Share

05. Aleya Diculik?!

"Sebenarnya, apa isi brankas itu ya?" gumam Heris sembari menyisir rambutnya ke belakang.

William yang tengah mengemudikan mobil sedikit melirik ke arahnya. "Brankas apa?"

"Entahlah, ada brankas di dalam lemari Kak Haris. Tapi semalam ada orang yang mencurinya."

Tiba-tiba saja William menginjak rem hingga membuat Heris tersentak ke depan. Ia membulatkan kedua matanya dengan mulut bersiap untuk mengumpat. Namun tatapan William langsung membuat semua kalimat yang sudah tersusun rapi di kepalanya itu menghilang.

"Saya akan merekrut dua penjaga lagi di dekat kamar Anda," ujar William.

Heris langsung menggeleng. "Tidak perlu sampai sebegitunya."

"Saya yang sudah memaksa Anda, jadi keselamatan Anda itu prioritas bagi saya."

William langsung menepikan mobilnya dan meraih ponsel yang ada di dashboard. Ia nampak menghubungi seseorang dengan mata sesekali melirik ke arah Heris melalui spion.

"Apa kau luang?"

Wah ... Dia menelepon tanpa menyapa, membawa pistol, dan memukul atasannya. Benar-benar tidak seperti sekretaris pada umumnya, batin Heris.

"Siapkan dua orang yang berpengalaman untuk berjaga di dekat kamar Pak Haris."

Setelah mengatakan itu, William langsung mengakhiri panggilannya. Ia kembali melajukan mobil, namun raut wajahnya tidak terlihat tenang. Sesekali Heris bisa melihat lewat spion saat dahi pria itu berkerut. Bahkan suara helaan napas pria itu sampai terdengar ke telinga Heris.

"Kamu tau isi brankas itu, William?" tanya Heris.

William menggeleng cepat. "Tidak. Saya tidak tau apa-apa."

"Tapi kamu kelihatan resah, saat tahu kalau brankas itu dicuri."

"Saya hanya khawatir kalau ternyata brankas itu berisi data perusahaan," jawab William diiringi helaan napas berat.

Heris mengangguk pelan. Ia setuju dengan ucapan William. Data perusahaan adalah salah satu titik vital yang bisa saja menjadi jurang bagi OBBY Company, apalagi kalau brankas itu memang sengaja dicuri oleh pesaing.

Setibanya di basement, Heris diperintahkan turun terlebih dahulu karena William melupakan sesuatu. Ia melangkah pelan menyusuri lorong yang panjang dengan pencahayaan seadanya. Padahal kemarin mereka parkir di halaman depan. Tapi entah mengapa William memilih ke basement.

Cekrek.

Heris sontak menoleh ke belakang saat merasakan ada kilatan cahaya dari belakangnya. Ia berusaha mencari siapa pun di sekitarnya. Namun nihil, keadaan sangat sepi. Bahkan tidak terdengar suara langkah selain dari kakinya sendiri.

"Siapa di sana?" seru Heris hingga suaranya menggema.

Dua menit menunggu jawaban, namun hanya kesunyian yang ada di sekelilingnya. Heris memilih untuk berjalan cepat ke arah tangga. Semakin dekat dengan tangga, ia mendengar langkah kaki yang mengikutinya. Ia sontak menoleh, tapi untuk kesekian kali, tidak ada siapa pun di belakang sana.

Grep!

Heris hampir saja terjatuh karena terkejut saat tangannya dicekal seseorang. Nampak William yang sudah ada di belakangnya dengan dahi berkerut.

"Ada apa?" tanya William.

Heris mendesis pelan, matanya menatap ke setiap penjuru basement. "Aku merasa ada yang memotretku. Aku dengar dengan jelas ada suara kamera."

"Anda yakin?"

Heris mengangguk cepat. "Ada kilat kamera juga!"

"Jangan-jangan ... orang itu?"

~~~

Kedua mata Heris langsung melebar saat monitor kerjanya menyala. Nampak begitu banyak e-mail yang masuk hingga membuat komputernya membeku sesaat. Tidak lama, William datang dengan membawa laptop di tangannya.

"Jangan hidupkan komputernya!" seru William.

Heris mengangkat kedua alisnya. "Sebenarnya apa yang terjadi?"

"Kita harus ke rumah sakit sekarang!"

Tanpa berlama-lama, William langsung menyambar tas kerja Heris dan keluar terlebih dahulu dengan langkah cepat. Heris yang mengikutinya dari belakang nampak kewalahan. Langkah mereka terhenti saat tiba di depan pintu lift yang tertutup. William memukul pintu lift itu dengan keras, sebelum kembali mengayunkan langkahnya ke arah tangga.

"Kita harus cepat!" ujar William.

Heris mengerutkan dahinya dengan langkah yang semakin cepat. "Tolong jelaskan padaku, apa yang sebenarnya terjadi?!"

"Mereka mengincar Aleya! Wanita itu pasti melihat wajah pelakunya!"

~~~

Begitu tiba di rumah sakit, William langsung menerobos masuk ke dalam ruangan. Ia nampak sangat marah saat mendapati ruangan itu kosong tanpa penghuni di dalamnya.

"Sial ... sial sekali!" seru William.

Heris menelan ludahnya dengan kasar. "Aku akan memeriksa CCTV."

Ia bergegas menuju ke ruang keamanan. Namun sayangnya tidak ada satu pun orang di ruangan tersebut. Ia mendecih pelan, lalu kembali berlari ke meja resepsionis. Seorang wanita cantik menyapanya dengan senyum. Namun ia tidak punya waktu untuk terpana.

"Saya ingin mengecek CCTV di ruang rawat intensif!" seru Heris.

"Anda bisa langsung ke ruang keamanan untuk mengeceknya."

"Tidak ada petugas di sana!"

Tiba-tiba saja seorang petugas dari ruang keamanan melintas sembari membawa makanan ringan. Heris yang melihatnya tentu saja merasa sangat kesal. Ia langsung menarik pria itu dengan paksa menuju ke ruang keamanan.

"Sial! Bisa-bisanya Anda masih sempat jajan!" gerutu Heris.

Petugas itu mengerutkan dahinya. "Ada apa ini? Bukankah Anda CEO OBBY Company? Apa yang membawa Anda ke—"

"Jangan banyak bicara! Istri saya menghilang!"

"Apa?!"

Heris langsung memaksa pria itu duduk di depan monitor pengawas. "Cepat periksa kamar intensif dari 2 jam yang lalu!"

Pria itu dengan lihat mulai mencari rekaman CCTV yang diminta oleh Heris. Setelah berhasil ditemukan, Heris langsung menarik kursi pria itu agar menjauh. Kini ia mengambil alih dengan berdiri tepat di depan layar monitor. Saat itu ia masih bisa melihat Aleya di atas ranjangnya.

Setelah setengah jam tidak melihat apa pun, Heris nyaris menyerah. Namun saat hendak menyingkir dari tempatnya, tiba-tiba muncul pria mengenakan jaket hitam lengkap dengan masker dan topi baseball. Kedua tangan Heris terkepal kuat.

"Sial! Dia orang yang mencuri brankas!" gumam Heris.

Brak!

William muncul dengan napas terengah-engah. Sebelah tangannya langsung menarik kerah baju bagian belakang Heris dengan erat. Lalu ia menyeret pria itu keluar dari ruang keamanan.

"Cepat! Jangan seperti orang bodoh!" teriak William hingga suaranya menggema di lorong rumah sakit.

"Aku sudah tau siapa penculiknya. Ternyata dia orang yang sama dengan pencuri—"

"Saya sudah tau! Orang itu baru saja menghubungi saya! Waktunya hanya 20 menit sebelum Aleya ditenggelamkan!"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status