Home / Romansa / Kesalahan yang Tak Terhindarkan / Ch 6. Takdir, kemunculan dua pilihan

Share

Ch 6. Takdir, kemunculan dua pilihan

Author: Amethystia
last update Last Updated: 2021-08-26 22:45:03

"Lumayan rame juga ini mall, padahal bukan weekend," gumam Ana. Ini adalah kebiasaan Ana dikala dia sedang banyak pikiran. Berjalan sendirian di mall ketika selesai bekerja.

Ana memfokuskan pandangannya. 'Kayaknya itu Novan deh,' pikir Ana. Dia terus melihat sosok dihadapannya. Sedikit berlari Ana menghampirinya.

Ana pun terdiam ketika dia melihat seorang wanita menghampiri Novan. Mereka saling berpandangan. Ana pun segera memalingkan mukanya dan beranjak pergi. 

Sempat terpikir untuk Ana menyapanya, namun Novan terlihat tidak mengenalinya. Ana pun mengurungkan niatnya itu segera dan berjalan dengan sedikit lebih cepat.

‘Apa-apaan, bilang tawarannya berlaku lama. Tapi dia sudah jalan dengan wanita lain, ’ pikir Ana saat itu.

“Kak Ana tunggu!” Dengan nafas yang terengah-engah Novan berlari mengejar Ana. 

Ana menghentikan langkahnya. Kemudian dia berbalik, memandang Novan dengan penuh tanya. “Kamu kenapa lari-lari, Van?” 

“Kak Ana, kenapa gak nyapa aku sih tadi?” Dia masih berusaha mengatur nafasnya. Novan terlihat sangat khawatir. 

Ana menaikan alisnya sebelah. Dia heran dengan pertanyaan Novan. “Kamu kan lagi sama cewek mu tadi. Aku gak enak kalau nyapa.” 

“Itu kakak perempuanku kak. Tadi dia bilang kalau ada cewek yang kayaknyakenal aku.” Novan sedikit terkekeh. Dia merasa bahwa Ana kini tengah cemburu padanya. “Dia bilang ciri-cirinya mirip kak Ana. Aku takut kakak salah paham jadi aku susul deh.”

Tanpa sadar Ana tersenyum dengan penuturan Novan. "Hmmm, kamu nekad juga yah Van. Gimana coba kalau ternyata yang tadi itubukan aku?”

Melihat Ana tersenyum membuat Novan tidak menyesali berlari menghampirinya tadi. “Kak Ana lebih cantik kalau senyum.”

“Eh.” seketika muka Ana memerah. Dia merasa tersipu dengan ucapan Novan tadi. Ana pun memalingkan pandangannya. Dia terlihat sedang memikirkan suatu obrolan lain. “Terus, kakak kamu mana sekarang?” 

Menurut Novan, Ana yang sedang gugup dan malu-malu adalah versi paling menggemaskan dari dirinya.

Novan pun mengelus kepala Ana. “Kita ngobrol sambil duduk bentar yuk!” ajak Novan. Dia memegang pergelangan tangan Ana pelan dan berjalan mencari tempat duduk.

Ana hanya bisa terdiam menerima perlakuan Novan tersebut. Setelah duduk. Mereka hanya terdiam satu sama lain. Hal itu membuat Ana merasa janggal. Katanya mau ngobrol tapi kok diam aja?”

“Ah iya, aku sebenarnya cuman ingin berduaan aja sama kakak.” Dia mulai berani memainkan rambut Ana.

Belum pernah Ana menghadapi orang se frontal ini. Bahkan Rico pun tidak pernah seperti ini padanya.

Novan menyadari perubahan raut wajah Ana. Dia pun segera menghentikan kegiatannya. “Apa kakak gak nyaman?”

“Bukan itu." Ana menggeleng pelan. 

“Jadi aku boleh seperti tadi sama kak Ana?” Mendengar hal itu. Novan langsung mendekatkan tubuhnya lebih intim lagi. 

“Eh iya, maksudku aku gak nyaman dengan kamu yang kayak tadi,” sanggah Ana. Dia panik dengan apa yang dilakukan oleh Novan. 

Novan mendecik pelan. Dia sangat mengetahui apa yang sebenarnya dirasakan oleh Ana saat itu. “Bohong, kakak tidak terlihat menolaknya."

Menyadari ucapan Novan yang tidak sepenuhnya salah membuat Ana tertegun. Dia merasa semakin tidak bisa menghindari Novan.

***

Diwaktu yang sama Rico sedang mencari tempat untuk makan malamnya dengan Ana besok. "Pokoknya gue harus beneran manjain dia kali ini. Biar dia bisa maafin gue kayak biasanya. Pasti abis ini dia balik lagi. Gue juga bisa minta jatah lagi deh." Sambil terus memainkan hp nya. Dia sangat yakin kalau Ana akan memaafkannya kembali. Seperti siklus hubungan mereka biasanya, marahan, minta maaf dan berakhir di ranjang. 

“Na, pilih yah kamu mau makan dimana besok.” Tulis Rico di pesannya. Dia mengirimkan pesan sekaligus beberapa foto referensi tempat makan.

Setelah itu Rico memesan satu ikat bunga untuk Ana besok. Kali ini Rico benar-benar mempersiapkan dengan matang supaya Ana bisa menerima permintaan maaf darinya lagi.

***

Triiing …

Notif pesan masuk di Hp Ana membuat dia tersadar dari lamunannya. Dia sedikit mundur menjauhi Novan. "Rico ngirim apa ini?" Gumamnya pelan.

Matanya membulat ketika melihat beberapa foto restauran untuknya. Mata Ana sedikit berkaca. Dia tidak sangka Rico akan seperti itu.

"Van, malu banyak orang.” Ana langsung menepis tangan Novan yang hendak memainkan rambutnya kembali. 

“Pesan dari siapa tadi?” Tanya Novan.

Ana sedikit terganggu dengan sikap Novan. Alih-alih menjawab, dia malah bertanya pada Novan. “Kenapa kamu harus tahu?”

Novan terlihat tidak puas dengan jawaban yang Ana berikan. Dia menghentikan kegiatannya mengganggu Ana.“Kak Ana, kalau kakak gak nyaman atau gak suka. Kakak boleh kok bilang tidak atau nolak aku. Aku bakal menghargai keputusan kakak kok.”

“Sudah malam, kakak pulang lah hati-hati. Aku haru kembali ke kakaku yang sudah menunggu dari tadi.” Ucapnya sambil berdiri dan mengelus kepala Ana pelan. “Yuk, aku antar sampai tempat parkir!” 

Ana pun hanya mengangguk dan berjalan mengikuti Novan. Dia sangat bingung dengan perlakuan Novan padanya. Dia bisa terlihat sangat menggodanya.

Sedetik kemudian berubah seperti menyesali perbuatannya. Semua itu membuat Ana tidak bisa menebak apa yang ada dipikiran Novan.

Di tempat parkir Novan membantu Ana mengeluarkan kendaraannya. “Makasih ya  Van.”

Sambil mengelus kepala Ana lagi, Novan berkata “Iya kak Ana. Inget kata-kataku tadi yah. Kakak boleh menolak kapanpun kalau misal kakak nggak suka. Sesuatu yang dipaksakan itu tidak akan berakhir baik kak.”

Ana mengangguk kemudian berpamitan pada Novan dan pergi meninggalkannya. Melihat Ana yang sudah berlalu. Novan pun pergi menuju kakaknya kembali.

Diperjalanan pulang, Ana terus teringat ucapan Novan yang terakhir. ‘Apa mungkin memang aku yang terlalu memaksa untuk bersama Rico?’

Ana kini merasa kalau selama ini hanya dia seorang yang menginginkan hubungan dengan Rico. Mungkin itulah yang membuat Rico bertindak seenaknya padanya. Setidaknya hal itu yang sedang ada dalam pikiran Ana saat ini.

Disela-sela lamunannya tentang Rico. Ana teringat kembali sikap manis Novan tadi, kemudian tersenyum kecil. “Bisa-bisanya lari begitu didalam mall hanya untuk mengejarku."

Novan seperti oase bagi Ana. Ditengah kegersangan hubungannya dengan Rico. Dia hadir membawa warna baru bagi Ana. Hatinya semakin berdegup kencang ketika memikirkan Novan.

Tapi dia masih tidak jujur dengan perasaannya sendiri. Perasaannya yang lambat laun mulai melangkah menuju Novan.  Dia pun terlalut dalam pikirannya tentang Rico dan Novan disepanjang perjalanannya menuju rumah.

***

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Kesalahan yang Tak Terhindarkan   Ch 33. Aku yakin, kamu masih milikku

    “Sudah tenang?” Novan segera menyambut Ana yang baru masuk ke dalam mobil.Ana mengangguk pelan, “keluar bentar yuk, biar lebih enak ngobrolnya.”Mereka pun duduk berdua dibawah pohon yang rindang.Ana menarik nafas panjang, “Novan, I love you. Really loving you. Tapi kita harus sadar, kadang tidak semua yang kita inginkan bisa kita dapatkan.” Ana mulai meraih tangan Novan, “maafkan aku terlalu pengecut untuk memilih bersama kamu. Aku pun sadar kita sangat berbeda baik dari keluarga dan lainnya, hal itu akan menyusahkan kamu kedepannya.”Novan menggenggam tangan Ana dengan kuat. “Me too, Ana. Aku dari awal menyerahkan semua pilihan padamu. Maafkan aku telah menempatkan kamu ke dalam situasi yang rumit ini.” Omongan Novan sedikit tertahan, “andai, maksudku aku berharap kamu selalu mendapat yang terbaik.”Dengan cepat Ana menggelengkan kepalanya, “tidak Novan, aku bisa memilih untuk menolakmu dari awal. Tapi aku tetap bersama mu pada akhirnya. Terimakasih telah memberikan ku kepercayaan

  • Kesalahan yang Tak Terhindarkan   Ch 32. Penyesalan

    “Aaaargh gila lu Rico, gue belum mau mati!” Vania memegang seat beltnya erat-erat.Rico tetap tidak memperhatikan sepupunya tersebut. Kini dia hanya ingin melampiaskan emosinya dengan melaju mobilnya secepat mungkin.“Anj*ng Rico! Lu kalau mau mati jangan ajak-ajak gue tolong!” kali ini dia mengerahkan sekuat tenaganya untuk berteriak dan berhasil menyadarkan Rico.‘Kriieeeeet….’ Rico menginjak rem mobilnya mendadak membuat bunyi deritan yang cukup panjang.“Sumpah yah lu gak ada otak!” Vania terus saja berteriak, meluapkan kekesalannya.“Sorry gue gak sadar Van,” dengan gelagapan Rico menjawab.Vania menarik nafas dalam, mencoba mengatur emosinya. “Okee.. Sekarang lu tenang dulu, abis itu baru cerita sama gue yah.”Rico mengangguk lemas, dia sudah sangat kalut dan tenggelam dalam pikirannya. Tak terasa air matanya mengalir.“Gila gue nangis cuman gara diselingkuhi si Ana. Bangsat emang tu cewek!” Rico memukul dasboard depan mobilnya.Vania mengelus punggung Rico pelan. Mencoba menena

  • Kesalahan yang Tak Terhindarkan   Ch 31. Awal kepedihan

    Kembali ke masa SMA di tahun dua ribu lima belas. Rico tengah berjalan santai menuju ruang OSIS untuk menemui Ana sore itu. “Astaga dia bisa tertidur dengan pulas ditempat seperti ini.” Rico bergumam pelan. Dia tersenyum melihat Ana, pacarnya yang merupakan kakak kelas sekaligus ketua Osis disekolahnya. “Teledor banget sampai gak nyadar ada orang yang membuka pintu,” dengan pelan dan hati-hati Rico mendekati Ana. Dia terus menatap Ana penuh kasih. ‘Memang cantik banget cewekku ini!’ batinnya. Kini tangan usilnya tengah memainkan ujung rambut Ana pelan. Membuat kening Ana mulai berkerut dan membuka matanya perlahan. “Aaaaawww..” rintih Rico saat dengan cepat Ana malah memelintir tangannya. “Rico!” Ana lekas melepaskan tangannya begitu menyadari pria yang dihadapannya adalah kekasihnya. “Maaf, habisnya kamu mengagetkan aku sih salah siapa coba!” dengan kesal Ana menggembungkan pipinya. Melihat Ana yang begitu lucu, Rico pun tidak tega untuk memarahi Ana. “Kamu yang budeg sayang, a

  • Kesalahan yang Tak Terhindarkan   Ch 30. Akhir dari semua

    Di lain tempat Nisa tengah sibuk mempersiapkan kepergiannya menemui Rico. Dia bersemangat sekali untuk bertemu dengan lelaki pujaannya itu. ‘Sayang aku kesana yah minggu depan!’ tulis Nisa dalam pesan singkatnya. Namun pesan tersebut ternyata bertanda ceklis satu. “Apa dia lagi sibuk yah?” pikir Nisa dalam hatinya. Namun dia segera menepiskan kecurigaannya tersebut dan lebih memilih untuk fokus terhadap barang yang akan dia bawa nanti. ***”Kak, kita makan disini aja yuk!” Novan mengelus pundak Ana pelan. Ana pun duduk mengikuti permintaan Novan. “Kakak mau pesen apa? Aku yang traktir deh kali ini!” “Terserah kamu aja Van,” jawab Ana lemas. Ana terus tertunduk lesu. Pikirannya sedang kacau saat ini. Kenapa dengan mudahnya dia percaya ucapan lelaki dihadapannya saat ini. “Kak… kak Ana!”, panggilan lembut Novan tidak dapat menyadarkan Ana dari pikirannya. Seketika Novan menangkup kedua pipi Ana, membuat Ana sedikit tersentak dan tersadar dari lamunannya. “Ah Van, maaf aku sedang me

  • Kesalahan yang Tak Terhindarkan   Ch 29. Sepasang mata yang Cemburu

    “Habis ini kita langsung pulang yah Ric, aku udah capek.” Ana berdiri dan membereskan barang bawaannya. Rico memberikan buket bunga yang tertinggal pada Ana. “Iya aku antar kamu pulang langsung, yuk!” “Makasih yah.” Ana langsung pergi begitu menerima buket dari Rico. Saat didalam mobil terjadi keheningan diantara mereka berdua. Tidak ada satupun yang memulai percakapan. Mereka terlarut dalam pikiran masing-masing. “Ana, sebenarnya ada hubungan apa kamu dengan Novan?” Seperti tersambar petir, pertanyaan Rico tersebut membuat Ana tidak bisa berkutik. Matanya melirik ke kanan dan kiri. Terlihat sedang mencari alasan yang terbaik untuk menjawab pertanyaan Rico. “Hmmm.. Aku tidak ada hubungan apapun dengan Novan. Kenapa kamu nanya kayak gitu?” Rico tahu dengan pasti gelagat Ana ketika berbohong. Penyangkalan Ana semakin membuatnya penasaran. Ini pertama kali Ana melakukan hal seperti itu padanya. “Kamu yakin? Aku merasa kalian memiliki sesu

  • Kesalahan yang Tak Terhindarkan   Ch 28. Jalan Keluar?

    “Nia, kamu kenal sama Novan?” tanya Rico. Dia mulai curiga dengan kecanggungan yang terjadi diantara mereka berdua. Rico terus memperhatikan Ana dengan sangat lekat. Dia melihat wajah Ana semakin memucat. Vania segera melepas gandengan tangannya dari Rico. Dia mulai mendekati Novan dan merangkulnya. “Iya kak, ini yang tadi sempet aku ceritain pas mau kesini. Beberapa minggu ini aku lagi deket sama dia. Seneng deh ternyata kalian semua udah saling kenal, jadi aku tidak perlu memperkenalkannya lagi.” Ana hanya bisa memandang mereka dengan tatapan sendu. Dia terus berusaha untuk tersenyum dan menyembunyika perasaan yang sesungguhnya. “Kakak dukung kok Nia hubungan kamu sama Novan. Dia ini anak yang baik pasti bakal jagain kamu dengan baik.” Rico mulai menerka-nerka situasi yang terjadi. Dia langsung memamerkan kemesraan didepan Novan. Rico mulai merangkul pinggang Ana dan mencium pucuk kepalanya sekilas. “Makasih yah, kalian udah datang ke wisuda Ana. Habis ini

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status