ホーム / Romansa / Kenikmatan dalam Luka / 6. Pekerjaan Sampah

共有

6. Pekerjaan Sampah

作者: 5Lluna
last update 最終更新日: 2025-06-09 15:31:19

"Kau bilang apa?" tanya Ariana dengan mata melotot.

"Tinggal di rumahku saja," ulang Bastian tanpa beralih dari jalanan. Dia sedang menyetir mobil.

"Kenapa? Aku juga punya rumah kalau kau tidak mau tinggal dengan Dad."

"Tapi aku tidak bisa biarkan ayahku sendirian," balas Bastian tetap fokus. "Kau tahu kalau dia tidak bisa ditinggal sendiri kan?"

"Bawa saja dia ke rumah kita." Ariana masih bersikeras. "Nanti sewa perawat juga."

"Dad, tidak belum butuh perawat. Dia hanya butuh ditemani, saat aku ada waktu. Kau tidak mungkin seperti itu kan?"

"Memangnya kalau tinggal sendiri, kau tidak bisa menemani ayahmu?" Ariana masih saja membantah. "Justru lebih baik karena ada aku juga."

Bastian mengembuskan napas pelan. Padahal, dia sudah merasa sedikit lebih segar karena mereka baru saja pulang liburan alias bulan madu yang dipaksakan. Tapi, sekarang dia sudah sakit kepala lagi.

Padahal selama liburan berdua, semuanya cukup lancar. Bahkan bisa dibilang cukup menyenangkan. Mereka bahkan akur, setidaknya sampai beberapa menit lalu.

"Oke." Pada akhirnya, Bastian memilih untuk mengalah. "Tapi aku tetap mau minta izin pada ayahmu dulu."

"Tidak perlu lah." Ariana melambaikan tangan dengan santai. "Kan tinggalnya di rumahku. Perawatnya nanti aku juga saja yang bayar."

"Justru aku jadi makin ingin minta izin," balas Bastian mencoba untuk tegas. "Biar bagaimana, uangmu berasal dari Pak Alaric."

"Aku juga bekerja." Ariana langsung mendelik, karena merasa tersinggung. "Memang kantornya milik Dad, tapi aku kan kerja."

"Maaf, tapi aku harus izin." Bastian menggeleng. "Untuk yang ini aku tidak bisa kalau tidak bilang. Biar bagaimana, kau anak Pak Alaric dan aku punya tanggung jawab. Apalagi kau sendiri tahu masa lalu mereka tidak baik."

Untuk yang satu itu, Ariana hanya bisa mengangkat kedua tangannya. Dia tahu tidak ada gunanya berdebat lebih jauh lagi, baru ingat kalau sang suami tidak boleh didebat jika itu tentang ayahnya.

Tapi, apa yang terjadi malah di luar dugaan. Lebih tepatnya, itu malah jadi petaka untuk pasangan itu.

"Kalian berdua, tinggallah di sini," ucap Alaric, sambil menyesap tehnya.

"Ya?" Bukan hanya Bastian, tapi Ariana juga terkejut mendengar hal itu.

"Kalian bisa tinggal di rumah ini," ulang Alaric dengan kening berkerut. "Rumah ini cukup besar untuk menampung semua orang, dan rasanya aku mengatakannya dengan jelas."

"Tapi aku ingin mengajak ayahku tinggal bersama," jelas Bastian mencoba untuk tersenyum. "Aku yakin kalian berdua kan tidak nyaman kalau ada ...."

"Paviliun belakang sudah lama kosong." Alaric memotong kalimat menantunya. "Bilang kapan ayahmu akan pindah, biar kita bisa membersihkan tempat itu dulu."

"Al." Anna menegur suaminya. "Kurasa itu bukan keputusan yang mudah dan harus dibicarakan dulu kan?"

"Kenapa susah? Rasanya itu hal yang mudah."

"Dad, tolong pertimbangkan masa lalu kalian yang jelek itu." Ariana menjelaskan dengan jujur. "Walau aku dan Bastian akrab ...."

"Bukankah kau selalu bilang kalian tidak akrab?" tanya Alaric kembali memotong pembicaraan orang lain.

"Kami sering bertengkar, tapi kami juga dekat," balas Ariana mulai terlihat kesal. "Lalu bisakah kau tidak memotong omongan orang lain terus-terusan? Itu menyebalkan."

"Ari." Kali ini Anna harus menegur putrinya. "Mengatakan hal seperti itu pada ayahmu, juga bukan hal yang baik."

"Sorry, tapi memotong omongan orang lain terus menerus juga tidak baik. Yah, walau Dad melakukannya pada orang berbeda," balas Ariana enggan mengalah.

"Makanya aku bilang," desis Anna dengan sangat pelan pada suaminya. "Jangan terlalu memanjakan putrimu."

Alaric pun hanya bisa mengembuskan napas pelan. Dia juga tahu anak-anak yang keras kepala itu karena terlalu dimanja, tapi sebagai ayah, dia juga tidak bisa tidak memanjakan anak-anaknya.

"Maaf, tapi bagaimana dengan ayahku?" Bastian kembali menyuarakan kegelisahannya. "Biar bagaimana, kalian juga pasti tidak nyaman kan. Apalagi ... paviliun belakang itu agak terpencil."

Kali ini, giliran Anna yang mengembuskan napas. Yang dikatakan menantunya juga tidak salah, tapi jelas ini bukan sesuatu yang bisa dicarikan jalan keluar dengan cepat. Apalagi, dia tahu Bastian akan keras kepala kalau itu menyangkut ayahnya.

"Bagaimana ... kalau kita mencari jalan lain saja?" tanya Anna masih sambil berpikir.

"Kalau begitu, bagaimana kalau kita mencarikan rumah baru saja untuk ayah mertuaku?" tanya Ariana dengan tatapan yang serius. "Yang dekat dari sini, agar Bastian dan aku bisa sering menjenguk."

"Ari." Tentu saja Bastian akan mendesis mendengar ide sang istri. "Sulit menemukan rumah kosong di kompleks perumahan elit seperti ini dan jelas itu akan sangat mahal."

"Ayahku bisa menangani semuanya," balas Ariana dengan percaya diri. "Lagian, dia juga yang menyarankan tinggal bersama."

"Sebelum mengambil keputusan, bagaimana kalau kalian bertanya dulu?" tanya Anna dengan kedua alis terangkat, agak terkejut mendengar permintaan sang putri. "Sebaiknya bertanya dulu pada ayahnya Bastian kan?"

Untuk yang satu itu, Bastian setuju. Memang paling masuk akal bertanya pada semua pihak yang terkait, sebelum memutuskan apa pun juga. Dari pada melakukan hal yang akan ditolak semua orang.

"Tapi, dari pada bertanya pada ayahmu, aku ingin bertanya sesuatu padamu." Alaric tiba-tiba saja mengubah topik pembicaraan. "Sebenarnya, sampai kapan kau mau bekerja di tempat tidak kompeten seperti kantormu itu?"

"Kau tidak mungkin akan menghidupi anakku dengan gajimu yang sedikit itu kan, Baz?" lanjutnya dalam kalimat tanya yang bikin sakit hati.

この本を無料で読み続ける
コードをスキャンしてアプリをダウンロード

最新チャプター

  • Kenikmatan dalam Luka   7. Pesona Suami

    "Kau yakin tidak mau pindah ....""Tidak, Ari." Bastian langsung menolak, bahkan sebelum istrinya selesai bicara. "Aku tidak mau merepotkan keluarga kalian lebih dari ini, jadi aku akan tetap kerja di tempatku.""Padahal kau tidak merepotkan dan kau bisa bekerja denganku, tanpa harus melapor pada Dad." Ariana mengedikkan bahu dengan santai. "Thanks tawarannya, tapi tidak. Aku masih mau berusaha sendiri." Kali ini, Bastian tersenyum. Dia bisa merasakan kalau niat istrinya tidak jahat."Oke." Ariana pada akhirnya mengangkat tangan saja. "Tapi nanti jangan menyesal ya."Bastian hanya bisa tersenyum melihat istrinya, tapi dia tidak punya banyak waktu untuk membalas. Dia sudah harus segera pergi kerja, kalau tidak mau terlambat. Meninggalkan Ariana yang masih makan sarapan dengan santai."Padahal aku bosan," gumam Ariana menyeruput susu dari dalam gelas. "Karena masih libur, apa aku coba susul Bastian saja ya?""Aku akan menjenguk suamiku," putus Ariana bergegas meninggalkan meja

  • Kenikmatan dalam Luka   6. Pekerjaan Sampah

    "Kau bilang apa?" tanya Ariana dengan mata melotot."Tinggal di rumahku saja," ulang Bastian tanpa beralih dari jalanan. Dia sedang menyetir mobil."Kenapa? Aku juga punya rumah kalau kau tidak mau tinggal dengan Dad.""Tapi aku tidak bisa biarkan ayahku sendirian," balas Bastian tetap fokus. "Kau tahu kalau dia tidak bisa ditinggal sendiri kan?""Bawa saja dia ke rumah kita." Ariana masih bersikeras. "Nanti sewa perawat juga.""Dad, tidak belum butuh perawat. Dia hanya butuh ditemani, saat aku ada waktu. Kau tidak mungkin seperti itu kan?""Memangnya kalau tinggal sendiri, kau tidak bisa menemani ayahmu?" Ariana masih saja membantah. "Justru lebih baik karena ada aku juga."Bastian mengembuskan napas pelan. Padahal, dia sudah merasa sedikit lebih segar karena mereka baru saja pulang liburan alias bulan madu yang dipaksakan. Tapi, sekarang dia sudah sakit kepala lagi.Padahal selama liburan berdua, semuanya cukup lancar. Bahkan bisa dibilang cukup menyenangkan. Mereka bahkan

  • Kenikmatan dalam Luka   5. Bukan Kontrak

    "Jadi, kau mau kontrak berapa lama?" "Hah?" Tentu saja Ariana akan melotot mendengar apa yang diucapkan suaminya. Pasangan Ariana dan Bastian sekarang sudah berada di kamar hotel yang dipesankan orang tua mempelai perempuan. Ariana baru saja selesai mandi, ketika suaminya menanyakan hal tidak masuk akal dari arah sofa. "Maksudku, kontrak pernikahan. Kau pasti ingin membuatnya kan?" "Untuk apa?" Ariana malah makin melotot mendengar pertanyaan lanjutan sang suami. "Bukannya biasa begitu ya?" Bastian ikut bingung. "Yang kubaca di novel biasa seperti itu. Ada kontrak pernikahan yang dibuat, apalagi dengan keadaan kita yang sekarang." "Kau terlalu banyak baca novel." Saking gelinya, Ariana sampai mendengus. "Lagian, apa bagusnya baca novel romance?" "Itu untuk hiburan." Bastian mengedikkan bahunya dengan santai. "Hidup sudah susah, jadi sesekali harus menghibur diri sendiri." "Terserah, tapi aku tidak mau ada kontrak." "Hah? Serius?" Saking kagetnya, Bastian sampai duduk

  • Kenikmatan dalam Luka   4. Awal Yang Baik

    "PERNIKAHAN INI TIDAK BOLEH TERJADI." Suara teriakan kembali terdengar. "Wah, sepertinya ini akan jadi headline news, mengingat ayahmu itu tokoh politik terkenal." Bastian masih sempat tertawa, sambil melihat lelaki yang sedang mengamuk dan berusaha ditangani pengawal. "Jangan ketawa," hardik Ariana dengan mata melotot. "Ini bukan hal yang lucu." "Sayangnya, aku masih ingin tertawa lebih keras lagi," balas Bastian dengan senyum penuh arti. "Jadi bagaimana kalau kita lakukan sesuatu?" "Apa maksud ...." Ariana tidak bisa menyelesaikan kalimatnya, karena tiba-tiba saja Bastian menarik tengkuknya. Hal yang tentu saja membuat perempuan itu melotot, apalagi ketika sang suami menyibak kerudung pengantinnya dengan cepat, memajukan kepala dan menempelkan bibir mereka. Jangankan Ariana, Alaric sang ayah yang kebetulan melihat itu pun tercengang. Saat situasi sedang ribut seperti ini, siapa yang akan ingat ciuman pernikahan? Mana Bastian melakukannya dengan cukup intens, walau agak m

  • Kenikmatan dalam Luka   3. Menggagalkan Pernikahan

    "Cobalah tersenyum lebih lebar lagi, Ari. Kita sedang sesi foto.""Tapi, bagaimana ini semua bisa terjadi Mom?" tanya Ariana dengan tatapan menerawang."Mungkin kau harus tanya orang tuamu," jawab Bastian yang kini memaksakan senyum karena fotografer sudah mengarahkan."Stop bicara dan fokus pada kamera." Ibu Ariana memberi perintah.Mau tidak mau, Ariana memaksakan senyumnya. Dia tentu saja tidak ingin menghancurkan foto apa pun yang ada dirinya, termasuk dengan foto pernikahan yang amat sangat tidak masuk akal ini."Aku tidak sangka kalian benar-benar menikah." Seorang perempuan yang terlihat sedikit mirip dengan Ariana bersuara."Terima kasih pujiannya, Anais. Aku harap kau tidak dijodohkan seperti aku di masa depan." Ariana tersenyum pada sang adik, walau dengan senyum sinis."Tidak usah sensi begitu." Kali ini anak lelaki seumuran Anais yang berbicara. "Dia hanya mengatakan isi kepalanya.""Terima kasih Amadeus, tapi aku harap kau juga diam saja." Kali ini, Anna terseny

  • Kenikmatan dalam Luka   2. Satu Bulan Lagi

    "ADUH SAKIT! LEPASKAN!""Mana mungkin," jawab Ariana dengan mata melotot, sambil memegang kuat rambut panjang seorang perempuan. "Setelah kau tertangkap basah selingkuh tunanganku, aku mana mau melepasmu.""Ari, tolonglah." Seorang lelaki yang terlihat panik, berusaha menenangkan. "Ini tempat umum dan ....""Harusnya itu kalimatku." Kini Ariana melotot pada lelaki yang baru saja bicara. "Semua orang tahu kita bertunangan, lalu kau mencium dan meraba bokong perempuan ini?""Kau salah lihat." Sang tunangan dengan cepat menggeleng. "Kau salah lihat.""Kurasa kau salah menjambak." Tidak mau ketinggalan, Bastian malah mengompori. "Yang harus dijambak itu biang keroknya, bukan pelaku yang ditipu."Ucapan itu jelas saja membuat Ariana makin melotot, kali ini mengarah pada lelaki yang baru saja bicara. Makin melotot lagi saat Bastian malah melebarkan senyumannya dan melirik ke arah tunangan perempuan yang sedang mengamuk itu."Jangan memancing emosinya," hardik sang tunangan pada Bast

続きを読む
無料で面白い小説を探して読んでみましょう
GoodNovel アプリで人気小説に無料で!お好きな本をダウンロードして、いつでもどこでも読みましょう!
アプリで無料で本を読む
コードをスキャンしてアプリで読む
DMCA.com Protection Status