Share

Bab 1142

Author: Imgnmln
last update Huling Na-update: 2025-05-26 23:43:29

Sementara itu, di luar Kota Moniyan.

“Sialan! Bajingan tak berguna!” maki Soyir meledak di atas kuda perang, tubuhnya masih membara karena dendam. “Mereka lari di saat kemenangan tinggal sejengkal!”

Luka di tubuhnya terus mengalirkan darah, tapi api dalam hatinya lebih panas dari penderitaan fisik. “Jika Lasso keluar dari pengasingan, hanya butuh satu langkah untuk melumat Matilda!” desisnya, menyebut nama kepala keluarga Wilford seperti mantra.

Dua bawahannya di samping menunduk dengan wajah pucat. “Tuan Kedua, kita terlalu gegabah. Kalau sekarang komunitas bela diri kota Moniyan menyerang, kita …. kita tidak bisa melawan!”

Soyir mendengus. “Unta kurus pun masih lebih besar dari kuda. Mereka tidak akan berani menyentuh kita.”

Langit mendung menekan dari atas, dan tanah tempat mereka melintas mulai berkabut. Angin berhenti, suasana tiba-tiba sunyi dan mencekam.

Tap …. Tap …. Tap ….

Lalu tiba-tiba terdengar suara langkah.

Bayangan hitam muncul perlahan dari balik kabut. Belasan pria be
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter
Mga Comments (2)
goodnovel comment avatar
rayhan
ini knpa bab y dikurangin lg thor
goodnovel comment avatar
Iyan Tea
cerita nya menarik sekali
Tignan lahat ng Komento

Pinakabagong kabanata

  • Kembalinya sang Dewa Perang   Bab 1264

    Melihat air mata Nathan, Sarah justru tersenyum lembut. Ia mengulurkan tangannya yang bebas, mencoba menyeka pipi Nathan melalui jeruji. "Hei, pria dewasa kok menangis," bisiknya. "Aku baik-baik saja, sungguh. Mereka memberiku makan dengan baik, tempat ini bersih. Mereka tidak berani macam-macam padaku."Keberanian dan kebaikan hati Sarah di tengah penderitaannya sendiri membuat hati Nathan semakin hancur."Sarah," katanya, suaranya serak karena amarah yang tertahan. "Mundurlah. Aku akan mengeluarkanmu sekarang."Sarah mundur ke belakang sel. Nathan menatap pintu jeruji besi yang tebal itu. Ia mengepalkan tangannya, dan cahaya keemasan meledak. Dengan raungan, ia menghantamkan seluruh kekuatannya ke pintu itu.BRAKK!Suara benturan logam yang tumpul menggema, tetapi jeruji itu bahkan tidak bergetar. Kekuatan puluhan ribu pon miliknya seolah lenyap ditelan oleh logam hitam itu.‘Formasi sihir?’Nathan memanggil Pedang Aruna. Bilah pedang itu berkobar dengan api naga yang ganas. Dengan

  • Kembalinya sang Dewa Perang   Bab 1263

    "Benarkah?"Tawa Ryuki berhenti. Ia menoleh perlahan ke arah Andez, sebuah senyum yang sangat menyeramkan dan tidak wajar terukir di wajahnya.Perasaan tidak enak yang luar biasa menyergap hati Andez. Ia refleks melangkah mundur.Tapi sudah terlambat."Terima kasih telah membebaskanku, Guru," bisik Ryuki. Dengan kecepatan kilat, tangannya yang pucat terulur, bukan untuk memukul, tetapi untuk dengan lembut menepuk pipi Andez.Sentuhan itu terasa sedingin es. Sebelum Andez bisa bereaksi, tangan itu mencengkeram kepalanya seperti cakar baja.Dalam sekejap, kekuatan hidup Andez mulai disedot secara liar oleh murid yang baru saja ia selamatkan.***Di sebuah gang yang sunyi di belakang Martial Shrine, Nathan menarik napas dalam-dalam. Di tangannya, Token Giok terasa dingin. Ia menyuntikkan kekuatan spiritualnya, dan artefak itu bersinar dengan cahaya redup. Tanpa ragu, ia melemparkannya ke dinding di hadapannya.Sebuah portal gelap yang berputar seperti pusaran air muncul, menelan cahaya d

  • Kembalinya sang Dewa Perang   Bab 1262

    Mendengar ada harapan, sekecil apa pun, raungan Ryuki berhenti. Ia menatap gurunya dengan mata yang memerah dan penuh harap. "Cara apa, Guru? Katakan! Aku tidak peduli! Aku bersedia melakukan apa saja!"Andez menelan ludah, suaranya bergetar. "Memasukkan iblis ke dalam tubuhmu. Membiarkan energi pendendamnya merajut kembali tulang-tulangmu yang hancur."Ryuki terdiam, mencoba mencerna kata-kata itu. "Iblis?""Ini adalah risiko yang mengerikan, Ryuki," lanjut Andez, wajahnya pucat. "Tubuhmu mungkin akan pulih, bahkan menjadi lebih kuat. Tapi jiwamu akan terus menerus berperang dengannya. Jika kau lemah, ia akan menelan kesadaranmu sepenuhnya.""Aku tidak peduli!" teriak Ryuki, keputusasaan memberinya keberanian yang buta. "Terbaring di ranjang ini seumur hidup, itulah neraka yang sesungguhnya! Aku bersedia! Lakukan, Guru! Lakukan!"Melihat tekad membara di mata muridnya, Andez akhirnya membuat keputusan yang akan menghantuinya selamanya. Ia mengangguk pelan. "Baiklah. Ini pilihanmu."I

  • Kembalinya sang Dewa Perang   Bab 1261

    "Sancho," ucap salah satu tetua dengan suara sedingin es. "Ingat posisimu. Jika kau gagal lagi, kami tidak akan ragu untuk menunjuk Ketua Aliansi baru yang lebih kompeten."Sosok itu kemudian menghilang.Sancho menatap ke aula yang kosong, penghinaan itu masih terngiang di telinganya. Ia mengepalkan tinjunya begitu erat hingga buku-buku jarinya memutih. "Nathan..." desisnya pada keheningan, matanya berkilat dengan kebencian yang terpojok. "Kau harus mati."Di ruang teh pribadi Ryujin, suasana terasa tenang, kontras dengan berita yang baru saja dibawa."Laporannya terus berdatangan dari sekitar Kota Hulmer, Tuan," lapor Paul dengan wajah muram. "Satu sosok berjubah hitam misterius. Ia menyergap para kultivator, tidak peduli dari klan mana. Ia tidak merampok, ia hanya menyerap esensi mereka hingga kering."Paul meletakkan sebuah laporan di atas meja. "Korban terakhir adalah seorang master di puncak penguasa Ingras. Tubuhnya ditemukan kering kerontang. Seluruh komunitas bela diri di sana

  • Kembalinya sang Dewa Perang   Bab 1260

    Puluhan mil jauhnya, Kaidar terbatuk hebat, tubuhnya yang hancur jatuh di atas hamparan rumput liar. Rasa sakit dari tulang-tulangnya yang remuk terasa menyiksa. Ia meraba pergelangan tangannya. Kosong. Token Giok itu telah direbut."NATHAN!" raungnya ke langit, sebuah jeritan yang dipenuhi kebencian dan ketidakberdayaan. "Aku bersumpah, aku bukan manusia jika aku tidak membunuhmu!""Hanya bisa berteriak," suara tua di benaknya mengejek. "Apa gunanya? Tingkatkan dulu kekuatanmu, cacing!""Bagaimana?!" balas Kaidar dalam keputusasaan. "Aku tidak punya apa-apa lagi! Semua sumber daya—""Dasar sampah yang berpikiran sempit," desis suara itu. "Sudah kukatakan padamu. Sumber daya terbaik di dunia ini adalah kehidupan itu sendiri. Serap kekuatan mereka. Ambil esensi mereka."Kaidar ragu-ragu sesaat, bayangan tentang menjadi monster yang menjijikkan melintas di benaknya. Tapi kemudian, ia teringat pada tatapan menghina Nathan, pada kekalahannya yang memalukan. Wajahnya mengeras. "Baik," kata

  • Kembalinya sang Dewa Perang   Bab 1259

    BAAM!Saat kedua tinju bertemu, entitas di dalam tubuh Kaidar merasakan serangan ganda. Pertama, kekuatan fisik yang luar biasa yang membuat lengannya bergetar hingga ke bahu. Kedua, dan yang lebih fatal, adalah Auman Naga spiritual yang menghantam kesadarannya seperti lonceng kuil raksasa, membuatnya pusing dan goyah sesaat.Jeda sepersekian detik itu adalah semua yang Nathan butuhkan.Kekuatan penuh dari tinjunya akhirnya menembus pertahanan lawan.KREK!Lengan Kaidar patah dengan suara yang mengerikan. Untuk pertama kalinya, sosok itu terdorong mundur beberapa langkah, wajahnya menunjukkan keterkejutan. Serangan spiritual itu telah melemahkan kendalinya.Di saat yang sama, kesadaran Kaidar yang asli terlempar kembali ke permukaan. Hal pertama yang ia rasakan bukanlah keterkejutan, melainkan rasa sakit yang tak tertahankan dari lengannya yang hancur. Keringat dingin membasahi keningnya.Nathan melihat perubahan itu seketika. Mata yang tadinya kuno dan arogan, kini kembali menjadi ma

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status