Hari sudah sore, cahaya matahari bersinar jingga di barat menghiasi langit kota Paris. Chloe baru saja keluar dari dalam kawasan rumah sakit dan menyeberangi jalan menuju ke tempat penitipan Dylan dan Diego. Dari depan, Chloe melihat kedua anaknya yang berlari-larian dan tertawa-tawa riang. Ada perasaan sakit yang menyayat di hati Chloe saat melihat mereka berdua. "Dylan, Diego..." Suara Chloe terdengar begitu lirih. Ia tetap berdiri di sana memperhatikan kedua anaknya tersebut. Rasa nelangsa yang melanda hatinya. Siang tadi, Chloe menghabiskan waktunya bersama Caesar dan Triplets untuk makan siang bersama. Triplets bisa merasakan bagaimana dekat dengan Chloe, dan juga ada Caesar di samping mereka. Tetapi Dylan dan Diego ... mereka tidak pernah merasakan kehangatan kasih sayang seorang Papa selama ini. Chloe semakin merasa sakit bila ia melihat kedua anaknya. Mungkin benar, Chloe harus segera pergi membawa kelima anaknya. Secepatnya! "Mommy...!" Suara teriakan Dylan dan
"Mommy, silakan dipilih menu makanannya. Khusus buat Mommy, harus pilih makanan yang paling mahal!" Diego menyerahkan buku menu pada Chloe saat mereka sudah sampai di sebuah restoran. "Iya. Mommy pilih yang mana, Princess mau yang seperti Mommy," sahut Adele, langsung duduk di samping Chloe dan bersandar di lengannya. "Mommy pilih ini yang saja," ujar Chloe. "Tapi tidak usah memakai keju." "Princess juga mau itu!" "Alvino juga. Mau seperti Mommy!" sahut Alvino. Diego berdecak sebal menatap mereka berdua. "Ikut-ikut terus dua bocah ini, heran..." Chloe hanya tersenyum mendengar mereka. Wanita itu menatap Caesar yang kini tengah memilih menu makan siangnya. "Mommy ... kenapa tidak pakai keju tadi makanannya?" tanya Alvino. "Mommy tidak suka makan keju," jawab Chloe. "Nanti kulit Mommy bisa merah-merah, Sayang." "Loh! Kok sama! Kami berdua juga begitu, Mommy!" pekik Adele dan Alvino bersamaan. "Alvano juga begitu. Iya, kan?" Mereka berdua menoleh pada Diego. "Iya, i
Setibanya di rumah sakit, si kembar tiga berjalan lebih dulu masuk ke dalam tempat itu. Mereka sudah sangat familiar dengan tempat tersebut dan paham betul di mana Chloe berada saat ini. Diego berjalan perlahan-lahan tanpa suara mendekati ruangan pemeriksaan Chloe. Pintu ruangan itu sedikit terbuka dan Diego mengintip ke dalam sana. "Mommy..." Anak itu memanggilnya pelan. Chloe yang berada di dalam, wanita itu sontak menoleh ke depan. Chloe tercengang tidak mampu membedakan, apakah anak itu Dylan atau Diego, atau justru salah satu dari tripletsnya? "Mommy, kita datang!" Suara Adele ikut terdengar. Chloe tersenyum lebar saat mendengar suara Adele. Ia segera berjalan membuka pintu dan menyambut ketiga buah hatinya tersebut. "Halo, Sayang ... ya ampun, kalian datang dengan siapa, Nak?" Chloe begitu lembut dan sabar menyapa mereka. "Kami datang bersama Daddy, Mom. Daddy masih ada di depan," jawab Alvino. "Mom ... kita kangen, kita kemarin belum sempat minta peluk. Tapi Ma
Hari sudah gelap, Chloe baru saja berjalan keluar dari dalam ruangan kerjanya. Wanita itu berjalan di koridor rumah sakit sambil menghubungi seseorang. Chloe tengah menunggu panggilannya dijawab oleh Caesar. "Apa dia sibuk?" gumam Chloe lirih. Saat Chloe hampir memutus panggilan itu, tiba-tiba terdengar suara di balik sambungan itu. "Halo, Dokter Chloe?" Suara bariton dingin milik Caesar pun terdengar. "Halo, Tuan Caesar, selamat malam ... maaf mengganggu waktunya," ucap Chloe dengan sedikit canggung. "Malam Dokter Chloe, ada apa?" tanya laki-laki itu. "Begini Tuan, besok pagi atau siang saya akan menemui Alvino untuk pemeriksaan ulang. Saya merasa sangat khawatir setelah pagi tadi Alvino kembali drop," ujar Chloe dengan jujur. "Sejak tadi, saya terus kepikiran." "Baiklah, Anda tidak perlu ke sini. Biar saya saja besok yang mengajak Alvino ke rumah sakit," ujar Caesar. "Heem. Baiklah kalau begitu, Tuan. Selamat malam..." Panggilan itu pun ditutup oleh Chloe. Ia mere
"Aku harus segera membawa pergi ketiga anakku dari tangan Caesar Leopold, Kak Amelia." Amelia menatap lekat wajah sedih Chloe. Wanita itu mengangguk setuju, ia juga merasakan kesedihan yang kini Chloe rasakan. Apalagi Amelia tadi juga mendengar bagaimana kejamnya kata-kata Vidia yang dilontarkan pada Alvino. Kata-kata yang sangat tidak layak diucapkan seorang ibu pada anaknya. "Iya, Chloe. Sebelum terjadi sesuatu yang buruk pada ketiga anakmu, ada baiknya kau bergerak cepat untuk mengambil mereka," ujar Amelia. "Aku tahu, Kak..." "Tapi, usahakan kalau kau memang ingin membawa triplets pergi bersamamu, kau jangan kembali ke Nantes," pesan Amelia, wanita itu menatapnya serius. "Kau harus pergi sejauh mungkin, di mana Vidia juga tidak bisa mencarimu." "Heem. Itu urusan mudah, Kak. Aku sudah tahu ke mana aku akan membawa kelima anakku nanti," jawab Chloe tersenyum tipis. Chloe menatap ke arah buku pasien bersama Alvino di depannya saat ini. "Sekarang, yang harus aku pikirka
Suara bariton tegas itu membuat Chloe dan Vidia bersama menoleh ke arah ambang pintu kaca di depan. Di sana, berdiri Caesar bersama Diego dan Adele yang menatap mereka berdua dengan tatapan terkejut, karena Caesar mendengar Chloe dan Vidia ribut. "Kenapa kalian ribut?" tanya Caesar menatap Vidia, lalu beralih menatap Chloe. Kedua wanita itu sama diamnya. Vidia tampak kalut dan panik, sedangkan Chloe menatapnya dengan penuh kemarahan. Vidia takut kalau Chloe akan mengatakan hal yang tidak-tidak, wanita itu segera mendekati Caesar dan mencekal tangannya. "Sa-sayang, sebenarnya kami barusan tidak ribut. Kami hanya—" Penjelasan Vidia terhenti saat pintu kaca buram di belakangnya terbuka. Di sana, Alvino muncul dan langsung berlari ke arah Caesar. "Alvino..." Chloe terkejut melihatnya. Anak itu berhambur dalam pelukan sang Papa dan menangis meremas punggung Caesar dalam gendongannya. "Daddy..." Alvino menangis dengan wajah yang semakin memucat. "Mami marah-marah sama Alvino