Share

7. Pesona Suami

Author: 5Lluna
last update Last Updated: 2025-07-11 06:59:35

"Kau yakin tidak mau pindah ...."

"Tidak, Ari." Bastian langsung menolak, bahkan sebelum istrinya selesai bicara. "Aku tidak mau merepotkan keluarga kalian lebih dari ini, jadi aku akan tetap kerja di tempatku."

"Padahal kau tidak merepotkan dan kau bisa bekerja denganku, tanpa harus melapor pada Dad." Ariana mengedikkan bahu dengan santai.

"Thanks tawarannya, tapi tidak. Aku masih mau berusaha sendiri." Kali ini, Bastian tersenyum. Dia bisa merasakan kalau niat istrinya tidak jahat.

"Oke." Ariana pada akhirnya mengangkat tangan saja. "Tapi nanti jangan menyesal ya."

Bastian hanya bisa tersenyum melihat istrinya, tapi dia tidak punya banyak waktu untuk membalas. Dia sudah harus segera pergi kerja, kalau tidak mau terlambat. Meninggalkan Ariana yang masih makan sarapan dengan santai.

"Padahal aku bosan," gumam Ariana menyeruput susu dari dalam gelas. "Karena masih libur, apa aku coba susul Bastian saja ya?"

"Aku akan menjenguk suamiku," putus Ariana bergegas meninggalkan meja makan, karena tadi memang mereka hanya makan berdua saja.

***

"Sorry, apa Bastian Jackson kerja di sini?" Ariana bertanya pada orang pertama yang dia lihat, saat masuk ke lobi sebuah gedung.

"Maaf, Nona. Ada lebih dari satu kantor di gedung ini," ucap perempuan yang ditanya, sebelum berlalu pergi.

"Setidaknya kau bisa kasih tahu aku di mana letak resepsionis." Ariana jelas saja akan menggerutu.

Untungnya, dia dengan mudah menemukan bagian resepsionis. Tentu saja tempat itu mudah ditemukan, hanya Ariana saja yang agak malas mencari. Dia lebih suka bertanya.

"Silakan naik ke lantai dua belas." Resepsionis memberitahu dengan senyum lebar terpatri di wajahnya. "Tapi perlu kau tahu, orang yang kau cari mungkin sedang sibuk."

"Tidak masalah, karena aku bisa menelepon."

Ariana segera berjalan sambil memainkan ponselnya. Dia tentu saja mencari nomor telepon sang suami, tapi pada akhirnya lelaki itu tidak mengangkat telepon. Bahkan setelah dicoba sebanyak dua kali.

"Kau dengar berita tentang si Bastian itu?"

Mata Ariana melirik ketika mendengar nama yang dia kenali. Dia masih sementara menunggu lift yang sangat lama itu.

"Katanya kemarin dia ambil cuti karena nikah."

"Pantas saja para perempuan jadi pemarah. Tapi bukannya Bastian itu tidak suka perempuan ya?"

"Dia tidak kelihatan tidak tertarik dengan perempuan sih, tapi dia sepertinya lurus." Orang pertama menggeleng. "Dia hanya terlalu cinta pekerjaannya."

Sebelah alis Ariana terangkat naik mendengar ucapan orang-orang. Baginya, itu bukan gosip yang baik, terutama karena ayahnya menentang hal seperti itu. Tapi, bisa saja yang dibicarakan itu Bastian yang lain kan?

Isi percakapan orang-orang itu juga tidak semuanya buruk. Ariana suka pada bagian Bastian yang suka pekerjaannya, tapi dia masih penasaran.

"Hei, kalian membicarakan siapa?" Bibir Ariana bergerak lebih cepat dari biasanya.

Tentu saja pertanyaan itu dijawab dengan tatapan mata bingung dari orang-orang yang tadi bergosip. Mereka jelas saja memandang aneh perempuan yang tiba-tiba bertanya. Tidak ada yang mengenal Ariana.

"Kenapa aku tidak dijawab?" Bukannya merasa sungkan, Ariana malah terus bertanya. "Aku bertanya loh."

"Tapi kami tidak kenal kau."

"Memangnya kau siapanya Bastian?"

"Oh, kenalin aku Ariana." Dengan percaya diri, yang empunya nama mengulurkan tangan. "Istrinya Bastian, itu pun kalau yang kalian bicarakan itu Bastian Jackson."

Lagi-lagi, bukan jawaban yang didapatkan Ariana. Kali ini, perempuan itu mendapat tatapan tidak percaya. Bahkan ada yang mendengus saking tidak percayanya.

"Bastian memang bisa dibilang sempurna, tapi tidak mungkin juga kalau kau istrinya."

"Kenapa tidak mungkin?" Ariana mengerutkan kening, ditambah dengan tatapan tidak suka. "Ada yang salah denganku."

"Kau terlalu sempurna untuk Bastian."

"Dia sempurna, tapi aku rasa kau Dewa. Kau jelas orang kaya kan?"

"Hubungannya?" Kening Ariana makin berkerut bingung.

"Bastian hanya orang biasa yang tidak punya ambisi. Bos kami pun orang biasa yang baru merintis karir dan kau jelas terlalu tinggi untuk seseorang seperti kami, atau Bastian."

"Dia tampan, tapi jelas tidak bisa dibandingkan denganmu."

Kedua alis Ariana terangkat mendengar apa yang dikatakan oleh orang-orang baru turun dari lift barusan. Jujur saja, dia senang dipuji. Tapi, apakah Bastian memang sebiasa itu? Persis seperti apa yang dikatakan ayahnya?

"Well." Ariana menekan tombol untuk membuka pintu lift yang baru saja terbuka, sambil menatap sisi lift yang memantulkan dirinya seperti cermin. "Aku memang luar biasa, tapi aku tetap mau melihat suamiku."

"Mari kita lihat." Ariana menengok ke arah para lelaki yang satu lift dengannya tadi pergi. "Apakah aku harus ke arah sana?"

Langkah Ariana terasa mantap menuju ke pintu kaca dengan stiker nama perusahaan tertempel di sana. Sepatu platform boots yang dia pakai, nyaris tidak menimbulkan bunyi pada lantai, membuat dia nyaris tidak dilirik oleh para pegawai yang sedang sibuk.

"Maaf, apa Bastian Jackson ada?" Tidak ingin membuang waktu, Ariana segera bertanya.

"Kau siapa?" Seseorang bertanya.

"Katakan saja di mana Bastian Jackson dan aku akan pergi melihat dia dengan tenang."

"Dia ... ada meeting." Orang yang tadi menjawab dengan ragu-ragu, merasa dia tidak seharusnya mengatakan ini pada orang asing yang tiba-tiba datang ke kantor. "Mungkin sebentar lagi selesai."

"Lalu di mana ruang meeting itu?" Ariana kembali bertanya.

Orang tadi tidak menjawab, tapi langsung mengarahkan jemarinya ke arah yang dimaksud. Hal itu bertepatan dengan kemunculan Bastian yang sedang berdiskusi dengan seseorang, lengkap dengan senyum tipis, lengan kemeja tergulung dan dua kancing teratas yang dilepas.

"Sialan," bisik Ariana sangat pelan.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Kenikmatan dalam Luka   98. Pasangan Tak Terduga

    Padahal rencana Bastian adalah mengajak istrinya makan siang bersama. Tapi, siapa sangka kalau dia malah menemukan pemandangan yang tidak seharusnya dia lihat saat membuka pintu ruangan Ariana, tanpa mengetuk pintu lebih dulu.Itu adalah Ariana yang sedang memojokkan Elian dengan kedua tangan. Jelas terlihat kalau ada sesuatu, entah apa itu dan Bastian tidak suka."Maaf," gumam Bastian pelan. "Mungkin ... aku bisa kembali lagi nanti?" lanjutnya malah dalam kalimat tanya."Oh, tidak perlu." Melihat ada celah, Elian segera merunduk cukup rendah, untuk meloloskan diri. "Aku punya banyak pekerjaan dan tidak perlu salah paham. Aku sama sekali tidak suka Ariana dari segi apa pun itu," lanjut Elian sambil melangkah keluar dengan cepat."Hei, tahan dia." Tentu saja Ariana akan meminta sang suami untuk menahan asistennya, tapi yang ada Bastian malah bingung.Rasanya, siapa pun akan bingung jika ada di posisi Bastian. Apalagi, Elian juga bergegas mendorongnya yang masih berdiri di amban

  • Kenikmatan dalam Luka   97. Bagian dari Mereka

    "Bagaimana?" tanya Ariana pada asistennya yang baru masuk ke dalam ruangan. "Dia menolak." Sayangnya, Elian harus menggeleng. "Bagaimana dia bisa menolak sponsor?" pekik Ariana dengan mata yang sudah nyaris keluar dari rongganya. "Atau jangan-jangan, tawaran kita lebih sedikit dari Dominique ya?" "Sayangnya tidak." Elian hanya bisa menghela napas saat menjelaskan. "Pelukis Vita sendiri bilang tawaran kita sangat banyak, tapi tidak bisa mengecewakan investor yang sebelumnya." "Kenapa dia lurus sekali sih?" Ariana sampai menempelkan tangan ke pipi dan menariknya turun dengan kuat. "Seharusnya kau hasut dia lebih jauh lagi." "Aku sudah melakukannya." Elian nyaris saja menghardik bosnya. "Aku sudah menawarkan lebih dari yang kau tawarkan, tapi dia tetap tidak mau. Lagi pula, orang mana yang tidak tertarik dengan uang?" "Tidak ada," balas Ariana pelan. "Harusnya tidak ada orang yang tidak suka uang, tapi ternyata ada." "Dia sebenarnya hampir menerima karena jumlahnya besar,

  • Kenikmatan dalam Luka   96. Pola yang Berulang

    "Ini gila." Arian mengatakan itu, sembari melangkah masuk ke dalam ruang kerja sang ayah. "Ini benar-benar gila.""Apa terjadi sesuatu?" Alaric yang kebetulan saja ada di dalam ruangan, tentu saja akan bertanya dengan ekspresi bingung."Sayangnya aku tidak tahu." Bastian yang menyusul sang istri, hanya bisa menggeleng pelan dan menutup pintu ruang kerja. "Aku tadi menjemput Ariana karena khawatir, tapi dia malah seperti ini," lanjut Bastian menjelaskan apa pun yang dia tahu. "Dia terus bilang gila atau sejenisnya.""Tentu saja ini gila," pekik Ariana membanting rambut palsu yang baru saja dia lepas dari rambutnya, menyisakan rambut asli perempuan itu yang ditutupi jaring. "Kalau kalian mendengar ini, kalian juga pasti akan bilang gila.""Baiklah." Alaric mengulurkan tangan, mencoba menghentikan gerakan apa pun yang akan dilakukan sang putri. "Bagaimana kalau kau duduk dulu dan mencoba menjelaskan, mulai dari ... penampilanmu.""Aku menyamar untuk masuk ke dalam galeri yang kem

  • Kenikmatan dalam Luka   95. Ide yang Makin Gila

    "Ariana, kau tidak perlu ke sana." Suara Bastian terdengar dari ponsel yang menempel di telinga perempuan yang empunya nama. "Aku sudah memeriksa daerah itu." "Tenang saja, Bas." Ariana membalas dengan pelan, tidak mau ada yang mendengar. "Aku sudah menyamar dan penyamaranku jauh lebih baik darimu." Ariana yang sedang merapikan poninya, tersenyum menatap cermin toilet. Dia yang tadinya berambut panjang, sekarang punya rambut sebahu. Pakaian yang biasanya mewah, kini berganti dengan kaos polo biasa dan celana panjang robek. Kali ini, Ariana memang terlihat berbeda. "Memangnya penyamaran seperti apa yang kau lakukan?" desis Bastian agak kesal juga. "Lebih baik, kau kembali ke kantor saja. Please!" "Hei, kemarin kau merengek ingin pergi sendiri. Jadi kenapa hari ini aku tidak boleh pergi sendiri," hardik Ariana dengan mata melotot yang terpantul di cermin. "Aku minta maaf soal kemarin, tapi sekarang aku takut kalau misalnya terjadi sesuatu denganmu. Aku juga akan berjanji tidak

  • Kenikmatan dalam Luka   94. Sama Tapi Beda

    "Ma'am, aku sudah dapat kabar dari orang yang mengikuti Bastian Jackson." Sebuah suara terdengar dari ponsel Dominique. "Katanya lelaki itu menyamar jadi Sebastian Moran dan datang mengunjungi galeri kita.""Kenapa dia tidak kreatif sekali?" tanya Dominique dengan kening berkerut. "Itu namanya bukan menyamar, tapi hanya ganti nama. Mana ganti namanya dari Bastian ke Sebastian. Dia dapat inspirasi dari mana sih?""Mungkin Sebastian Leclerc?" ucap lelaki dari ujung sambungan telepon. "Biar bagaimana, Mr. Jackson pasti cukup sering bertemu dengan Sir Leclerc bukan?""Cukup masuk akal." Dominique mengangguk. "Tapi tidak, Sebastian adalah anak yang patuh walau dia dominan. Mereka mungkin sering bertemu karena dia bekerja dengan Ariana, tapi tidak akan terlibat.""Kalau begitu, aku hanya akan mengawasi saja dulu." Lelaki tadi kembali bersuara. "Jika ada perintah lain, mungkin Master bisa sampaikan sekarang.""Tidak." Dominique menggeleng. "Untuk sementara, awasi saja dia dan Leo."**

  • Kenikmatan dalam Luka   93. Api Neraka

    "Kau yakin mau pergi sendiri?" tanya Ariana, menatap sang suami dengan serius."Tidak apa-apa, Ari." Bastian membalas sang istri dengan senyuman. "Tempat ini tidak ditangani langsung oleh Dominique.""Iya sih, tapi katanya aliran dana tempat ini besar kan?" Ariana masih mau berargumen. "Itu artinya Dominique bisa muncul kapan saja. Atau mungkin tangan kanannya dia.""Menurut data, belum ada yang seperti itu." Elian yang muak dengan drama pagi hari itu, langsung menyela. "Sekali pun Dominique datang, dia selalu berkunjung pada malam hari saja. Bastian akan aman.""Apa kau bisa menjamin hal itu?" tanya Ariana melirik sang asisten dengan tajam. "Apa kau mau tanggung jawab?""Aku akan tanggung jawab." Tidak mau ada perkelahian, Bastian segera menyela. "Jadi tidak apa-apa. Lagi pula, ada petugas keamanan kan?"Ariana mengembuskan napas cukup keras. Padahal dia sudah membujuk sejak masih di rumah, tapi setelah sampai ke tempat tujuan pun, Bastian masih tidak tergoyahkan. Sepertinya,

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status