Home / Romansa / Kesalahan yang Tak Terhindarkan / Ch 7. Janji, selalu bisa diingkari

Share

Ch 7. Janji, selalu bisa diingkari

Author: Amethystia
last update Last Updated: 2021-08-28 02:19:35

Matahari mulai menyingsing, Ana mulai menggeliatkan tubuhnya pelan dan mencoba untuk menyempurnakan kesadarannya. Dia sengaja bangun lebih pagi. Bersiap lebih lama, memakai baju yang rapi dan mencatok rambutnya sebelum berangkat kerja. Dia sangat antusias dengan pertemuannya dengan Rico sore ini. 

Saat sedang memanaskan motornya ada sebuah pesan masuk dari Rico yang berisi, “Na, jangan bawa motor yah nanti aku jemput kamu.” Membaca pesan dari Rico, membuat Ana senang. Senyum terkembang kecil dibibirnya. 

Setelah membalas pesan Rico, hp nya kembali berbunyi. Kini ada pesan masuk lagi, namun ternyata itu dari Novan. “Pagi kak, semalam pulang dengan selamatkan?”

Tanpa sadar Ana pun tersenyum membaca pesan singkat dari Novan tersebut. “Pagi juga Novan, makasih aku semalam sampai dengan selamat.”

Tak lama setelah membalas, Novan pun kembali mengiriminya pesan, “syukurlah, semangat untuk hari ini ya kak.” Setelah melihat pesan tersebut Ana pun bergegas untuk pergi ke kantornya naik ojek online.

***

Rico kini tengah tersenyum lega melihat balasan Ana sudah mulai seperti biasa lagi. Dia merasa bahwa apa yang dia rencanakan akan sukses kali ini.

Tiba-tiba ada pesan masuk untuknya, “Ric, lu sibuk gak hari ini?”

“Gw free ampe sore, kenapa?” balas Rico singkat. 

Beberapa saat kemudian hp nya berbunyi kembali. “Temenin gw nonton dong, temen-temen gw pada bawa gebetannya masa gw sendiri.”

Rico menekan sedikit pelipisnya. Dia berpikir apa yang sebaiknya harus dijawab. “Ok, jam berapa?” 

“Jam 12 ya lu jemput gw, kita makan siang dulu.” ujar temannya.

Akhirnya Rico pun mengiyakan permintaan temannya itu. Dia beranggapan kalau dia masih punya cukup waktu sebelum akhirnya bertemu dengan Ana nanti.

Disela-sela kerjanya Ana menyempatkan diri untuk mengabari Rico, “aku pulang jam 5 ya Ric!”

'kok ceklis satu yah? ' pikir Ana. Namun dia tidak terlalu mempersalahkannya. dia mengira saat itu masih dua jam lagi sebelum jam lima.

Rico melihat jam tangannya. Dia sedikit cemas. "Ini masih lama nontonnya?"

Temannya menepuk bahu Rico. "Lu lagi buru-buru? Makanan kita juga baru masuk perut ini."

Dering telpon berbunyi. Teman wanitanya pun berbicara sebentar. "Yuk berangkat sekarang aja!"

Raut wajah Rico berubah lega. "Nah gitu dong, yuk!"

'Lah kok jadi kaya double date gini. Dia gak bilang dari awal." Pikir Rico. Dia sangar kesal karena temannya tersebut berbohong diawal.

Tapi sekesal-kesalnya Rico terhadap wanita, dia tetap saja selalu bisa memanfaatkan situasi dengan baik.

Ditengah remangnya studio bioskop, tangan Rico kini tengah asik berkeliaran di paha mulus temannya tersebut. Seakan sengaja tidak keberatan dengan aksinya, temannya membukakan kakinya sedikit lebar dan menyingkapkan rok nya keatas.

Seperti mendapatkan lampu hijau, tangan Rico langsung menuju keatas paha wanita tersebut dan memandang dalam matanya. Mereka pun saling berciuman satu sama lain. Mereka merasa bahwa tindakan mereka tidak akan terlihat oleh orang lain, dikarenakan paket sweet box yang mereka beli.

Terdengar erangan kecil dari wanita itu ketika tangan Rico mulai mengelus dari luar celana dalamnya. “Ric, jangan disini.” Dia menahan tangan Rico pelan.

“Jadi kamu mau dimana sayang?” ucap Rico setengah berbisik. 

Teman Rico merangkul manja dirinya. “Kita ke kosan ku aja pulangnya.”

“Aku ada janji dengan Ana nanti sore.” Jawabnya sambil terus berusaha meneruskan kegiatannya. 

“Kalau begitu kita pulang sekarang aja biar keburu,” ajak wanita itu. Kemudian mereka pun turun keluar dari bioskop menuju kosan untuk melanjutkan apa yang belum mera tuntaskan.

***

Waktu sudah memunjukan pukul enam sore, tapi pesan terakhir dari Ana untuk Rico masih ceklis satu. Ana mencoba menelpon Rico tapi tidak diangkat olehnya. ‘Apa dia ketiduran yah?'

Akhirnya Ana mencoba untuk menunggu Rico  lebih lama. Hampir setengah jam Ana menunggu namun Rico masih belum juga merespon pesannya.

Ditelpon lagi Rico namun tetap belum ada jawabanya dari nya. Ana pun memutuskan untuk pulang terlebih dahulu ke rumahnya. Saat Ana hendak keluar kantor tiba-tiba hujan pun turun sangat deras saat itu.

‘Sial banget sih, kenapa gak dari tadi aja ini hujan,’ keluh Ana dalam hatinya. Beberapa kali dia mencari kendaraan online namun tidak ada yang mengambil orderannya.

Sambil menunggu hujan Ana chat di grup sanggar nya, “gimana persiapan kalian sudah sejauh mana?”

Beberapa saat kemudian Fitri menjawab pesan tersebut. "Aku masih bingung sama kostumnya nih kak.”

“Aku lagi latihan makeupnya dulu nih kak,” jawab anggota lainnya.

“Tinggal cari acessoris aja nih kak,” jawab Novan.

Ana tersenyum membaca jawaban dari para juniornya yang sangat semangat. “Mantap semangat ya kalian. Aku belum apa-apa hehe.”

Novan senang melihat Ana lebih aktif di grup tersebut. “Kakak lagi sibuk ya?” 

“Iya nih van. Ini aja aku masih dikantor,” jawab Aba singkat. 

“Lu lembur atau kejebak hujan Na? Malem banget baliknya!” Tanya Izal.

Ana terlihat berpikir sejenak. “Iya nih kejebak ujan mana gak bawa motor.” 

“Gak minta jemput Rico aja Na?” tanya Izal balik.

Ana memijat pelipisnya. Dia menyesali jawabannya tersebut. “Tadinya dia mau jemput cuman gak tau ketiduran paling,” 

“Hati-hati kak Ana udah malem,” jawab Fitri.

Ana tersentuh membaca jawaban dari Fitri. “Iya makasih Fit!”

Kemudian tak lama da pesan masuk pribadi dari Novan yang berisi “kantor kakak dimana, mau aku jemput?”

Ana sebenarnya tidak ingin merepotkan Novan, tapi waktu sudah menunjukan jam setengah delapan malam. “Gak jauh dari mall kemarin Van, lima menit dari situ. Kamu dimana kalau jauh gak usah.”

“Otw kak, tunggu yah!” jawab Novan singkat.

***

Sekitar dua puluh menit Ana menunggu tiba-tiba ada panggilan masuk dari Novan. “Halo, kak Ana aku udah diluar yah. Kakak ada payung gak?”

Ana kaget. Dia tidak mempercayai Novan benar-benar menjemputnya. “Oh iya ada kenapa Van?”

“Ini aku depan kantor kakak, pake mobil putih plat nya B 23** **” jawab Novan dibalik telponnya. 

Ana pun bergegas keluar dan masuk kedalam mobil Novan. “Sorry ya kak lama, tadinya aku mau pake motor cuman inget ini udah malam. Nanti kakak sakit kalau keujanan. ”

Ana yang sedang merapikan bajunya terhenti sejenak, “bukannya aku yang seharusnya minta maaf merepotkanmu.”

“Gapapa aku khawatir kalau kakak pulang sendiri. Sebentar maaf kak.” Novan membantu Ana memasangkan sabuk pengamannya. Tangan mereka sempat bersentuhan membuat Ana sedikit salah tingkah. Melihat hal itu membuat Novan tersenyum tipis.

***

Setelah puas dengan kegiatannya Rico pun terbangun dari tidurnya dan mengecek Hp nya. Dia mendapati banyak miss called dari Ana.

Seketika dia teringat bahwa hari ini harusnya dia pergi dinner dengan Ana. Bergegas segera Rico membereskan barangnya, meninggalkan teman wanitanya yang masih tertidur pulas.

‘Duh bego kenapa gw bisa kelupaan lagi,’ oceh Rico dalam hatinya.

“Na kamu dimana?” tanya Rico dalam pesan.

Kini pesan Rico pada Ana yang ceklis satu. Rico pun lekas pergi kekantor Ana, namun dia tidak menemukan Ana disana bahkan kantor Ana pun sudah gelap.

Akhirnya Rico mengirim pesan pada Ana. “Sorry sayang, tadi mama menyuruhku membantunya. Aku kecapean terus ketiduran. Kabari aku kalau udah sampai Rumah.” Rico pun kembali menaiki motornya untuk pulang ke rumahnya.

Sementara itu Ana yang dari tadi siang sengaja makan sedikit, tanpa sadar perutnya berbunyi. Cukup kencang sampe Novan pun terkekeh mendengarnya. “Kita ke drive thru dulu yah kak.”

Ana hanya mengangguk malu mengelus perutnya terlihat sedang mengutuk dirinya sendiri.

Novan masih berusaha menahan ketawanya. “Kakak mau pesan apa?”

Ana mengangguk. Dia merasa sangat canggung dengan Novan. “Apa aja deh Van, hehe.”

“Kakak bisa gak. Gak bikin aku gemes sehari aja duh?” Dia mencubit pipi Ana pelan, membuat hati Ana semakin tidak karuan.

Dan waktupun kini mulai berjalan lurus ke arahnya, menjerat mereka berdua dalam hal yang tidak pernah terpikirkan sebelumnya.

***

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Kesalahan yang Tak Terhindarkan   Ch 33. Aku yakin, kamu masih milikku

    “Sudah tenang?” Novan segera menyambut Ana yang baru masuk ke dalam mobil.Ana mengangguk pelan, “keluar bentar yuk, biar lebih enak ngobrolnya.”Mereka pun duduk berdua dibawah pohon yang rindang.Ana menarik nafas panjang, “Novan, I love you. Really loving you. Tapi kita harus sadar, kadang tidak semua yang kita inginkan bisa kita dapatkan.” Ana mulai meraih tangan Novan, “maafkan aku terlalu pengecut untuk memilih bersama kamu. Aku pun sadar kita sangat berbeda baik dari keluarga dan lainnya, hal itu akan menyusahkan kamu kedepannya.”Novan menggenggam tangan Ana dengan kuat. “Me too, Ana. Aku dari awal menyerahkan semua pilihan padamu. Maafkan aku telah menempatkan kamu ke dalam situasi yang rumit ini.” Omongan Novan sedikit tertahan, “andai, maksudku aku berharap kamu selalu mendapat yang terbaik.”Dengan cepat Ana menggelengkan kepalanya, “tidak Novan, aku bisa memilih untuk menolakmu dari awal. Tapi aku tetap bersama mu pada akhirnya. Terimakasih telah memberikan ku kepercayaan

  • Kesalahan yang Tak Terhindarkan   Ch 32. Penyesalan

    “Aaaargh gila lu Rico, gue belum mau mati!” Vania memegang seat beltnya erat-erat.Rico tetap tidak memperhatikan sepupunya tersebut. Kini dia hanya ingin melampiaskan emosinya dengan melaju mobilnya secepat mungkin.“Anj*ng Rico! Lu kalau mau mati jangan ajak-ajak gue tolong!” kali ini dia mengerahkan sekuat tenaganya untuk berteriak dan berhasil menyadarkan Rico.‘Kriieeeeet….’ Rico menginjak rem mobilnya mendadak membuat bunyi deritan yang cukup panjang.“Sumpah yah lu gak ada otak!” Vania terus saja berteriak, meluapkan kekesalannya.“Sorry gue gak sadar Van,” dengan gelagapan Rico menjawab.Vania menarik nafas dalam, mencoba mengatur emosinya. “Okee.. Sekarang lu tenang dulu, abis itu baru cerita sama gue yah.”Rico mengangguk lemas, dia sudah sangat kalut dan tenggelam dalam pikirannya. Tak terasa air matanya mengalir.“Gila gue nangis cuman gara diselingkuhi si Ana. Bangsat emang tu cewek!” Rico memukul dasboard depan mobilnya.Vania mengelus punggung Rico pelan. Mencoba menena

  • Kesalahan yang Tak Terhindarkan   Ch 31. Awal kepedihan

    Kembali ke masa SMA di tahun dua ribu lima belas. Rico tengah berjalan santai menuju ruang OSIS untuk menemui Ana sore itu. “Astaga dia bisa tertidur dengan pulas ditempat seperti ini.” Rico bergumam pelan. Dia tersenyum melihat Ana, pacarnya yang merupakan kakak kelas sekaligus ketua Osis disekolahnya. “Teledor banget sampai gak nyadar ada orang yang membuka pintu,” dengan pelan dan hati-hati Rico mendekati Ana. Dia terus menatap Ana penuh kasih. ‘Memang cantik banget cewekku ini!’ batinnya. Kini tangan usilnya tengah memainkan ujung rambut Ana pelan. Membuat kening Ana mulai berkerut dan membuka matanya perlahan. “Aaaaawww..” rintih Rico saat dengan cepat Ana malah memelintir tangannya. “Rico!” Ana lekas melepaskan tangannya begitu menyadari pria yang dihadapannya adalah kekasihnya. “Maaf, habisnya kamu mengagetkan aku sih salah siapa coba!” dengan kesal Ana menggembungkan pipinya. Melihat Ana yang begitu lucu, Rico pun tidak tega untuk memarahi Ana. “Kamu yang budeg sayang, a

  • Kesalahan yang Tak Terhindarkan   Ch 30. Akhir dari semua

    Di lain tempat Nisa tengah sibuk mempersiapkan kepergiannya menemui Rico. Dia bersemangat sekali untuk bertemu dengan lelaki pujaannya itu. ‘Sayang aku kesana yah minggu depan!’ tulis Nisa dalam pesan singkatnya. Namun pesan tersebut ternyata bertanda ceklis satu. “Apa dia lagi sibuk yah?” pikir Nisa dalam hatinya. Namun dia segera menepiskan kecurigaannya tersebut dan lebih memilih untuk fokus terhadap barang yang akan dia bawa nanti. ***”Kak, kita makan disini aja yuk!” Novan mengelus pundak Ana pelan. Ana pun duduk mengikuti permintaan Novan. “Kakak mau pesen apa? Aku yang traktir deh kali ini!” “Terserah kamu aja Van,” jawab Ana lemas. Ana terus tertunduk lesu. Pikirannya sedang kacau saat ini. Kenapa dengan mudahnya dia percaya ucapan lelaki dihadapannya saat ini. “Kak… kak Ana!”, panggilan lembut Novan tidak dapat menyadarkan Ana dari pikirannya. Seketika Novan menangkup kedua pipi Ana, membuat Ana sedikit tersentak dan tersadar dari lamunannya. “Ah Van, maaf aku sedang me

  • Kesalahan yang Tak Terhindarkan   Ch 29. Sepasang mata yang Cemburu

    “Habis ini kita langsung pulang yah Ric, aku udah capek.” Ana berdiri dan membereskan barang bawaannya. Rico memberikan buket bunga yang tertinggal pada Ana. “Iya aku antar kamu pulang langsung, yuk!” “Makasih yah.” Ana langsung pergi begitu menerima buket dari Rico. Saat didalam mobil terjadi keheningan diantara mereka berdua. Tidak ada satupun yang memulai percakapan. Mereka terlarut dalam pikiran masing-masing. “Ana, sebenarnya ada hubungan apa kamu dengan Novan?” Seperti tersambar petir, pertanyaan Rico tersebut membuat Ana tidak bisa berkutik. Matanya melirik ke kanan dan kiri. Terlihat sedang mencari alasan yang terbaik untuk menjawab pertanyaan Rico. “Hmmm.. Aku tidak ada hubungan apapun dengan Novan. Kenapa kamu nanya kayak gitu?” Rico tahu dengan pasti gelagat Ana ketika berbohong. Penyangkalan Ana semakin membuatnya penasaran. Ini pertama kali Ana melakukan hal seperti itu padanya. “Kamu yakin? Aku merasa kalian memiliki sesu

  • Kesalahan yang Tak Terhindarkan   Ch 28. Jalan Keluar?

    “Nia, kamu kenal sama Novan?” tanya Rico. Dia mulai curiga dengan kecanggungan yang terjadi diantara mereka berdua. Rico terus memperhatikan Ana dengan sangat lekat. Dia melihat wajah Ana semakin memucat. Vania segera melepas gandengan tangannya dari Rico. Dia mulai mendekati Novan dan merangkulnya. “Iya kak, ini yang tadi sempet aku ceritain pas mau kesini. Beberapa minggu ini aku lagi deket sama dia. Seneng deh ternyata kalian semua udah saling kenal, jadi aku tidak perlu memperkenalkannya lagi.” Ana hanya bisa memandang mereka dengan tatapan sendu. Dia terus berusaha untuk tersenyum dan menyembunyika perasaan yang sesungguhnya. “Kakak dukung kok Nia hubungan kamu sama Novan. Dia ini anak yang baik pasti bakal jagain kamu dengan baik.” Rico mulai menerka-nerka situasi yang terjadi. Dia langsung memamerkan kemesraan didepan Novan. Rico mulai merangkul pinggang Ana dan mencium pucuk kepalanya sekilas. “Makasih yah, kalian udah datang ke wisuda Ana. Habis ini

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status