Dara sudah mendengar keputusan dari Sabrina, bahwa ia positif tidak diperbolehkan bekerja oleh mertuanya. Meskipun keinginan itu sangat besar, tapi benar-benar diperlakukan seperti anak kandung. “Itu muka kenapa cemberut, sih?” Arvin menghampiri sembari mengunyah makanan.Dara menatap suaminya yang terus makan. “Kamu kenapa sih makan terus?”“Namanya juga lapar. Kamu datang bulan? Emosian amat sih,”Arvin menyindirnya dan pria itu duduk di sofa menaikkan sebelah kakinya. “Mama nggak bolehin aku kerja.”“Ya nggak masalah kalau nggak dibolehin.”Dara malah tidak dibela oleh suaminya. “Kamu setuju aku nggak kerja?”“Ya gimana, kalau Mama sudah bilang begitu aku nggak bisa komentar. Aku sudah pernah bilang kalau ada pilihan antara kamu sama Mama. Aku nggak bakalan pilih keduanya.”“Jadi, aku nggak boleh kerja?”Arvin masih mengunyah makanannya. “Emang Mama bilang apa sama kamu?” tanya Arvin masih santai menanggapi istrinya.Dara masih sedikit kesal lalu kemudian menjawab. “Mama bilang kal
Tidak meleset yang dikatakan oleh Arvin mengenai acara malam ini. Beberapa karyawan meminta untuk foto bersama. Selesai itu akan langsung makan-makan dan salah seorang mengambil mikrofon setelah ada instrumen musik yang diputar.Pria itu berjoget di depan Arvin sampai Dara tertawa lepas bahkan Khadafi yang tertawa melihat kelakuan anak buahnya.Lagu dangdut sambil berjoget sampai Arvin malah tertawa melihat kelakuan orang yang menyanyikan lagu untuknya. Tidak sedikit juga yang datang untuk menyawer si pria sampai Arvin juga malah merasa lucu dengan pernikahannya.Arvin mau menyangkal kalau ini bukan konsep yang diinginkan, tapi inilah yang terjadi. Pernikahan dengan segala keseruan dari orang kantornya. Khadafi malah ikut mendekat dan ikut berjoget di sana. Jatuh sudah wibawa seorang bos besar yang malah berjoget di depan banyaknya karyawan yang lain sambil mengeluarkan uangnya dan berjoget di sana.“Papa malah ikutan juga,” kata Arvin yang terus tertawa melihat beberapa orang yang ma
Dara melotot sempurna mendengar kalau kakaknya menikah dengan Gio—kekasihnya Dara sendiri yang sudah dipacarinya lima tahun ini. Rasanya, dia mati kutu ketika pulang dari apartemennya. Dara tinggal di apartemen karena lebih dekat ke kampus dan juga ke kantor. Tapi begitu dia pulang, justru kabar buruk yang menyambutnya. Lalu apa yang bisa dia maklumi, ketika pulang dengan perasaan hancur saat melihat kakaknya dengan perut besar tanpa pemberitahuan apa pun untuk Dara mengenai kakaknya yang telah menikah dengan Gio.Hatinya juga hancur saat dia dan Gio yang selama ini baik-baik saja menyembunyikan bara api yang langsung menyentuh hatinya hingga melepuh. Gio duduk di dekat Leta—kakak perempuan satu-satunya yang Dara punya. Tapi tidak harus mengambil Gio yang sangat Dara cintai. Mereka telah menghabiskan waktu yang cukup lama juga untuk menjalin hubungan.Matanya panas, lidahnya kelu tidak bisa bertanya banyak hal. Orangtuanya hanya terdiam juga begitu Dara pulang. Dara yang selama ini be
Sandarra Faradita, seorang gadis dua puluh empat tahun yang akrab dipanggil Dara bekerja di salah satu toko bangunan yang memiliki beberapa cabang di antaranya Bali, Lombok, seluruh Sumatera dan Surabaya yang merupakan toko bangunan besar milik Arga yang merupakan omnya Sandarra.Dia telah bekerja cukup lama di sana, setelah lulus dari sekolah menengah atas. Dia bekerja di sana dan enggan melanjutkan pendidikannya. Namun yang keras kepala menginginkan dia agar tetap kuliah tentu saja bukan orangtuanya sendiri. Dara diberikan fasilitas berupa apartemen yang dia tempati sejak pertama kali dia bekerja. Berbeda dengan kakaknya Leta yang enggan sekali masuk di perusahaan itu lantaran sang adik dari papa mereka berdua ini cukup cerewet juga.Dia bekerja di sini sebagai tangan kanan Arga untuk mengurus semua yang dilakukan pria itu. Kalau dia tidak ada, maka yang akan melakukan tanda tangan beserta melakukan pengecekan berkas tentu saja adalah Dara. Ia yang dilatih untuk bekerja keras sejak
Dara duduk di ruang tamunya ketika dia baru saja selesai mandi di kediaman Arga, hanya di sana dia bisa bersantai dengan menjadi nyonya di sini. Om dan tante selalu mengharapkan dia ada di sini. Andai saja dia dan Robi bukan sepupu, sudah pasti mereka berdua akan diminta untuk menikah saja, dibandingkan harus menjadi sepupu seperti ini. Apalagi keluarga besarnya Arga tahu seluk beluknya Dara.Sewaktu dirinya mendapatkan pesan dari Gio, dia langsung membukanya. “Kapan pulang?”“Abis ini pulang.”“Pulang sekarang juga! Aku nggak suka kamu keluyuran!”Salah satu yang akan membuat Dara tersadar bahwa dirinya harus tetap menjaga hati sang kekasih. Begitu diminta untuk pulang, maka dia akan pulang. Sampai sekang pria itu malah menjadi orang yang keras kepala. Bertahun-tahun mereka pacaran, sikapnya Gio masih tetap sama. Yaitu dia akan menjadi orang yang pertama kali mengekang hidupnya Dara.Tapi dengan cara seperti itu Dara suka. Karena menganggap bahwa Gio adalah pria yang sangat perhatian
Dara selalu berusaha untuk menghindar dari Gio, berulang kali pria itu mencoba mendekati Dara dengan caranya sendiri. Tapi selalu kena tolak oleh Dara.Wajahnya sangat muram sekali mendengar penolakan dari Dara beberapa kali. Walaupun sebenarnya Gio ingin menyentuh Dara, dia bertanggung jawab sekali, kan? Dia sudah pacaran sangat lama dengan Dara tapi merasa rugi kalau tidak bisa menyentuh Dara sama sekali. Lagi pula dia akan menikah dengan gadis itu sebentar lagi.Untuk apa juga Dara sudah lama dengannya tapi masih berlagak sangat mahal di depannya. Berciuman, itu sudah sering mereka lakukan. Tapi Dara tidak mau melakukan hal lebih dengannya layaknya orang yang tidak pernah tersentuh sama sekali. Padahal kalau urusan ciuman, bibirnya sudah sering digigit pula oleh Dara dengan nafsu yang kian menjadi.Namun untuk satu hal yang berkaitan dengan ranjang, Dara akan menolak. Berkali-kali akan berusaha untuk menolak Gio dengan berbagai alasan. Salah satunya adalah tentang Gio yang ditolak
Belum resmi menikah, sudah seperti ini sifatnya Gio kepada Dara. Dia tidak mendapatkan respons baik dari pria yang dia pertahankan selama ini. Gio memang pria yang sangat dia sayangi lebih dari apa pun. Meski banyak yang berusaha untuk mendekati dia di perusahaan Arga. Tapi perasaan Dara hanya tertuju pada Gio semata.Robi beberapa kali mengatakan juga bahwa seharusnya Dara mencari pria lain saja dibandingkan dengan Gio yang seperti anak kecil. Memutuskan hubungan sepihak, kadang membuat Dara menangis seperti orang bodoh.Ah, itu memang tidak seharusnya dilakukan oleh seorang pria yang akan menjadi calon pemimpin rumah tangga. Tapi bagi Robi, sifat kekanakan Gio memang tidak akan pernah bisa bersikap dewasa sebentar saja pada Dara.Buktinya sekarang, buru-buru dia mengantarkan sepupunya ini.Tapi begitu Dara memberitahu bahwa Gio telah membatalkan janji temu mereka. Rasanya itu sakit sekali.“Kapan putus sama, Gio?”Dara menoleh menghapus pesan yang baru saja dikirimkan oleh Gio rasan
Kencan?Oh sialnya Dara yang sudah beberapa kali diberikan harapan palsu oleh Gio baru kali ini bisa berkencan dengan kekasihnya. Setelah kejadian beberapa waktu lalu saat Gio meminta izin untuk menyentuhnya. Mereka tidak lagi berkomunikasi. Dara yang enggan untuk mengalah pada kekasihnya. Lagi pula hubungan seperti itu hanya akan membuat hari sakit sekali. Jadi dia tidak bisa menolak ajakan pria ini kalau memang akan pergi nanti.Dara baru saja siap-siap dan Gio langsung memasukkan ponselnya. Dengan tatapan curiganya Dara kepada kekasih yang telah dia pacari beberapa tahun terakhir. Menampakkan kecurigaan yang tidak ingin diketahui oleh Dara.Ada apa?Permainan apa yang sedang dilakukan oleh Gio.Apa sekarang pria itu sedang bermain api dengannya?“Atasanku yang menghubungi.”Pria itu langsung berkata demikian tanpa ditanyakan oleh Dara. Menghilangkan kecurigaan yang terjadi antara dirinya dan Dara. Sebenarnya yang menghubunginya adalah Leta. Mereka memang sering berkomunikasi.Peras