Share

Bab 2

Di bandara ibu kota.

Di antara kerumunan orang yang berlalu-lalang, muncul seorang ibu dan anak yang menarik perhatian banyak orang.

Lebih tepatnya, seorang ibu yang membawa tiga orang anak kecil yang imut dan cantik.

Wanita itu tampak dingin dan anggun. Dia menggendong seorang anak perempuan yang cantik dengan satu tangan. Anak itu memiliki rambut yang lebat dan bergelombang bagaikan boneka.

Di belakang mereka diikuti oleh dua orang anak laki-laki berwajah mirip yang tampan. Sepasang mata mereka berwarna coklat dengan kulit yang putih mulus, mereka benar-benar tidak terlihat seperti manusia sungguhan!

Wanita yang berdiri di depan mobil BMW itu melepas kacamata hitamnya. Melihat Claire yang sedang menggendong anaknya dan diikuti oleh dua bocah di belakangnya, dia menarik napas dalam-dalam.

"Buset, Claire, kamu sekali melahirkan tiga anak sekaligus?!"

Hal ini benar-benar mengagetkannya!

Yang lebih penting lagi, paras ketiga anaknya ini benar-benar mencengangkan.

Dia benar-benar penasaran pria tampan mana yang meniduri Claire saat itu!

Claire menurunkan anak perempuan yang digendongnya, lalu mengelus kepala ketiga anaknya dan berkata, "Ini adalah ibu angkat kalian, Candice Suryono."

Candice adalah sahabat akrab Claire. Saat itu, ketika Claire diusir dari rumah, dia langsung pergi ke luar negeri. Selama itu, Candice yang selalu menemaninya di luar negeri.

Setelah pergi ke luar negeri beberapa saat, Claire menyadari bahwa ternyata dia hamil. Dia pernah mempertimbangkan untuk aborsi, tetapi Candice membujuknya untuk melahirkan anak dalam kandungannya.

Demi kenyamanan hidup Claire selama masa kehamilannya di luar negeri, nona yang "keras kepala" ini menggadaikan barang antik senilai 12 miliar milik ayahnya dan memberikannya kepada Claire.

Jika bukan karena bantuan Candice, Claire sudah menjadi gelandangan setelah diusir dari rumah dan kartu debitnya juga dibekukan.

"Halo, Bu Candice!" panggil ketiga anak kecil itu dengan suara manja sambil membungkuk serempak.

Candice merasa gemas terhadap ketiga anak kecil itu, dia tersenyum dan melambaikan tangannya. "Duh, kalian benar-benar sungkan ...."

Anak kedua, Jerry, menoleh ke kakaknya, Jody, dan berbisik, "Ibu angkat kita ini kelihatannya agak bodoh ...."

Claire memegang kepala kedua anak itu dan berkata, "Apa yang kalian bisikkan?"

"Eh ...."

Anak terkecil, Jessie, membongkar rahasia kedua kakaknya, "Kak Jerry dan Kak Jody bilang Bu Candice kelihatannya agak bodoh!"

Kedua kakaknya terdiam. Anak ini benar-benar adik kandung mereka.

Candice mengemudikan mobilnya sambil melihat ketiga anak yang sedang tidur berdampingan di belakang. Dia bertanya, "Claire, kenapa kamu memutuskan untuk pulang di saat seperti ini?"

Claire yang bersandar di samping jendela mobil, memainkan sehelai rambutnya dengan jari-jarinya sambil tersenyum sinis, "Perusahaan Perhiasan Vienna mengeluarkan 100 miliar untuk merekrutku sebagai desainer."

"Bukannya itu perusahaan keluargamu?"

Candice berdecak sambil menggeleng, "Sekarang direktur perusahaan itu adalah kakak berengsekmu itu. Masa dia merekrutmu dengan 100 miliar?"

Dia tertawa setelah berkata, "Kalau sampai dia tahu kamu ini Zora, sang desainer perhiasan terkenal di Negara Sahara, dia pasti bakal muntah darah, 'kan?"

Nama Zora sangat terkenal di dunia perhiasan kancah internasional. Dengan gaya desain dari timur yang klasik, dipadukan dengan unsur-unsur perhiasan modern, semua orang menyebut desainnya sebagai mahakarya.

Bahkan, mahkota yang dipakai oleh permaisuri Negara Sahara tahun lalu juga merupakan hasil karya Zora.

Setelah berpikir sejenak, Candice merasa tidak masuk akal. Jadi, dia bertanya, "Dia mau merekrutmu hanya dengan 100 miliar? Hargamu sekarang pasti lebih tinggi dari itu!"

Perlu diketahui bahwa perusahaan perhiasan ternama di Negara Sahara, "Luxury", bahkan menghabiskan uang senilai 1,2 triliun untuk mempekerjakannya!

Claire memalingkan kepalanya dan menatap Candice dengan senyum mendalam, "Karena itulah aku menolak mereka. Tapi, pada akhirnya aku membuka harga 2 triliun dan Keluarga Adhitama juga menyetujuinya. Mana mungkin aku nggak pulang?"

Berhubung dirinya sudah pulang, sudah saatnya dia mengambil kembali saham di Vienna!

Candice menarik napas dalam-dalam mendengar ucapan Claire. Bahkan keluarganya sendiri juga diporotinya, sadis!

Saat ini, dia menantikan sekali melihat ekspresi Kayla yang tercengang.

Sesampainya di lantai bawah Perusahaan Perhiasan Vienna, Claire menoleh dan berkata kepada ketiga anaknya, "Ibu mau kerja dulu, kalian ikut Bu Candice pulang, ya."

Ketiga anaknya mengangguk dengan patuh.

Setelah Claire turun dari mobil, ketiga anaknya saling bertukar pandang, lalu berdesakan ke sisi Candice.

"Bu Candice, kami ingin tahu masalah Ibu dan Keluarga Adhitama!"

"Benar! Bu Candice harus diam-diam ceritakan pada kami. Kami jamin nggak akan kasih tahu Ibu!"

Candice tertegun sejenak melihat ketiga anak itu. Lalu, dia bertanya, "Kenapa kalian ingin tahu?"

"Karena kami adalah kesayangan Ibu, jadi kami nggak akan biarkan Ibu ditindas orang!"

Kali ini, mereka pulang bersama Claire dengan tujuan ingin "membalas dendam". Mereka tidak akan melepaskan siapa pun yang berani menindas ibu mereka!

Candice merasakan keringat dingin mengalir di punggungnya. Apakah ketiga anak ini benar-benar masih berusia 5 tahun?

Claire melangkah masuk ke dalam lobi Perusahaan Perhiasan Vienna. Meskipun perusahaan ini di bawah naungan Keluarga Adhitama, sebenarnya "Vienna" adalah hasil jerih payah ibu Claire.

Namun, tak disangka ayahnya malah menyerahkan perusahaan ini kepada orang asing seperti Kayla!

Beberapa tahun belakangan ini, Claire selalu mengikuti perkembangan Vienna di luar negeri. Kayla mengandalkan identitasnya sebagai putri Keluarga Adhitama untuk memecat beberapa petinggi yang dipekerjakan ibu Claire. Sejak saat itu, reputasi Vienna terus-menerus menurun.

Keluarga Adhitama yang dikenalnya tidak mungkin sanggup mengeluarkan uang sebanyak 2 triliun untuk merekrut desainer perhiasan sepertinya. Jadi, dia ingin tahu siapa yang membantu Kayla membayar 2 triliun ini!

Clare berjalan ke meja resepsionis, lalu berkata, "Halo, saya mau bertemu dengan Nona Kayla."

Gadis resepsionis itu bertanya dengan acuh tak acuh, "Apakah sudah buat janji?"

"Sementara ini belum ada. Tapi, Nona Kayla sendiri yang menghubungiku." Claire sangat tidak menyukai sikap gadis resepsionis ini.

Sepertinya, orang yang dipekerjakan Kayla memang tidak punya etika profesi.

Gadis resepsionis itu meliriknya sekilas, lalu berkata, "Maaf, tidak bisa ketemu kalau belum ada janji. Direktur kami sangat sibuk."

Claire tersenyum tipis sambil berkata, "Pelayanan Perusahaan Vienna memang selalu seperti ini, ya?"

"Apa maksudmu, Nona? Apa kamu nggak lihat kami lagi sibuk? Lagi pula, memangnya direktur kami bisa kamu temui dengan sesuka hati?"

"Wah, kukira siapa. Nggak nyangka ternyata kamu ya, Claire. Kamu masih berani pulang?"

Kayla berjalan keluar dari lift dan kebetulan melihat sosok di meja resepsionis itu terlihat tidak asing. Tak disangka, ternyata orang itu adalah Claire!

Si jalang ini sudah pulang!

Claire menoleh dengan perlahan. Melihat penampilannya, ekspresi Kayla langsung menjadi muram. Baru 6 tahun tidak bertemu, perubahan Claire sudah sebanyak ini. Dia tampak seperti seorang gadis penggoda!

"Bukannya kamu yang mengundangku pulang?" ejek Claire sambil tersenyum sinis.

Kayla tertegun sejenak. Dengan wajah yang angkuh seperti sebelumnya, dia berkata, "Aku yang mengundangmu pulang? Baru 6 tahun nggak ketemu, kamu sudah jadi nggak tahu malu begini ya?"

Dia menghampiri Claire dengan kedua tangan yang terlipat dan berkata, "Kenapa? Pelajaran 6 tahun yang lalu itu masih belum cukup bagimu, ya?"

Mengungkit tentang masalah 6 tahun yang lalu, ekspresi Claire tampak dingin dan tidak menunjukkan emosi sama sekali. "Selamat ya, sekarang kamu sudah jadi Direktur Perusahaan Perhiasan Vienna. Di bawah kepemimpinanmu, perusahaan ini malah makin merosot. Jangan-jangan, suatu hari nanti malah jadi bangkrut."

"Kamu ...."

Kayla mengangkat tangannya dan melayangkan sebuah tamparan.

Tamparan ini membuat semua orang yang berada di lobi langsung tercengang.

"Ada apa?" Terdengar sebuah suara yang dingin dari belakang.

Setelah melihat ke arah datangnya suara, raut wajah Kayla sontak berubah. Keangkuhan di wajahnya langsung sirna dan dia berjalan ke arah orang itu dengan tampang tidak bersalah.

"Javier, semua gara-gara dia. Dia merendahkanku dan bahkan mengutuk perusahaanku akan bangkrut."
Komen (3)
goodnovel comment avatar
musniqt musni
ceritanya mirip dengan Tiga harta : ayah misterius ternyata seorang bos besar
goodnovel comment avatar
Just Rara
untung si claire nya bersikap dingin,dan si kayla tetap gak berubah kelakuannya
goodnovel comment avatar
Felicia An
ceritanya mirip tetangga . .
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status