Terpesona pada pandangan peetama.
"Bagaimana keadaan anak itu tante?"
Clara dan Lira yang tadi habis dari menjenguk Roy dan Hendra, kini berjalan menuju ruang sang anak yang ditolong tantenya berada. Anak itu seharusnya sudah bisa diajak bicara tentang tempat tinggalnya. Namun karena kesalahan dari para penolong yang kurang memberi penjagaan. Kini ia harus mengalami luka di kaki dan tangannya.
Kemungkinan akan ada tindakan operaai untuk tangannya yang ada retak pada salah satu jarinya. Pemasangan pen akan dilakukan hari ini juga. Dan anak itu belum membuka mata sejak tadi. Di keoalanya juga ada luka dan beberapa lebam di wajah.
Ah, seandainya dia tadi langsung mendapat pengarahan dan pengertian saat membuka mata. Tidak akan seperti ini jadinya. Tante Naira sangat sedih melihatnya. Untuk beberapa waktu ia tadi menunggui anak itu. Dan saat akan keluar membeli sekedar air mineral dalam kemasan botol. Tante bertemu Lira dan Clara. Segera Clara men
Ketemu Brian."Kau di sini nona manis?" tanya orang yang baru dikenal neberapa hari itu."Kamu..? Kamu kan adiknya mas Bintang?" tanya Clara."Iya, memangnya mengapa?"Clara terdiam, pikirannya teringat pada peristiwa beberapa hari lalu yang tidak mudah dilupakan begitu saja. Wajahnya memerah ada rasa ingin marah dan juga kesal di hatinya. Dulu Bintang mengajak kenalan dengan cara yang kurang nyaman buat Clara. Beberapa hari lalu Bintang menghadangnya saat sedang dengan kakaknya.Penghadangan yang membuat Clara cemas terlebih sedang ada massa yang kemudian brutal. Namun akhirnya Bintang yang terkena sasaran. Kesal memang rasanya, tetapi saat ini Bintang sedang sakit. Sekesal apa jua tetap ada rasa iba terhadap sesama insan yang sakit."Aku tadi bertanya, tidak kau jawab Clara?"Brian adiknya Bintang memandang tajam ke arah Clara. Ia juga ingin marah rasanya. Tetapi wajah manis Clara meredamkan emosinya. Gadis ini merupakan
Rencana RoyTiga hari kemudian Roy, Hendra dan anak itu sudah doperbolehkan pulang dari perawatan di sebuah rumah sakit ini. Disusul Bintang juga pulang. Sementara temannya yang koma masih di rumah sakit. Harus menjalani perawatan intensif di sana. Hingga sembuh atau terpejam selamanya. Karena kondisinya kritis. Hanya berharap sebuah keajaiban.Hendra sangat berterimakasih kepada keluarga Roy yang telah dengan ikhlas membebaskan semua biaya perawatan selama di rumah sakit. Juga saat di klinik. Dan untuk kendaraannya Nanda sudah melunasi. Sehingga Hendra tinggal fokus pemulihan serta kontrol berobat nantinya.Sepeda motor yang dikendari oleh Roy, sudah dilunasi perawatan bengkelnya oleh keluarga. Namun mamanya Roy tidak membawa pulang, melainkan diberikan kepada yang menolong Roy saat P3K. Demi kebahagiaan sang anak, mamanya Roy akan membelikan sepeda motor baru keluaran tahun ini, tahun 2013.Sang mama dan papa Roy jarang di rumah. Tentu ingin anakn
Saat Rangga kembali.Sementara itu seorang anak yang ditolong tante Naira, kini di rumah perawat ini. Clara, Lira dan sang pemuda juga ikut mengantar saat di rumah tante Naira. Suami dan anak tante ini juga menyambut ramah. Bahkan anaknya tante Naira akan sangat senang jika jadi teman saat di rumah.Dengan kata lain, anak yang ditolong itu harus menjadi anak angkat sang tante. Dan semua itu perlu minta ijin kepada keluarganya. Sang anak bercerita jika ia terlantar dari orang tua. Tinggal bersama seorang nenek yang masih kerabatnya yang juga terlantar. Bekerja seadanya untuk menyambung hidup dan membayar kontrakan sederhana.Masih beruntung sih tinggal di sebuah kontrakan yang hanya seukuran kamar 3*4 meter. Masih ada loh anak jalanan lain yang tinggal di bantaran sungai, pemukiman kumuh dan kolong jembatan.Sang pemuda yang menolong anak ini juga berkehendak untuk mengadopsinya besrta sang nenek seandainya anak itu mau. Karena sang pemuda ini di tem
Kepergian nenek Rangga.Rangga histeris saat melihat sang nenek terbujur kaku. Kondisinya sungguh membuat pilu semua yang melihat saat itu. Wajah penuh luka dengan kondisi mata yang keluar dari rongganya dengan keadaan sudah rusak sebagian. Clara, Lira dan sang pemuda sempat menutup mata tak sampai hati melihatnya."Mengapa bisa seperti ini kondisinya? Ini alami atau ada suatu peristiwa?" tante Naira bergumam dalam hati.Tidak cuma tante saja yang merasa aneh. Bahkan semua anak kecil yang ikut masuk ke rumah yang ditinggali Rangga, juga ikut sedih dan histeris serta bertanya-tanya dalam hati. Salah satu dari mereka keluar dan segera berteriak meminta tolong kepada warga sekitar."Tolong..tolong! Tolomg neneknya Rangga!" teriak salah satu teman yang neneknya tiada ini."Ada apa hei?"Seluruh warga sekitar segera lari sambil bertanya dan penasaran. Tanye Naira dan pemuda meminta keterangan apa yang terjadi sebelumnya? Kepada semua warga
TrenyuhKeesokkan harinya Clara dan Lira juga tante Naira beraktifitas seperti biasa. Sementara Rangga yang sedang berduka kini bersama para temannya yang belum sekolah. Ada tetangga juga. Serta saudara dan keluarga dari desa ada yang menjenguk.Meski bukan orang tuanya, ia yang selama ini sedikit memiliki nurani untuk mengasihi. Tidak banyak yang bisa dilakukan saudaranya ini. Hanya menjenguk dan menyampaikan duka serta memberi tahu kepada warga yang selama ini berbuat baik. Serta memikirkan kelanjutan hidup untuk Rangga.Mereka yang datang adalah saudara yang selalu kepikiran selama Rangga tidak bersama keluarganya. Mereka hanya kerabat tidak bisa berbuat apa? Terlebih keadaan ekonomi yang belum mendukung untuk menambah anggota keluarga baru yaitu Rangga. Miris rasanya hal ini, hingga salah satu dari mereka bersikeras setelah tujuh hari ini akan membawa Rangga tinggal bersama mereka.Hal ini sempat didengar oleh Ibrahim bahkan disampaikan juga ke
Rihlah bersama teman kecil."Kita jadi liburan nih."Ibrahim berkata dengan penuh keceriaan. Keinginannya untuk mengajak orang bertamasya akhirnya tercapai. Berbagi rezeki untuk kebahagiaan bersama. Rangga akan doajak juga kelima belas temanya. Setelah empat puluh hari berlalu.Anak itu saat ini tinggal di rumahnya Ibrahim. Sebenarnya tante Naira yang mengadopsi, namun karena saat ini srdang ada keperluan di luar kota. Ia titipkan Rangga pada Ibrahim. Tentu pemuda itu sangat senang sekali. Hampor setiap hari ia membelikan makanan dan buah yang Rangga suka. Juga diberikan kepada teman kecilnya Rangga.Rangga sendiri merasa nyaman tinggal di rumah pemuda ini. Kadang para teman Rangga diajak bermain juga ke rumah sang pemuda ini. Rasanya senang bisa membuat orang lain ceria. Kehadiran Rangga di rumah ini juga atas ijin dari keluarganya. Setelah empat puluh hari kemarin, keluarganya kembali ke kampung halaman.Ibrahim memberikannya banuak b
Di suatu kedai"Hai Roy! Sudah sehat betulkah?" Sapa Hendra yang sudah beberapa waktu tidak terlihat."Iya, kamu sendiri bagaimana?" Roy balik bertanya. Mereka kini sedang nongkrong, kegiatan yang sudah sebulan lebih tidak mereka lakukan"Sudah baikan. Sudah kerja bahkan aku kini. Oh, iya terimakasih banyak ya. Dulu kamu mbantuin aku sedemikiannya." Hendra teringat segala kebaikan Roy. Teringat saat ia sakit dulu, banyak yang telah Roy berikan."Ah, itu biasa. Sorry, baru segitu aku mbantuinnya," Roy sedikit merendah."Itu banyak Roy."Hendra melihat dan mengingat sekilas keadaan Roy. Bantuan hampir sepuluh juta yang Roy berikan. Semuanya tidak perlu dikembalikan. Jarang ada teman sepeduli itu, apalagi yang dinilai brutal oleh orang lain. Sebaiknya memang jangan memandang sebelah mata terhadap orang lain.Yang Hendra herankan lagi, seorang anak milyader masih menghargai dirinya yang hidupnya sederhana dengan kondisi keluarga yang kura
Sambutan dari beberapa teman."Hai Roy? Wah sudah rajin masuk sekarang ya?"Para teman Roy mulai menyambut dengan riang seperti dulu lagi. Sebulan yang lalu Roy sering jarang masuk. Baru dua tiga hari sekolah. Besuknya libur dalam waktu lumayan. Bahkan kadang seminggu. Alasanya karena kepalanya berat. Kadang pusing jika membuka buku. Ia pilih di rumah bersantai ria.Pada seminggu di bulan ini, ia mulai aktif tanpa ijin sama srkali. Kepalanya sudah mau betadaptasi dengan buku dan pelajaran apa saja. Jika kadang pusing atau penat sedikit. Bisa diminimalisir atau dinetralkan dengan duduk santai. Tutup buku sejenak kemudian dibuka lagi, bila sudah netral atau reda."Iya. Sudah ingin belajar lagi nih!"Roy duduk di sebelah temannya yang selama menjadi teman sebangkunya. Temannya ini juga menanyakan keadaan Roy. Dan mendoakan semoga sehat selalu. Kebetulan Roy memiliki teman yang cukup pendiam. Tidak banyak tingkah juga enggak suka brutal. Jarang terliba