Share

Bab 76

Penulis: Imgnmln
last update Terakhir Diperbarui: 2024-03-26 21:54:30

Pada saat itu di ruangan VIP, Andrew dan yang lainnya sedang menikmati alkohol sambil menari, wajah mereka memerah dan mereka berteriak dengan semangat.

BRAK!

Tiba-tiba pintu ruangan ditendang hingga terbuka. Semua orang tercengang, dan saat melihat pria paruh baya itu kembali dengan membawa belasan orang, wajah mereka satu per satu menunjukkan keterkejutan, karena kali ini mereka membawa belasan orang dengan wajah yang sangar.

“Pak Wira, tadi siapa yang memukuli bawahanmu?” Adew bertanya kepada Wira.

Wira menunjuk Andrew dan berkata. “Dia, bocah itu yang menendang bawahanku!”

Adew menatap dan menilai Andrew sekilas, lalu menyapu seisi ruangan, dan langsung mengetahui kalau mereka hanyalah orang biasa, bukan preman ataupun anggota mafia. “Kamu yang tadi memukuli bawahannya Pak Wira?” Adew berjalan kehadapan Andrew dan berkata dengan tenang.

Melihat wajah sangar Adew dan tato yang ada di lengannya, Andrew sedikit ketakutan tapi karena sudah mabuk, dia tetap mengangguk. “Benar, aku yang
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Kembalinya sang Dewa Perang   Bab 1393

    Kerumunan itu berjalan dalam keheningan yang tegang selama satu jam lebih, menembus hutan di Pulau Draken yang terasa angker. Mereka akhirnya tiba di kaki sebuah gunung yang tidak terlalu tinggi, tetapi memancarkan aura keagungan yang menekan. Di lereng gunung itu, menganga sebuah lubang gelap—pintu masuk ke sebuah gua.Mulut gua itu tidak terlalu besar, tetapi angin yang berhembus dari dalam sana terasa sangat dingin, bukan dinginnya es, melainkan dinginnya sebuah makam yang telah lama tersegel."Ryuki!" salah seorang Tuan Muda berseru, suaranya terdengar tegang. "Tempat apa ini sebenarnya? Apa keluarga Zellon sudah memeriksanya? Jangan-jangan kita hanya akan membuang-buang waktu di dalam gua tua yang kosong.""Gua ini adalah pintu masuk menuju sebuah reruntuhan kuno," jawab Ryuki dengan tenang, suaranya bergema di antara pepohonan. "Dan di setiap reruntuhan kuno, selalu ada harta karun. Tapi, apakah kalian bisa mendapatkannya atau tidak, itu tergantung pada takdir kalian sendiri.""H

  • Kembalinya sang Dewa Perang   Bab 1392

    Roh itu tertawa di dalam kepalanya, tetapi tawa itu tidak mengandung kegembiraan. Tawa itu kering, rapuh, dan penuh dengan kesedihan ribuan tahun.[Hahaha... pengetahuanmu begitu dangkal, anak muda. Sovereign adalah legenda di zamanmu, tetapi ribuan tahun yang lalu, gelar itu bahkan tidak layak disebut. Di atasnya ada puncak-puncak gunung lain yang puncaknya telah lama terkikis oleh waktu.]Suara kuno itu menjadi semakin pelan, nadanya berubah menjadi bisikan yang penuh duka. [Tidak ada gunanya aku memberitahumu sekarang. Fokus saja pada apa yang ada di hadapanmu. Serap semua kekuatan ini. Capai puncak alam Villain secepat mungkin. Era keemasan di masa lalu... mungkin tidak akan pernah kembali lagi.]Roh itu terdiam, seolah tenggelam dalam lautan kenangan yang tidak ingin ia selami.Sementara itu, di tepi pantai, Sancho masih berdiri seperti batu karang, menantang ombak. Matanya tidak berkedip, terus menatap permukaan air yang kini tenang, berharap bisa melihat tanda-tanda... apa pun

  • Kembalinya sang Dewa Perang   Bab 1391

    "Aku akan mengeluarkanmu dari sana," bisiknya, lebih pada dirinya sendiri daripada pada sosok beku di hadapannya.Dengan hati-hati, ia mengulurkan tangannya untuk menyentuh kristal es itu. Seketika, hawa dingin yang begitu menusuk hingga terasa membakar menjalari ujung jarinya, melesat naik ke lengannya. Hawa dingin ini bukan sekadar suhu rendah, seperti kematian itu sendiri, sebuah kekosongan purba yang merenggut semua kehangatan. Ia menarik tangannya kembali dengan cepat.Nathan menarik napas dalam-dalam, memfokuskan sisa kekuatan spiritualnya. Nyala api berwarna biru mulai menari-nari di atas kedua telapak tangannya, menciptakan aura kehangatan yang rapuh di tengah kota yang dingin dan mati.Perlahan, ia mendekat lagi. Kedua tangannya yang diselimuti api biru menyentuh permukaan es dengan lembut. Hawa dingin yang menusuk kembali menyerang, bertarung hebat dengan api spiritualnya.Nathan mengertakkan gigi, mencoba memblokir rasa dingin itu sambil menyalurkan energi spiritualnya yang

  • Kembalinya sang Dewa Perang   Bab 1390

    "AHHH!"Sebuah teriakan pilu yang sarat akan kesedihan merobek keheningan istana emas itu. Nathan tersentak dari kultivasinya, matanya terbuka lebar, napasnya terengah-engah seolah ia baru saja berlari melintasi zaman. Keringat dingin membasahi sekujur tubuhnya.Visi itu terasa begitu nyata.Ia melihat sekeliling.Sebagian besar butiran darah spiritual di lantai telah kehilangan cahayanya, esensi kehidupan mereka telah diserap olehnya. Namun, anehnya, peningkatan kekuatannya tidak terlalu signifikan. Kebutuhan energi spiritualnya untuk setiap kemajuan kini telah mencapai tingkat yang di luar nalar. Ribuan butir esensi darah ini, yang bagi orang lain adalah harta karun tak ternilai, baginya hanyalah seteguk air di tengah gurun."Apakah tadi itu hanya mimpi?" bisiknya, menyeka keringat di keningnya.Matanya tanpa sadar tertuju pada patung raja duyung di atas singgasana. Patung itu masih di sana, diam dan membatu, seolah mengejek ingatannya.Setelah mengambil beberapa napas dalam-dalam u

  • Kembalinya sang Dewa Perang   Bab 1389

    Seketika, ekspresi setiap orang di aula berubah menjadi baja. Mereka menghunus senjata mereka serempak, sebuah gerakan yang terkoordinasi oleh takdir yang tak terhindarkan. Prisly juga mengeluarkan pedang tipis yang berkilauan, wajahnya yang cantik kini dihiasi oleh tekad yang tak kenal takut. Mereka semua tahu apa yang akan datang.Di kedua sisi aula, ukiran naga raksasa yang melingkari pilar-pilar istana mulai bersinar. Di tengah guncangan dahsyat itu, mata mereka yang terbuat dari permata menyala, dan tubuh batu mereka menjadi sisik dan daging. Dengan raungan yang mengguncang surga, kedua naga itu melepaskan diri dari pilar dan melayang-layang di udara.Nathan menatap kedua naga itu dengan mata terbelalak. "Naga Yin dan Yang?" Ia langsung mengenali kedua makhluk legendaris itu.BRUAK! BRUAK!Ledakan keras dari luar membuat istana berguncang semakin hebat. Dinding-dinding mulai retak. Semua orang berhamburan keluar dari istana untuk menyambut takdir mereka. Pada saat yang sama, kesa

  • Kembalinya sang Dewa Perang   Bab 1388

    Ia melangkah melewati gerbang, dan pemandangan di dalamnya membuatnya semakin terkesima. Kota ini hidup dan damai. Para pedagang menjajakan barang-barang aneh—buah-buahan yang bersinar dari dalam, permata yang melayang-layang di atas bantalannya.Bangunan-bangunan kuno yang anggun menjulang ke langit, arsitekturnya seolah meniru bentuk-bentuk terumbu karang. Dan orang-orangnya, semua orang tersenyum, wajah mereka memancarkan kebahagiaan yang tulus.Namun, bukan itu yang paling mengejutkannya. Saat ia memfokuskan indranya, ia bisa merasakan aura samar yang terpancar dari semua orang. Bahkan anak-anak yang berlarian mengejar kupu-kupu bercahaya, bahkan pedagang tua yang meneriakkan dagangannya—mereka semua adalah kultivator. Tubuh mereka dialiri oleh kekuatan spiritual."Jadi... ribuan tahun yang lalu, menjadi seorang kultivator adalah hal yang biasa?" bisik Nathan pada dirinya sendiri, rasa takjubnya bercampur dengan sejenis kesedihan yang mendalam.Perlahan, ia menyeberangi kota itu,

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status