Share

Bab 1121

Author: Imgnmln
last update Last Updated: 2025-05-18 19:41:55

"Kami bukan bagian dari Keluarga Wilford," salah satu dari mereka berkata datar.

"Kami di sini hanya untuk harta karun. Hidup atau matinya Gill, bukan urusan kami."

Gill menoleh cepat, matanya menyipit penuh amarah. "Kalian .... sialan, kalian mengkhianatiku?"

Sebelum sempat mendapat jawaban, suara tawa berat dan bergema memecah malam, menambah tekanan di dada siapa pun yang mendengarnya.

"Hahaha! Ucapan bawahanmu ternyata benar juga."

Sosok Kaidar muncul dari balik kabut bersama sekelompok pria berbaju hitam berikat lengan lambang Keluarga Winaya. Matanya menyala saat melihat Gill dalam posisi lemah.

"Gill, kau memang Tuan Muda Keluarga Wilford. Tapi di sini, di Kota Moniyan, siapa kau sebenarnya? Tanpa Wilford, kau hanyalah seekor anjing pincang!"

Gill meraung marah. "Kaidar! Kita punya kesepakatan! Harta dibagi rata!"

"Kesepakatan? Itu hanya kata-kata bodoh untuk membuatmu bekerja untukku. Ini wilayahku, Gill. Bukan Wilford! Aku ingin semuanya! Termasuk kepala Nathan!"

Nathan menyi
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Kembalinya sang Dewa Perang   Bab 1295

    "Pukulan palung beku!" Pada saat yang bersamaan, Zenix menyerang dari sisi kiri. Telapak tangannya memutih, diselimuti lapisan es setajam silet. Gelombang hawa dingin yang menekan menyebar, berusaha membekukan gerakan Nathan.Di sisi kanan, Seihun melompat, tubuhnya berputar di udara. "Sepakan sabit perak!" Ujung sepatunya bersinar dengan cahaya perak yang tajam, membelah udara dengan siulan melengking saat mengarah ke leher Nathan.Tiga serangan. Tiga arah. Tiga elemen.Diluncurkan secara serempak, tiba di hadapan Nathan dalam waktu yang bersamaan.Irarki, yang menonton dari kejauhan, wajahnya pucat pasi. Kekuatan gabungan ini sudah cukup untuk menghancurkan seorang ahli tingkat tinggi. Ini adalah bukti kekuatan sejati keluarga Himalaya.Namun, di hadapan badai serangan itu, Nathan tidak bergerak. Senyum sinisnya tidak memudar. Dia bahkan tidak mengangkat tangannya untuk bertahan.Tepat saat Irarki bertanya-tanya apakah Nathan sudah gila, sebuah cahaya keemasan yang menyilaukan meled

  • Kembalinya sang Dewa Perang   Bab 1294

    Nama itu keluar dari bibir Irarki bukan sebagai sebuah kata, melainkan sebagai hembusan napas yang dipenuhi akan teror. Dia tidak tahu bagaimana, atau sejak kapan. Satu detik yang lalu dia sendirian dalam kekalahannya, detik berikutnya, sang malaikat maut berdiri di belakangnya.Mendengar nama itu, Hideo yang baru saja berbalik dengan angkuh tersentak. Dia memutar tubuhnya dan matanya membelalak. Di pintu masuk aula yang remang-remang, Nathan berdiri. Wajahnya setenang dan sedingin permukaan danau di musim dingin, namun di bawah ketenangan itu, ada badai yang siap mengamuk."Irarki," suara Nathan memecah keheningan, nadanya rendah dan tanpa emosi, yang justru membuatnya berkali-kali lipat lebih menakutkan. "Kamu benar-benar hebat sekali."Tatapan Nathan terkunci pada Irarki. Setiap suku kata yang diucapkannya terasa seperti belati es yang menusuk langsung ke jantung Baginda Sekte itu. Niat membunuh yang tak terbatas—murni, pekat, dan tanpa ampun—memancar dari Nathan, membuat udara di

  • Kembalinya sang Dewa Perang   Bab 1293

    Air mata keputusasaan mulai menggenang di sudut mata Sheerena. Dalam benaknya yang kalut, bayangan Nathan muncul—bukan sebagai penyelamat, melainkan sebagai pengingat akan kekuatan sejati, tentang kehormatan yang kini sedang diinjak-injak. Bayangan itu memberinya kekuatan terakhir untuk menatap Hideo dengan kebencian murni, bukan ketakutan.Tok! Tok! Tok!Suara ketukan pintu yang tiba-tiba terdengar begitu kasar dan tidak pada tempatnya.Hideo membeku, lalu raut wajahnya berubah menjadi amarah yang buas. Dia bangkit dengan geram. "Bajingan! Apa kau tidak mendengarku tadi?! Kau ingin mati, hah?!" raungnya ke arah pintu."T-Tuan Muda Kedua..." Suara bawahan dari luar terdengar gemetar ketakutan. "Baginda Irarki dari Sekte Herbivor datang. Katanya, ada urusan yang sangat mendesak."Hideo mengernyit. "Sialan! Untuk apa orang tua itu kemari selarut ini?""Beliau tidak mengatakannya, Tuan Muda. Tapi wajahnya... wajahnya terlihat sangat panik!"Hideo mendengus keras. Dia melirik Sheerena yan

  • Kembalinya sang Dewa Perang   Bab 1292

    Melihat kerutan di dahi Nathan, Irarki buru-buru menambahkan, "Mereka adalah keluarga konglomerat yang cukup berpengaruh di Kota Orbit. Dulu mereka tidak berani mengusik kami, tapi sekarang... yah..." Irarki membiarkan kalimatnya menggantung, membiarkan Nathan menarik kesimpulannya sendiri. Sebuah taktik klasik, biarkan lawan mengisi bagian yang kosong dengan asumsinya sendiri. Realitas dunia bela diri adalah hukum rimba. Yang kuat berkuasa, yang lemah menjadi mangsa."Kalau begitu," kata Nathan, nadanya masih datar, "Apakah ada kemungkinan orang dari keluarga Himalaya yang menculik Nona Sheerena dalam perjalanan pulangnya?"Pertanyaan itu seperti tusukan pedang. Irarki merasakan jantungnya berhenti sesaat. "Itu… saya tidak berani menduga, Tuan Nathan. Saya sungguh tidak tahu." Dia menggelengkan kepalanya, berusaha terlihat tulus dan bingung.Nathan kembali menatapnya dalam diam. Kali ini lebih lama. Keheningan merayap, mencekik. Irarki bisa merasakan kemeja di punggungnya basah oleh

  • Kembalinya sang Dewa Perang   Bab 1291

    Sesampainya di ambang pintu koridor samping, Irarki menempelkan tubuhnya ke dinding yang dingin, mengintip melalui celah ukiran kayu. Dan di sanalah dia. Berdiri di bawah cahaya rembulan yang menerobos gerbang utama, sosok Nathan tampak tenang, namun ketenangan itu memancarkan aura tekanan yang membuat udara di sekitarnya terasa berat. Alisnya sedikit mengernyit, sebuah detail kecil yang mengirimkan gelombang es ke seluruh tubuh Irarki.Di luar, Nathan menarik napas dalam-dalam, aroma dupa dan ramuan kering dari Sekte Herbivor tercium olehnya, namun ada aroma lain di baliknya—sesuatu yang samar, seperti ketakutan yang basi. "Irarki... sudah tahu aku di sini, mengapa begitu bertele-tele?" batinnya, kesabarannya mulai menipis.Dengan satu pikiran, kesadaran spiritualnya menyebar seperti jaring sutra yang tak terlihat, menembus dinding dan pilar, langsung menemukan sosok gemetar Irarki yang bersembunyi di koridor.Nathan tertegun sejenak. “Mengapa dia bersembunyi?”Pertanyaan itu muncul,

  • Kembalinya sang Dewa Perang   Bab 1290

    "Aku tahu!" isak Sheena di dadanya. "Aku tahu kau pasti belum mati! Aku tahu!"Nathan benar-benar bingung sekarang. "Mati? Siapa yang bilang aku mati?""Martial Shrine!" jawab Sheena sambil menyeka air matanya. "Mereka membuat pengumuman resmi di forum bela diri. Katanya... katanya Ketua Sancho sendiri yang sudah membunuhmu."Kening Nathan berkerut. ‘Dasar Sancho,’ pikirnya geli campur kesal.Tapi di sisi lain, ini sebenarnya bagusuntuk Nathan. Status mati memberinya kebebasan untuk bergerak tanpa diawasi."Hahaha," Nathan tertawa kecil. "Memangnya aku bisa dibunuh semudah itu? Kau percaya dengan omongan mereka?" Ia membelai rambut Sheena dengan lembut."Aku tidak percaya!" kata Sheena cepat. "Kakak juga tidak percaya! Dia bahkan menyuruhku untuk menjaga gua baik-baik, katanya kau pasti akan kembali."Mendengar itu, tatapan Nathan melembut. "Ngomong-ngomong, selarut ini kau mau bawa pasukan ke mana?"Wajah Sheena langsung kembali cemas. "Aku mau cari Kakak! Dia pergi ke Sekte Herbivor

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status