Udara pagi begitu sejuk dan bau laut masih terasa begitu menusuk. Nayla melihat gelombang laut sambil berdiri di sebuah Villa besar di atas bukit yang menghadap langsung ke pemandangan laut yang begitu indah.
Villa ini adalah Villa yang berdiri selama ratusan tahun dan sempat terbakar sebelumnya. Ini adalah Villa milik keluarga Barat yang dibeli beberapa tahun lalu. Ayahnya bersikeras untuk melakukan pernikahan disini. Kata Ayahnya tempat ini adalah tempat seorang bangsawan Belanda membawa istrinya untuk berbulan madu. Mereka adalah pasangan yang menyatukan dua kebudayaan berbeda dan menyatu sebagai sebuah kesatuan.
Mereka berdua adalah lambang cinta sejati antara seorang penjajah dan pribumi. Heri Barat ingin Nayla dan Hyu belajar dari pasangan itu dan menikah sekali seumur hidup. Walaupun mereka memiliki perbedaan latar belakang dan kepribadian, mereka dapat menyatu dan hanya akan berpisah melalui kematian.
Saat Nayla puas melihat pemandangan laut, ia pun meli
Angin berhembus dengan tenang dan hikmat. Semua undangan telah berkumpul dan duduk di kursi putih sambil menghadap ke arah laut lepas. Hanya keluarga besar yang datang, karena Hyu dan Nayla ingin pernikahan mereka menjadi pernikahan yang sakral dan sarat akan makna.Hyu terus menghembuskan nafas dengan gugup. Ia menatap terus ke pintu sambil berjalan bolak-balik. Ia benar-benar gugup sekarang. Bahkan ayahnya tidak henti-hentinya menggelengkan kepala dan tersenyum maklum."Berhentilah bolak-balik. Ayah mulai pusing melihatnya.""Yah, apakah menikah selalu seperti ini? Aku merasa jantungku berdetak dengan kencang dan aku tidak bisa berhenti berkeringat."Mendengar pernyataan putranya, Tuan Sinarta langsung tertawa. Anaknya ternyata masih bisa berfikiran polos dan terbuka. Hal itu membuatnya merasa nyaman dan bahagia."Menikah memang seperti ini. Apalagi jika kamu menikahi orang yang kamu suka. Rasa gugup dan antusiasnya akan meningkat berkali-kali li
Sebuah gerbang besi berwarna biru muda yang memiliki banyak karat. Tampak sangat kokoh dan sedikit menyeramkan. Diseberang gerbang itu terdapat seorang laki-laki setengah baya berdiri dengan jas rapi dan mobil mewah dibelakangnya. Laki-laki itu menunggu seseorang keluar dan menyambutnya dengan suka cita.Setelah lama menunggu gerbang kecil di bagian kanan akhirnya terbuka, seorang paruh baya yang terlihat sedikit lusuh keluar bersama seorang sipir. Ya, laki-laki itu baru saja keluar dari penjara. Sekarang tepat 22 tahun Hyu mendekam di penjara. Sekarang ia sudah bebas dan dapat berkumpul dengan keluarganya lagi.Saat Hyu menatap laki-laki yang berdiri didepannya, ia sedikit terharu. Saat ia dalam keadaan susah, keluarganya tak segan untuk berdiri disampingnya. Sayang, orang tua sehebat itu harus memiliki anak yang bajingan seperti dirinya. Seorang kriminal yang menghancurkan hidup orang lain.Hyu memandang sang kakak dengan ekspresi sedih. Laki-laki itu 5 tahun
Saat mereka sampai di puncak bukit. Hamparan rumput segera menyambut mereka. Terlihat sangat indah dan menyejukkan. Rumput terlihat hijau dan terawat dengan baik. Pemandangan laut bisa mereka lihat di seberang sana. Sekali lagi Hyu tampak terkagum-kagum melihat tempat itu.Tempat yang cantik untuk wanita yang sangat cantik. Sangat cocok dan pantas untuk Nayla. Hanya saja gadis itu akan terlihat sangat indah jika dia tak berada di sini. Setidaknya In ingin melihat gadis itu hidup sekali lagi. Jika ia diberikan pilihan untuk menghidupkan kembali gadis itu, bahkan jika itu ditukar dengan nyawanya, ia akan sangat bersedia.Hyu berjalan ke tempat yang ditunjuk kakaknya, saat itu juga ia melihat foto kecil di atas batu nisan. Akhirnya kesedihan hyu pecah kembali. Gadis itu terlihat sangat cantik namun tak ada senyuman di wajahnya. Auranya memancarkan rasa anggun dan bersahaja. Hyu tak pernah bisa lepas dari pesona itu. Hanya saja pesona itu ia sadari tak lama setelah gadis i
Saat kegelapan menelan dirinya dengan putus asa. Hyu perlahan mulai membuka matanya. Rasa sakit di sekujur tubuhnya mulai terasa menyakitkan. Hampir semua bagian tubuhnya mengalami rasa perih yang tak bisa ia tahan. Hyu sedikit mengerang dan bergerak sedikit.Dalam hatinya ia berfikir mungkin inilah neraka dan ia merasa pantas mendapatkannya. Hyu sedikit menyunggingkan senyum tipis, sambil berbisik pelan. "Neraka tak semenyakitkan yang ada dibuku." Ucapnya bercanda.Mungkin Tuhan kasihan padanya, hingga Tuhan meringankan hukuman yang pantas ia terima.Saat Hyu menikmati rasa sakitnya, suara langkah kaki berhasil menarik perhatian. Suara itu terdengar sangat jelas, tapi Hyu enggan untuk melihatnya. Ia berfikir mungkin itu malaikat yang datang untuk menghukumnya. Namun rasa sakit yang ia tunggu tak kunjung datang. Tapi ada belaian pelan di punggungnya yang membuatnya nyaman."Kenapa kamu begitu keras kepala? Minta maaflah pada Tuan Heri dan bertanggungjawab
Seluruh keluarga Sinarta datang ke kediaman Barat. Sebuah pemukiman elit dimana para orang kaya berkumpul. Walaupun keluarga Sinarta tak kalah kaya, tapi hari ini mereka datang bukan sebagai tamu. Mereka datang sebagai pengakuan dosa atas semua perbuatan kriminal yang dilakukan Hyu.Sebagai orang yang memiliki pengalaman 22 tahun dipenjara, tentu saja psikologi Hyu sedikit terguncang. Keberanian, pemberontakan dan harga diri yang ia miliki telah lama hilang ditelan waktu. Walaupun ia sekarang berumur 18 tahun, tapi secara psikologis dia adalah seorang paruh baya. Kepengecutan telah mendarah daging didalam dirinya.Saat ia datang ke rumah Barat, tentu saja ia takut setengah mati. Apalagi kali ini ia akan berhadapan dengan orang yang menodongkan pistol di kehidupan sebelumnya. Ia takut bertemu ayah Nayla, takut ia tak mampu meyakinkan orang itu.Saat keluarga Sinarta datang, hampir semua keluarga Barat berkumpul. Mereka menunggu untuk melecehkan Hyu dan membalas d
Setelah lama memohon dalam kesakitan, akhirnya tubuh Hyu rubuh. Ia pingsan dan membuat keluarga Sinarta khawatir setengah mati. Sedangkan Keluarga Barat diam seolah tak peduli, bahkan Tuan Heri mengatakan bahwa Hyu tak akan mati jadi mereka harus tenang.Tanggapan Keluarga Barat yang dingin membuat amarah di hati Keluarga Sinarta sedikit bangkit. Tapi apa daya kemarahan harus mereka kubur dalam-dalam. Mereka sadar betul semua hal yang dilakukan keluarga Barat dapat dianggap wajar. Sebagai seorang Ayah tentu saja mereka ingin membunuh semua laki-laki yang menyakiti anak gadis mereka.Hyu digotong oleh keluarganya kembali ke kediaman Sinarta. Dokter pribadi keluarga pun datang memeriksanya, beruntung tak ada luka dalam. Sehingga membuat orang tuanya tak khawatir.Rama terus menemani adiknya dengan tatapan kasihan. Ia selalu menyesal dengan semua yang dialami Hyu. Ia merasa, ia ikut andil dalam setiap kehancuran yang dirasakan sang adik.Saat malam menjelang
Setelah makan semua orang memandang Hyu dengan tatapan serius. Saling menatap dan akhirnya menghela nafas dengan berat."Hyu, Tuan Heri Barat telah membelikan kalian sebuah Villa khusus. Mereka meminta kalian untuk tinggal bersama disana. Nayla akan berhenti bersekolah di sekolah umum dan kamu harus segera lulus. Bagaimana pendapat kamu?"Hyu sebenarnya tak memiliki pendapat khusus mengenai pengaturan itu. Ia tau Villa yang di beli Keluarga Barat mewah dan cenderung tenang. Sebagai orang yang tinggal di penjara selama 22 tahun, ia tak keberatan tinggal dimanapun. Apalagi itu adalah Villa dimana ia akan tinggal bersama istrinya."Aku tidak masalah dimana pun. Asalkan Nayla nyaman, aku siap dimana saja."Mendengar jawaban Hyu, semua anggota keluarga menjadi lega."Segeralah lulus dan lanjutkan kuliah. Bila perlu kamu harus magang di perusahaan Ayah."Nyonya Dea langsung menepuk suaminya keras. "Bagaimana bisa Hyu bekerja sambil kuliah, Hyu har
Hyu segera berlari ke kamar mandi. Ia membersihkan tubuhnya sebersih mungkin dan wangi. Ia tak ingin Nayla tidurnya terganggu karena bau badannya yang tak enak.Saat Hyu selesai mandi ia melihat dirinya di kaca besar dan ia berdiri dengan kaget. Hampir semua bagian tubuhnya memerah dan ada beberapa luka goresan. Ia sedikit meringis karena mungkin terlalu bersemangat membersihkan diri sampai melukai dirinya sendiri.Setelah memakai pakaian kering dan hangat, Hyu segera keluar dari kamar mandi. Hal yang pertama ia lihat adalah gadis yang ia cintai tertidur dengan sangat lelap. Enggan membuat suara bising, Hyu segera berjalan dengan suara pelan.Ia duduk di tempat tidur sambil memperhatikan wajah pucat Nayla. Gadis itu tetap tidur tanpa kewaspadaan, padahal saat ini ia bersama laki-laki yang telah melecehkannya. Mata itu terus tertutup seolah-olah tak ada rasa khawatir dalam dirinya. Hal itu membuat Hyu semakin merasa bersalah.Hatinya tenggelam semakin dala