Share

pantas untukmu

"Cih. Mendengarnya saja aku sudah jijik. Dia mengatakan padaku kalau menyukaiku. Bukankah itu kata-kata yang menjijikan dari mulutnya bukan. Dengar ya, pria miskin dan Kotor! Jangan berharap kau bisa mendapatkan aku! Cih." Zora terus saja menghina Ben.

Semua orang tertawa kembali mendengar cacian dan hinaan yang keluar dari mulut Zora. Salah seorang dari mereka yang bernama Jasper, mulai memprovokasi keadaan. 

Pria berambut klimis itu mulai mengayunkan tangan kekarnya ke pipi mulus Ben dengan kencangnya, serta mengayunkan kepalan tangan kiri ke arah perutnya hingga Ben jatuh terduduk.

Tak ingin tinggal diam, Elmo ikut serta menghadapi beberapa pria yang telah menahan mereka berdua. Elmo mengayunkan sikunya ke tubuh bagian bawah, dan menginjak kaki pria berbadan besar dengan penuh kekuatan.

Beberapa pria yang menahan serta mengikat tangan Elmo berhasil dikalahkan dan berujung terkapar di tanah. Meskipun badan mereka besar, tetapi mereka tidak memiliki kekuatan untuk bertarung secara laki-laki. 

Melihat lawan meminta ampun, Elmo langsung menarik tangan Ben dan segera membantunya keluar dari kumpulan pria kaya yang menyerangnya.

Lengan, perut, mata, bibir, serta dada Ben lecet, bengkak, dan terlihat biru Lebam. Dalam kondisi ini, sebenarnya Ben ingin melawan para pria yang menyerangnya. Akan tetapi, ia tidak memiliki kekuatan.

Keluar dari kedai, mereka berdua berjalan dengan langkah begitu cepat menuju parkiran mobil. Merasa risih Karena kedua lengan Ben masih saja di pegang oleh kedua sahabatnya, dengan cepat pria bermata emerald itu melepaskan kedua tangan sahabatnya.

"Maaf hyung, tapi aku hanya ingin membawamu agar kau tak berkelahi dengan mereka. Kau tahu kan, kalau kita berkelahi dengan mereka, maka tamatlah riwayat kita," ucap Elmo. "Aku tak suka jika kau dipermalukan seperti itu oleh Zora. Ayo masuk ke dalam mobil. Akan aku antarkan kau pulang," lanjut Elmo.

Ben menatap mata kedua sahabatnya lebih dalam, dan menelaah ucapannya dengan bijak. Beberapa menit kemudian, Ben membuka pintu belakang mobil sedan Peugeot keluaran terbaru milik Elmo.

"Kau tak ingin duduk di depan saja, Hyung?" tanya Elmo.

"Tidak," jawab Ben singkat. 

Elmo menyalakan mesin mobil dan memasukkan gigi satu. Sambil mengemudi, Elmo melihat kaca tengah, hanya untuk memastikan keadaan Ben baik-baik saja.

"Bisakah kita tidak terburu-buru untuk sampai di rumahku?" pinta Ben.

"Memangnya kau mau ke mana, Hyung?" tanya Elmo.

"Entahlah. Kemana pun itu, asalkan tidak kembali dalam keadaan seperti ini. Aku tidak ingin ayah khawatir melihatku dengan keadaan kacau seperti ini. Bagaimana kalau Kita jemput Lee dulu," jawabnya dengan suara sedih.

Mengerti akan perasaan Benedict, Elmo pun membelokkan setirnya ke kanan. Ia tahu tempat yang bisa menenangkan sahabatnya itu. Sebuah tempat yang luas dan tenang.

Ku Kan buktikan

"Maaf ya Hyung, mereka memang selalu seperti itu. Tidak pernah menghargai orang lain selain dari lingkungan teman-teman yang Kaya! Karena itulah, aku tidak pernah mau bermain dan bergaul dengan mereka," ucap Elmo sambil membersihkan luka di wajah sahabatnya.

Lee yang sejak tadi duduk menghadap kedua orang sahabatnya, berusaha memahami dan menyerap setiap perkataan dari sahabatnya Elmo. Pembicaraan sore ini terasa sedikit berat, yakni membahas mengenai apa yang telah terjadi pada kedua sahabatnya yang sudah ia anggap sebagai kakak tertuanya-Ben.

Semakin lama, ia melihat kondisi Benedict dengan wajah babak belur, tergelitik hati Lee untuk bertanya pada Elmo, “Ada apa dengan Hyung Ben, Elmo Hyung?”

“Wajahnya babak belur seperti itu, karena dia sudah berani mengungkapkan perasaannya pada Zora,” bisik Elmo.

Kedua netra Lee melotot, seolah tak percaya dengan apa yang sudah ia dengar, mulutnya terbuka membentuk huruf o. 

“Jadi dia babak belur karena diserang oleh Zora? Wah, ganas juga ya wanita itu,” tukas Lee.

“Babak belurnya sih bukan karena diserang oleh Zora, tapi dia diserang sama teman-temannya yang lain. Sssh … sudah lebih baik, kau bantu kau memberi alkohol pada luka lebam di wajahnya,” jelas Elmo sambil memberikan selembar kapas yang sudah di tetesi dengan alkohol.

Ben masih saja termenung, memikirkan bagaimana cara  membuktikan pada Zora, memberikan hadiah yang tak ternilai untuk Zora. Setelah kejadian penyerangan yang dilakukan oleh Zora, tak ada rasa penyesalan ataupun kapok untuk bertemu dengan Zora. Justru dia sangat bersemangat untuk bertemu dengan Zora kembali.

"Hyung. Kenapa kau diam saja?" tanya Elmo penasaran melihat tak ada reaksi dari Ben.

Dengan sengaja Elmo sedikit menekan kapas yang ditetesi oleh alcohol ke bagian bibir Ben, agar Ben mendengar apa yang dikatakan oleh para sahabatnya.

“Ouch, hati-hati Elmo!" teriak Ben kesakitan saat Elmo sengaja menekan luka tepat di bibirnya.

"Maaf, Hyung. Aku pikir kau pingsan. Habisnya tidak ada reaksi apa pun darimu," balas Elmo diikuti dengan suara gelak tawanya yang menggelegar.

"Aku sedang berpikir," ucap Ben.

"Apa yang tengah kau pikirkan, Hyung?" sahut Lee.

Ben menarik nafasnya dalam-dalam. Sambil mengatur emosi, ia berusaha menjawabnya dengan tenang. "Aku ingin membuktikan pada Zora, kalau aku bisa memberikan hadiah yang mahal untuknya," jawab Ben.

"Apa? Apa kau gila, Hyung?" tanya Lee dan Elmo terkejut mendengar jawaban Ben.

Entah apa yang dipikirkan oleh Ben. Kali ini akal pikiran Ben telah hilang, pikiran menjadi tidak logis. Ben benar-benar di mabuk cinta. 

Mereka berpikir bahwa tonjokan serta tamparan dari teman-teman orang kaya Elmo, membuat otak Ben bergeser terlalu banyak.

"Hyung … kau bercanda kan dengan ucapanmu barusan?" sahut Elmo.

"Tidak. Aku bersungguh-sungguh, dan sangat serius," jawab Ben dengan mantap.

Pria bertubuh 185 cm ini langsung berdiri, menatap deburan ombak serta merasakan kesejukan angin yang menyapu wajahnya. Sambil menatap kedua sahabatnya, Ben tersenyum merekah. Berusaha meyakinkan mereka bahwa dirinya ingin berjuang demi gadis pujaannya itu.

"Tapi Hyung, apa kau lupa, bagaimana Zora tadi sudah merendahkan dirimu, belum lagi teman-teman Elmo, Hyung," gerutu Lee.

"Tapi untukku, itu bukanlah sebuah hinaan. Akan tetapi sebuah semangat. Aku yakin, Zora telah memberikanku semangat untuk membuktikan padanya, bahwa aku bisa. Hmm … kira-kira hadiah apa ya, yang tak ternilai harganya, apa kau tahu Elmo?" lanjut Ben.

"Hyung, sudahlah kau jangan terlalu berharap terlalu tinggi. Nanti kalau jatuh, akan terasa sakit," timpal Elmo.

Kali ini mimik muka yang diperlihatkan oleh Elmo sangat serius. Omongan Elmo, bukan hanya sekedar tong kosong nyaring bunyinya saja. Elmo sudah mengenal betul, siapa Zora Sang itu.

Elmo tak ingin, pria yang begitu polos ini terluka hatinya hanya Karena ulah wanita yang tak pernah tulus mencintai laki-laki.

"Ayolah … kenapa mimik muka kalian seperti itu?" ledek Ben sambil memandangi wajah kedua sahabatnya. Merengut serta mengernyitkan keningnya. "Memangnya kalian tak pernah jatuh cinta ya? Sekarang aku bertanya pada kalian. Jika kalian jatuh cinta, pasti kalian akan melakukan apa pun demi gadis pujaan, bukan?" lanjutnya.

"Tentu saja. Tapi Hyung, seharusnya kau juga harus bisa melihat kesungguhan hati seorang gadis. Jika seorang gadis hanya melihat dan menilai pria dari material saja, maka bisa dikatakan gadis itu sangat matre!" bentak Elmo.

Hati Ben merasa kesal, lantaran Elmo secara tidak langsung menghina gadis pujaannya dengan sebutan gadis matre. "Apa maksudmu? Kau telah menghina gadisku, Elmo. Aku tidak suka itu!" pekik Ben.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status