Share

Bab 8

Author: Imgnmln
last update Last Updated: 2024-01-31 20:07:38

Dokter Paul, pria itu kembali menusukkan jarum akupunktur pada Kevin dengan hati-hati, keringat dingin semakin banyak membasahi keningnya. Dan saat jarum terakhir di tusukkan padanya, Kevin tersada dan perlahan-lahan membuka matanya.

“Ayah! Syukurlah, ayah sudah sadar!” Melihat Kevin sudah kembali sadar, Sarah berteriak dengan semangat, kelopak matanya dipenuhi air mata.

Sarah merasa sangat ketakutan, dia takut kalau ayahnya tidak akan pernah membuka matanya lagi.

Dokter yang melihat Kevin sudah sadar juga menarik nafas panjang, dia juga sebenarnya tidak tahu harus berbuat apa. Tapi disaat Sarah dan Dokter itu merasa lega, Kevin yang sudah sadar tiba-tiba tubuhnya gemetaran hebat. Raut wajahnya terlihat sangat kesakitan, wajahnya tiba-tiba membiru.

“A-ayah? A-apa yang terjadi?!” Sarah berteriak, dengan panik dia menatap Dokter itu. “Dokter, apa yang terjadi?”

Seketika, Dokter itu juga menjadi panik, dia terlihat kebingungan. “A-aku …. Aku juga tidak tahu, kenapa ….”

“Cepat lakukan ses
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Disti Baonxs
mirip cerita di novel sebelah
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Kembalinya sang Dewa Perang   Bab 1460

    Keheningan total.Ketiga Ksatria Dosa itu membeku. Kaidar membeku. Bom informasi itu meledak di tengah-tengah mereka, mengubah seluruh narasi.Salah satu Ksatria Dosa perlahan menoleh ke arah Sancho, suaranya kini dingin dan menusuk. "Pingsan? Jadi... kau ada di sana saat dia tidak sadarkan diri?"Sancho tersentak, menyadari kesalahannya. "Aku—""Ketua Sancho," sela Kaidar, matanya yang cerdas kini berkilat seperti predator yang menemukan celah pada mangsanya. Ia melangkah mendekat, suaranya tenang namun penuh dengan bobot yang menekan. "Karena Nathan sudah pingsan di ujung tanduknya... seharusnya Anda bisa membunuhnya dengan mudah, bukan?"Ia berhenti sejenak, membiarkan pertanyaan itu menggantung di udara yang tegang. "Apakah Anda sudah melakukannya?"Awalnya aku memang akan membunuhnya," geram Sancho. "Tapi di tengah jalan, keluarga Arteta dan yang lebih gila lagi, keluarga Island. Mereka mati-matian melindunginya. Aku tidak bisa berbuat apa-apa.""Keluarga Island?" Kaidar, yang bi

  • Kembalinya sang Dewa Perang   Bab 1459

    Nathan dibawa ke kediaman keluarga Island, sebuah manor terpencil yang dikelilingi oleh taman-taman yang tenang dan dinding-dinding tinggi, sebuah kedamaian di tengah dunia yang penuh kekacauan. Ia ditempatkan di sebuah kamar yang nyaman dan terawat baik.Setelah Scholar dan yang lainnya pergi, Chelsea menghampiri ayahnya, wajahnya penuh dengan kebingungan."Ayah," tanyanya. "Mengapa? Mengapa kau melanggar tradisi leluhur hanya demi satu orang? Aturan keluarga kita jelas, jangan pernah terlibat dalam perselisihan dunia bela diri."Nalan menatap putrinya, ekspresinya lembut namun tatapannya jauh. "Dunia sedang berubah, Chelsea. Terkadang, ada hal-hal yang lebih penting daripada sekadar menjaga diri sendiri." Ia meletakkan tangannya di bahu putrinya. "Terkadang, cara terbaik untuk melindungi tamanmu sendiri adalah dengan memastikan badai tidak meratakan seluruh hutan di sekelilingnya."Ia tersenyum misterius. "Ada banyak hal yang belum kau ketahui. Fokus saja pada latihanmu."Nalan meng

  • Kembalinya sang Dewa Perang   Bab 1458

    Bachira yang tadinya tegang tersentak kaget. Namun ia segera mengangguk, melangkah maju, dan dengan hati-hati mengangkat tubuh Nathan yang terkulai ke punggungnya.Melihat kesempatan emasnya direnggut di depan mata, Ryuki tidak bisa lagi menahan diri. "TIDAK AKAN KUBIARKAN!"Dengan raungan marah, ia mengangkat tangannya. Sebuah sulur kabut hitam pekat, penuh dengan energi korosif, melesat ke arah punggung Nathan yang tak berdaya."Cih, bocah bodoh!" Nalan bahkan tidak menoleh sepenuhnya. Ia hanya mengernyitkan keningnya dan melambaikan tangannya dengan gerakan bosan, seolah mengusir lalat.Sebuah gelombang kekuatan yang tak terlihat—sebuah distorsi di udara—meletus darinya. Sulur kabut hitam itu, saat bersentuhan dengan gelombang itu lenyap, terhapus dari eksistensi. Gelombang sisa kemudian menghantam Ryuki, membuatnya terlempar ke belakang dan jatuh terjerembab dengan kasar.Ryuki bangkit dengan susah payah, ia terbatuk-batuk. Ia tidak terluka parah. Nalan jelas telah menahan diri."

  • Kembalinya sang Dewa Perang   Bab 1457

    "Bachira, bawa Tuan Nathan turun!" perintah Scholar, suaranya menggelegar. "Siapa pun yang berani menghalangi, BUNUH TANPA AMPUN!"Bachira mengangguk dan hendak maju, tapi Ryuki mengayunkan telapak tangannya, menciptakan dinding angin yang menghalangi jalan. "Tidak ada yang boleh membawanya pergi.""Ryuki!" maki Bachira. "Kau benar-benar tidak tahu malu! Menyerang orang yang tidak sadarkan diri! Kalau punya nyali, tunggu dia siuman dan bertarunglah dengan adil!"Sancho tertawa dingin. Ia menatap Scholar, matanya penuh dengan ancaman. "Kepala Keluarga Arteta, pikirkan baik-baik. Apakah nyawa satu orang ini sebanding dengan kehancuran seluruh keluargamu? Pergi sekarang, dan aku akan berpura-pura ini tidak pernah terjadi. Jika tidak... setelah hari ini, tidak akan ada lagi keluarga Arteta di Kota Moniyan."Scholar mendengus. Ia melangkah maju, suaranya kini ditujukan bukan hanya pada Sancho, tetapi pada seluruh komunitas bela diri yang menjadi saksi. "Sancho, sebagai Ketua Martial Shrine

  • Kembalinya sang Dewa Perang   Bab 1456

    Saat kabut hitam itu melesat keluar dari mayatnya, Nathan melafalkan sebuah mantra kuno. Bilah Pedang Aruna diselimuti oleh nyala api biru pucat yang dingin.Api Pemakan Jiwa.Dengan satu lambaian, api biru itu melompat dan menempel pada kabut hitam.Tidak ada suara ledakan. Hanya jeritan yang melengking, yang membuat bulu kuduk semua orang di arena merinding ngeri. Kabut hitam itu meronta-ronta saat terbakar habis dari eksistensi, hingga akhirnya lenyap tanpa bekas.Satu Ksatria Dosa telah musnah.Tiga yang tersisa menatap pemandangan itu dengan ngeri. Profesionalisme mereka hancur. Yang tersisa hanyalah kepanikan."Tinju Cakrawala!"Mereka menyerang lagi, lebih karena putus asa daripada strategi. Nathan, dengan gerakan yang sama liarnya, membalas dengan ayunan pedang yang membuat udara bergetar. Kali ini, kekuatan mereka berimbang, ledakan energi membuat kedua belah pihak mundur beberapa langkah.BANG!Namun, pertukaran itu sudah cukup. Kepercayaan diri ketiga Ksatria Dosa itu telah

  • Kembalinya sang Dewa Perang   Bab 1455

    Di dalam keheningan itu, sebuah perasaan baru mulai tumbuh di hati para penonton. Banyak dari mereka yang telah lama muak dengan tirani Martial Shrine, namun terlalu takut untuk melawan. Hari ini, mereka melihat seseorang, sendirian, menantang tirani itu.“Dia adalah kemarahan yang tidak berani kami tunjukkan.”“Dia adalah perlawanan yang hanya bisa kami impikan.”Nathan telah menjadi simbol. Seorang pahlawan yang kesepian. Dan di dalam hati mereka, sebuah harapan kolektif mulai berdenyut.[Bangkitlah...Teruslah berjuang...Bangkitlah…]Seolah-olah menjawab doa bisu mereka, di tengah kawah itu, sebuah tangan yang berlumuran darah mencengkeram tepian. Perlahan, dengan gerakan yang menyakitkan, sesosok tubuh yang hancur mulai menarik dirinya keluar.Nathan bangkit.Darah menutupi seluruh tubuhnya, wajahnya nyaris tak bisa dikenali. Tapi tatapannya... tatapannya lebih dingin dan lebih tajam dari sebelumnya. Ia menatap lurus ke arah empat Ksatria Dosa yang kini menatapnya dengan campuran k

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status