“Apa yang terjadi?” Herold sedikit kaget saat melihat cahaya keemasan yang terpancar dari kamar Nathan.
Beberapa Tetua lainnya menggelengkan kepala mereka, mereka juga tidak tahu apa yang terjadi, yang mereka tahu, Nathan sudah satu bulan ini tidak pernah keluar dari kamarnya.
“Ayo, kita periksa!” Herold berkata dan membawa beberapa orang untuk pergi ke kamar Nathan.
Saat ini Nathan perlahan-lahan bangkit berdiri, kekuatan spiritual dalam tubuhnya melonjak, lonjakan kekuatan itu belum pernah dia rasakan sebelumnya. Melihat sepasang tangannya yang bersinar keemasan, Nathan sangat ingin menggunakan kekuatan untuk melihat peningkatan yang dia dapatkan setelah melakukan kultibasi selama ini. Pada akhirnya dia tetap menahan diri, kalau dia menggunakan kekuatannya saat ini, maka seluruh rumah ini mungkin bisa runtuh, bahkan Saibu Care akan terdampak.
“Tidak disangka, dalam waktu satu bulan, aku bisa mencapai puncak tahap Lentera, seiring berjalannya waktu, menembus tahap Lentera dan melangkah masuk ke Tahap Langit, mungkin aku bisa bertarung dengan keluarga Zellon!” Nathan tidak menyangka, batu mata Naga akan memberikan banyak manfaat baginya.
Namun segera Nathan menyadari satu hal, batu mata Naga di dalam tubuhnya menjadi tidak terlalu berkilau, dan energi spiritual yang memancar dari batu mata Naga itu tidak seperti awal. Nathan tidak tahu banyak tentang batu mata Naga ini, dan Zephir juga tidak menjelaskan kepadanya, jadi Nathan sedikit tidak mengerti apa yang terjadi.
“Tuan, kamu baik-baik saja?” Saat itu, suara Herold terdengar. Mereka takut sesuatu terjadi pada Nathan, dan bergegas menghampirinya.
Mendengar suara Herold, cahaya keemasan di tubuh Nathan menghilang dan dia membuka pintu kamar.
Saat Herold dan yang lainnya melihat Nathan untuk pertama kali, mereka menunjukkan keterkejutan. Karena baru satu bulan, mereka bisa merasakan perubahan aura di tubuh Nathan.
Mereka bisa merasakan dengan jelas, Nathan yang sekarang, sudah mencapai puncak tahap awal penguasa Ingras dan akan menerobos masuk ke tahap puncak penguasa Ingras.
‘Sudah berapa lama pemimpin berkultivasi? Kenapa peningkatan tahapnya bisa secepat itu?’ Setelah tersadar dari keterkejutannya, Herold meneruskan pertanyaannya. “Tuan, kamu baik-baik saja?”
“Tidak apa-apa!” Nathan menggelengkan kepalanya, lalu bertanya pada Herold. “Bagaimana keadaan Sienna?”
Saat Nathan kembali ke Saibu Care, Sienna masih belum sadar, dan dia sudah tidak sabar untuk segera mengasingkan diri, sekarang dia sendiri sudah tidak tahu berapa banyak waktu yang berlalu.
“Tuan, tenang saja, keadaan Nona Sienna sangat baik, dia terus berusaha untuk keluar mencarimu setiap hari, tapi kami menghentikannya!”
Sienna tidak tahu Nathan mengasingkan diri, Herold dan yang lainnya juga tidak berani mengatakannya, jadi saat Sienna sadar, dia terus mengatakan mau pergi mencari Nathan.
“Tetua Herold, sudah berapa lama aku mengasingkan diri?” Nathan baru teringat untuk menanyakan berapa panjang waktu yang sudah berlalu selama dia mengasingkan diri.
"Tuan, kamu sudah mengasingkan diri selama satu bulan, lusa adalah acara Faltum, aku sudah berpesan kepada orang-orang di desa untuk menyiapkan tempat dan pada saatnya kita akan berkumpul bersama untuk merayakan acara Faltum!” Herold merasa Nathan baru saja menjadi Pemimpin dan banyak orang yang belum mengenalnya, kebetulan bisa memanfaatkan kesempatan ini untuk memperkenalkan Nathan kepada mereka.
“Satu bulan?” Nathan terkejut, menurutnya kultivasinya kali ini hanya masalah waktu. “Lalu, apa itu Faltum?”
“Faltum, acara musiman yang selalu kami lakukan saat musim gugur, dan kami menyebutnya Faltum,” jawab Herold.
“Ah,” Nathan hanya menganggukkan kepalanya, dia baru mendengar sebutan itu di telinganya, Saibu Care memiliki caranya sendiri.
Tapi tidak disangka sudah satu bulan berlalu dan acara Faltum akan segera tiba. Saat mendengar tentang acara Faltum, sosok ayah dan ibunya seketika muncul di benak Nathan, meskipun dia dipungut tapi dia masih sangat mencintai orang tuanya. Lalu Sarah dan Beverly, entah bagaimana keadaan mereka sekarang.
“Sialan! Ternyata kamu bersembunyi di sini, apakah kamu menghindariku selama sebulan ini?!” Pada saat ini suara marah terdengar, dan diikuti dengan Sienna yang menghampiri dengan marah.
Melihat kerutan di dahi Nathan, Irarki buru-buru menambahkan, "Mereka adalah keluarga konglomerat yang cukup berpengaruh di Kota Orbit. Dulu mereka tidak berani mengusik kami, tapi sekarang... yah..." Irarki membiarkan kalimatnya menggantung, membiarkan Nathan menarik kesimpulannya sendiri. Sebuah taktik klasik, biarkan lawan mengisi bagian yang kosong dengan asumsinya sendiri. Realitas dunia bela diri adalah hukum rimba. Yang kuat berkuasa, yang lemah menjadi mangsa."Kalau begitu," kata Nathan, nadanya masih datar, "Apakah ada kemungkinan orang dari keluarga Himalaya yang menculik Nona Sheerena dalam perjalanan pulangnya?"Pertanyaan itu seperti tusukan pedang. Irarki merasakan jantungnya berhenti sesaat. "Itu… saya tidak berani menduga, Tuan Nathan. Saya sungguh tidak tahu." Dia menggelengkan kepalanya, berusaha terlihat tulus dan bingung.Nathan kembali menatapnya dalam diam. Kali ini lebih lama. Keheningan merayap, mencekik. Irarki bisa merasakan kemeja di punggungnya basah oleh
Sesampainya di ambang pintu koridor samping, Irarki menempelkan tubuhnya ke dinding yang dingin, mengintip melalui celah ukiran kayu. Dan di sanalah dia. Berdiri di bawah cahaya rembulan yang menerobos gerbang utama, sosok Nathan tampak tenang, namun ketenangan itu memancarkan aura tekanan yang membuat udara di sekitarnya terasa berat. Alisnya sedikit mengernyit, sebuah detail kecil yang mengirimkan gelombang es ke seluruh tubuh Irarki.Di luar, Nathan menarik napas dalam-dalam, aroma dupa dan ramuan kering dari Sekte Herbivor tercium olehnya, namun ada aroma lain di baliknya—sesuatu yang samar, seperti ketakutan yang basi. "Irarki... sudah tahu aku di sini, mengapa begitu bertele-tele?" batinnya, kesabarannya mulai menipis.Dengan satu pikiran, kesadaran spiritualnya menyebar seperti jaring sutra yang tak terlihat, menembus dinding dan pilar, langsung menemukan sosok gemetar Irarki yang bersembunyi di koridor.Nathan tertegun sejenak. “Mengapa dia bersembunyi?”Pertanyaan itu muncul,
"Aku tahu!" isak Sheena di dadanya. "Aku tahu kau pasti belum mati! Aku tahu!"Nathan benar-benar bingung sekarang. "Mati? Siapa yang bilang aku mati?""Martial Shrine!" jawab Sheena sambil menyeka air matanya. "Mereka membuat pengumuman resmi di forum bela diri. Katanya... katanya Ketua Sancho sendiri yang sudah membunuhmu."Kening Nathan berkerut. ‘Dasar Sancho,’ pikirnya geli campur kesal.Tapi di sisi lain, ini sebenarnya bagusuntuk Nathan. Status mati memberinya kebebasan untuk bergerak tanpa diawasi."Hahaha," Nathan tertawa kecil. "Memangnya aku bisa dibunuh semudah itu? Kau percaya dengan omongan mereka?" Ia membelai rambut Sheena dengan lembut."Aku tidak percaya!" kata Sheena cepat. "Kakak juga tidak percaya! Dia bahkan menyuruhku untuk menjaga gua baik-baik, katanya kau pasti akan kembali."Mendengar itu, tatapan Nathan melembut. "Ngomong-ngomong, selarut ini kau mau bawa pasukan ke mana?"Wajah Sheena langsung kembali cemas. "Aku mau cari Kakak! Dia pergi ke Sekte Herbivor
Ia mengulurkan tangannya yang gemuk, hendak menyentuh pipi Sheerena."Nona, kabur!"Dua murid Sekte Bloody yang sejak tadi berdiri kaku di belakang Sheerena akhirnya bergerak. Dengan teriakan perang, mereka menghunus pedang dan menerjang Hideo dari dua sisi. Sebuah serangan terakhir yang gagah berani.Hideo hanya mendengus. Ia bahkan tidak repot-repot menghindar. Dengan kecepatan yang tak disangka-sangka, kedua tangannya menyambar bilah pedang mereka, menangkapnya di udara.KLANG!Dengan sekali pelintiran, kedua pedang itu patah. Hideo tidak membuang sisa pedang itu. Dengan satu gerakan memutar yang santai, ia mengayunkan kedua bilah patahan itu. Dua kilatan cahaya dingin melintas.Leher kedua murid setia itu menyemburkan darah. Mereka jatuh ke tanah bahkan tanpa sempat bersuara.Mata Sheerena membelalak ngeri melihat pemandangan itu. Dengan sisa-sisa tenaga terakhirnya, ia menghantamkan satu pukulan lemah ke arah Hideo.Hideo menangkap pergelangan tangannya dengan mudah. "Brengsek! L
"Ah, jangan terburu-buru," kata Irarki sambil menunjuk ke kursi di hadapannya. "Duduk dulu, kita ngobrol sambil minum teh. Aku sudah siapkan teh terbaik khusus untukmu."Sheerena duduk, tapi ia tidak menyentuh cangkir tehnya. Perasaannya sedikit tidak enak. "Sebaiknya kau langsung saja ke intinya, Irarki. Ada apa sebenarnya?"Irarki menghela napas panjang, wajahnya dipenuhi ekspresi gundah yang sangat meyakinkan. "Begini, Nona Shereena. Tadi... Hideo dari Keluarga Himalaya datang kemari."Sheerena mengangguk. "Aku tahu dia. Si buaya darat itu, kan? Yang istrinya sudah selusin? Kenapa dia?""Dia... dia bilang dia menyukai Anda," kata Irarki, seolah berat untuk mengucapkannya. "Dia memintaku untuk jadi mak comblang, untuk membantunya mendekatimu."Irarki lalu mengepalkan tangannya. "Tentu saja saya menolaknya mentah-mentah! Kita ini aliansi! Saya bilang padanya, Sheerena itu rekanku, bukan barang dagangan!."Mendengar itu, kewaspadaan di wajah Sheerena langsung luluh, digantikan oleh ra
Di Sekte Bloody, suasana terasa muram. Hujan gerimis seolah ikut menangisi kepergian pahlawan mereka."Kak," bisik Sheena, matanya sembap. "Apa Kak Nathan sudah mati? Aku tidak percaya. Siapa tahu Martial Shrine hanya bohong, kan?"Sheerena yang sedang menatap kosong ke tetesan hujan di jendela, tidak menjawab. Jauh di lubuk hatinya, ia tahu organisasi sebesar Martial Shrine tidak akan menyebar berita bohong soal hal sepenting ini. Tapi, ada sepercik harapan kecil yang menolak padam. Ia ingat malam itu, saat ia mengira Nathan sudah tewas, tapi kemudian langit dan bumi justru bergetar saat pemuda itu melakukan terobosan.‘Orang seperti dia,’ pikir Sheerena, tidak mungkin mati semudah itu.Saat mereka sedang terdiam, seorang murid datang melapor. "Nyonya, ada utusan dari Sekte Herbivor."Sheerena buru-buru menghapus jejak kesedihannya. "Persilakan masuk."Sejak mereka beraliansi, hubungan kedua sekte memang menjadi lebih erat. Utusan itu masuk, membungkuk hormat, dan menyampaikan pesan.