyu sangat rapuh mengingat pengalaman menyakitkan yang 22 tahun ia jalani. Rasa bersalah terus menumpuk dan ia tak tahan. Ia menangis sekali lagi.

Nayla muntah dengan sia-sia, tak ada sesuatu yang muncul di mulutnya. Hanya cairan bening yang membuat tenaganya terkuras seketika. Emosinya langsung melonjak. Ia tak tahan dengan tubuh lemah ini. Ia terlahir dengan fisik yang kuat dan sehat. Sekarang ia harus mengalami masalah semacam ini membuatnya tak tahan.

Kaca yang ada didepannya memantulkan wajahnya yang pucat. Tapi ada seorang laki-laki dibelakang yang terlihat menangis tak tahan. Emosinya kembali melonjak. Ia benci dipandang kasihan oleh orang lain. Bahkan jika ia jatuh ke dasar jurang, orang-orang tak boleh memandangnya dengan remeh. Itulah pendidikan yang ia dapatkan sejak ia kecil.

Nayla langsung mendorong Hyu dengan keras. Laki-laki itu tak melawan dan hanya pasrah dengan semua yang Nayla lakukan.

"Berhentilah menangis! Apa kamu banci?"

Julukan kasar itu tak segan Nayla layangkan, karena bagaimanapun laki-laki inilah sumber dari semua masalah yang ia hadapi.

"Maafkan aku." Ucap Hyu bergetar.

"Maaf, maaf dan maaf! Apa hanya itu yang kamu bisa? Berfikirlah bagaimana cara mencari solusi dan selesaikan masalah ini. Jika kamu ingin lari dari tanggungjawab, kamu bisa melakukannya. Setelah aku melahirkan anak ini, kita bisa bercerai."

Nayla selalu mengatakan sesuatu tanpa berbasa-basi. Ia enggan untuk bernegosiasi dengan Hyu, baginya Hyu itu bodoh dan tak masuk akal. Akan sangat rugi bagi Nayla untuk hidup bersama laki-laki bodoh seperti ini seumur hidupnya.

Hyu langsung kaget dan panik. "Aku tak ingin bercerai, aku akan bertanggungjawab."

Melihat kesungguhan di mata Hyu membuat Nayla sedikit melunak. "Buktikan. Dengarkan aku Hyu, aku bukan Dena yang akan bersikap lembut padamu. Aku akan membunuhmu jika kamu membuatku kesal seperti dulu lagi."

Suara mengancam itu membuat Hyu sedikit takut. Keluarga Barat bukanlah keluarga sembarangan. Ia tau terkadang keluarga itu bercampur dengan beberapa tindakan kriminal. Terbukti saat ia masuk penjara, hakim menetapkan nya sebagai tersangka dengan durasi sidang yang terbilang singkat. Bahkan hukuman yang ia terima melebihi tuntutan jaksa.

Saat berada didalam penjara, ia menghadapi berbagai macam jenis pembunuhan. Luka yang ia alami pun tak sedikit. Berbagai macam gangster di penjara memusuhinya dan mencoba membunuhnya beberapa kali. Itu cukup membuktikan bahwa pergaulan keluarga barat bukan hanya bisnis komersial.

Sebagai anggota keluarga Barat, tentu saja Nayla bukan gadis yang biasa-biasa saja. Ia tau gadis ini sangat nekat, itu terbukti saat ia marah dan menyetujui aborsi dengan segera. Tak ada keraguan di mata Nayla saat itu, Nayla hanya ingin terbebas darinya dan akhirnya ia meninggal di meja operasi.

"Kenapa kamu diam saja, takut aku menyakiti Dena dan mengintimidasi nya?"

Saat mendengar pertanyaan itu, Hyu langsung menggeleng kuat. Ia hampir lupa dengan gadis satu itu. Dena adalah orang yang ia perhatikan dimasa lalu. Gadis itu adalah adik Nayla yang berbeda ibu. Gadis dengan citra suram yang sering ia anggap lemah. Tapi siapa yang menyangka, bahwa gadis itulah yang menyebabkan bencana besar ini terjadi.

"Tidak, aku tidak peduli lagi dengan Dena. Aku hanya peduli denganmu." Ucapnya tegas.

Tak lama Nayla langsung tersenyum mencibir. "Anggap saja aku percaya."

"Kamu harus percaya. Aku tak pernah menyukai Dena, aku hanya kasihan padanya. Dulu aku hanya dimanipulasi olehnya sehingga aku menyakitimu. Aku benar-benar sudah sadar, jadi maafkan aku."

Nayla langsung memutar matanya dengan bosan. "Dengarkan aku Hyu, kamu dimanipulasi atau tidak itu bukan urusanku. Tapi kamu perlu tau satu hal, laki-laki yang ada di sampingku tidak harus pintar tapi tidak boleh bodoh. Kamu selalu tau apa yang aku maksud."

Nayla langsung meninggalkan Hyu seorang diri. Ia tak mau berbalik untuk menghiburnya.

Hyu hanya mampu menunduk dan tak berani membela diri lebih banyak. Kata 'manipulasi' seolah-olah menyandarkannya bahwa ia adalah laki-laki bodoh yang mudah disetir. Mungkin itulah alasan utama Nayla membencinya hingga saat ini.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status