Share

26

Penulis: yusuf al barik
last update Terakhir Diperbarui: 2022-08-30 15:07:33

Kembaran Suamiku

26

#cerbung

#Kembaran_suamiku

"Boleh minta alamat rumahnya?"

Tanyanya tanpa bercanda.

"Alamat? Untuk apa ya?"

"Untuk menemui orangtuamu."

Senyumnya merekah dengan mata yang saling bertatap. Duh pemandangan yang syahdu.

Kutulis alamat rumah Mama, barangkali ia ada perlu.

Hari berikutnya di jam yang sama, pria itu datang lagi seperti biasa. Duduk sendiri dengan posisi jas yang juga seperti biasa. Sepertinya ia sudah menjadi pelanggan tetap di resto Mama.

*

"Mbak Ara, gimana kabar? Lama banget nggak main ke resto?"

Suara Weni memecahkan lamunanku.

Kuusap wajah menyadarkan diri pada posisi takdirku saat ini.

"Eh Adek ganteng. Umur berapa ini, Mbak?"

"Oh, iya. Udah masuk empat bulan, Wen."

"Mbak Ara melamun ya?"

"Lagi liat kolam ikan itu aja, Wen."

Elakku yang sudah ketahuan.

"Oh, ya sudah, Mbak. Weni duluan masuk ya."

Pamit We
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Marwah Cacabila
pasti akan ada hati yg tersakiti
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Kembaran Suamiku   48. Yang diderita Ara

    Kembaran Suamiku#48Sini, lihat telapak tanganmu," kata Mbak Sukmo pada Alisa. Alisa pun menyodorkan tangannya pada dukun tersebut. Lalu Mbah Sukmo membaca garis tangan Alisa sangat saksama dan komat-kamit membaca mantra. "Jika apa yang kamu kirimkan gagal, maka kamu harus bertapa di bawah Gunung Lawu selama tujuh hari tujuh malam. Jika tidak ...." Mbah Sukmo menjeda perkataannya. "Jika tidak, kenapa, Mbah?" timpal Alisa mengerutkan keningnya. "Jangan banyak tanya!" bentak Mbah Sukmo pada Alisa. Alisa terkejut dan langsung menunduk serta mengangguk segan terjadap pemuja kesyirikan tersebut. "Kamu akan matii dibunuuh oleh kejahatannmu sendiri," kata Mbah Sukmo melanjutkan. "Ma-mati?" Alisa tercengang mendengarnya. "Ya!" jawab ketus Mbah Sukmo. "Saya yakin pasti tembus ke orangnya, Mbah," kata Alisa begitu yakin. Sedangkan preman botak hanya ketakutan dan diam dengan

  • Kembaran Suamiku   47. Dukun bertindak

    Kembaran Suamiku#47"Apa? Preman, Bu Marni?" tanya Hasyim terkejut. "Iya, Pak Hasyim. Tapi untung Ibu sangat cerdas. Preman itu diajak ke sini untuk mengantar Ibu. Sekarang Ibu Ratna ada di kamarnya," terang Bu Marni sangat terharu dan senang karena majikannya dalam keadaan selamat. "Se-serius, Bu Marni? Masyaallah alhamdulillah." Hasyim pun saking senangnya berlari ke kamar ibunya. Bu Marni turut bahagia dan mengunci pintu rumah dengan cepat"Assalamualaikum, Ibu," sapa Hasyim setelah berdiri di ambang pintu. Tampak Bu Ratna usai salat dan basah netranya. Hasyim memeluk ibunya itu dengan erat. Bu Ratna justru menangis tersedu. Mengusap kepala putranya berkali-kali. "Alhamdulillah Ibu selamat," kata Hasyim sangat bahagia. Alhamdulillah Ibu sudah melewati semua ini nak tapi Ibu menghabiskan tabungan sebanyak 30 juta untuk membayar preman itu agar mau jujur dan mengantar Ibu pulang." Bu Ratna menje

  • Kembaran Suamiku   46. Penculikan Bu Ratna

    Kembaran Suamiku46. penculikan Bu Ratna"Ara, kamu yang tenang dulu ya.. Ini semua biar Mas yang urus. Ini bukan ranah kamu.. Okay!" titah Hasyim agar istrinya tidak banyak beban pikiran. Ara menghela napas perlahan dan menghembuskannya perlahan. Mencoba tenang atas kabar sang mertua tercinta. Sementara di kediaman sang ibu Hasyim, Bu Marni sibuk mencari majikannya itu. Ternyata di sebuah gudang, Ibu Ratna diikat tangan dan kakinya dan mulutnya dilakban oleh dua orang preman tidak tahu diri. Pasalnya sasaran mereka itu adalah wanita paruh baya yang tidak tahu apa-apa. "Siapa kalian?" Lemah Ibu Ratna bertanya pada kedua preman tersebut setelah lakban di mulutnya dibuka. "Tak perlu tahu, kamu, nenek tua!" gertak preman itu."Preman suruhan siapa kalian? Biar kubayar lebih tinggi kalian dari pada bayaran majikan kalian!" seru Bu Ratna menantang. "Kaya juga kau, nenek tua!" kata salah seorang preman itu k

  • Kembaran Suamiku   45. Teror untuk Ibu

    Kembaran Suamiku 45. Teror untuk IbuSetelah 3 tahun menikah, aku bersama Mas Hasyim dengan bahagia merawat Zafran dan Afrina. Selama di Kota Gudeg ini, Mas Hasyim sangat menikmati pekerjaannya. Mas Hasyim libur, ia mengajak kami pesta kebun. Baru lekas menggelar tikar, dering ponsel Mas Hasyim berbunyi. "Syim, Ibu seperti diteror seorang lelaki berjaket dan bertopi hitam," ujar Ibu dalam telepon yang suaranya dikeraskan Mas Hasyim. "Astaghfirullah, Ibu telepon polisi dulu, Bu agar ada penjagaan," jawab Mas Hasyim yang kudengar. Semoga ibu tidak kenapa-napa. Aku sangat takut karena beliau sudah sepuh dan harus diawasi Bu Marni. "Suruh orangnya Mas untuk jaga Ibu," bisikku panik pada Mas Hasyim yang tengah menelpon ibunya. Tangan Mas Hasyim mengangkat jempolnya dan mengangguk padaku. Di saat suasana santai seperti ini ada saja keadaan yang membuat kami panik. Apalagi mengenai ibu yang tentu tak bsia berbuat ban

  • Kembaran Suamiku   37

    Kembaran Suamiku#cerbung#Kembaran_suamikuPagi masih buta, mendadak sekali mengatur waktu untuk jenguk Ibu dan Mama Papa serta menjatuhkan talaq pada istri pertamaku.Suasana lenggang karena masih pagi, bisa diperkirkan perjalanan hanya dua jam lebih.Mengantar Ara dan Zafran serta pengasuhnya ke rumah Mama, tak lupa buah tangan kami bawakan untuk Mama dan Ibu."Jam sepuluh nanti bangunin Mas ya, Sayang. Mas mau selesaikan urusan dengan Alisa.""iya, Mas. Tidurlah! Pasti lelah habis safar."***"Mas, jam sepuluh."Suara lembutnya masuk ke dalam mimpi.Bangun, membersihkan diri dan bersiap. *Setelah sampai depan gerbang rumah Ibu Alisa, memarkirkan mobil dan masuk. Memencet tombol bel di samping pintu utama.Krek..Alisa membukakan pintu, akupun masuk.Kutepis tangan gempalnya yang hendak merangkul. Dia berangsur mundur. Wajah pias seketika muncul."Mas...""Duduklah, Alisa." ia duduk di sofa."Kedat

  • Kembaran Suamiku   43

    44Kembaran Suamiku#cerbung#Kembaran_suamikuTrauma?Ah, aku sama sekali tidak kepikiran tentang trauma Ara. "Oh, saya rasa tidak, Mas."Jawabku sekenanya."Ini tanda terimakasih saya, tidak seberapa, Mas."Kugenggamkan amplop cokelat berisi nominal untuknya."Tidak usah, Mas. Saya ikhlas menolong istri Mas.""Tolong diterima, Mas. Ini amanah dari istri saya.""Jika begitu, maka saya terima. Terimakasih ya, Mas.""Sama-sama. Saya pamit dulu, Mas Agung."Ia pun mengangguk dan menjabat tanganku.***"Pa, besok Mama kontrol ke klinik. Papa besok udah ke Jogja ya?" Ucap Ara saat di depan Zafran dan Afrina.Tapi panggilan itu lebih kusuka, kayak ada manis-manisnya gitu. Sampai lupa, besok jadwalku masuk setelah ambil cuti istri melahirkan."Apa Papa tunda dulu, Ma? Papa takut Mama pergi tanpa Papa."Kejadian itu menjadi trauma bagiku. Terlebih Ar

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status