Home / Fantasi / Kesatria Di Balik Kegelapan / Sehari setelah eksekusi mati

Share

Sehari setelah eksekusi mati

Author: Molen
last update Last Updated: 2025-01-09 20:22:38

Di ruangan dengan penerangan lilin seadanya. Pemuda dua puluh tahunan hanya bisa tengkurap tidak berdaya. Enam puluh pukulan yang ia terima dari ayahnya membuat dirinya mengalami luka cukup dalam. Dia Tuan muda Ying Wesheng dari kediaman menteri keuangan. Pekerjaan berat yang harus ia lakukan setiap harinya membuat pemuda itu kelelahan secara fisik dan mental. Wajahnya terlihat sangat pucat, kedua matanya perlahan menutup. Hembusan nafasnya hampir tidak tersisa lagi.

Bruuk...

Suara terdengar dari arah pintu masuk. Pelayan laki-laki masuk dengan tongkat kayu di tangannya. "Bangun..." Memukul pelan kaki Tuan muda Ying Wesheng. Tidak ada tanggapan terlihat. Dia mendekat mencoba memeriksa keadaan Tuan mudanya. Meskipun pemuda di depannya adalah Tuan muda tetap saja tidak ada orang yang peduli akan hidup matinya. Ayahnya bahkan tidak ingin berurusan dengan anaknya yang mengalami kelainan sejak lahir. Cacat mental Ying Wesheng membuat semua orang menjadi menjauhinya. Ibunya bahkan menghindarinya karena takut akan suaminya. "Tuan muda gila." Pelayan itu menggunakan tongkat kayu untuk menggoyangkan tubuh di atas tempat tidur.

Tidak ada tanggapan.

Pelayan laki-laki mencoba memeriksa nadi dan hembusan nafas di hidung. "Ah, Tuan muda meninggal. Tuan muda meninggal," teriaknya cukup kuat membuat banyak orang datang.

Tuan besar Ying datang tergesa-gesa melihat keadaan putra keduanya. Dia sendiri tahu jika anaknya ini mengalami kelainan sejak lahir. Tidak bisa berkomunikasi dengan orang lain. Bahkan sering sekali mengatakan hal tidak masuk akal. "Cepat cari peti mati dan gali lubang di hutan kecil belakang kediaman."

Nyonya kedua Ying berlari menghampiri anaknya yang sudah tidak memperlihatkan tanda kehidupan. "Wesheng." Dia memanggil perlahan tapi tetap saja tidak ada tanggapan lagi. Tidak seperti biasanya saat dia mencoba untuk berbicara secara diam-diam tanpa sepengetahuan suaminya. Anaknya akan langsung menjawab, "Iya. Iya. Aku Wesheng." Air mata Nyonya Ying mengalir tanpa henti. Sejak anaknya berusia lima tahun dia harus mencoba menghindar agar suaminya bisa menjaga dan sayang dengan anak keduanya. Yaitu Tuan muda ketiga kediaman. Sedangkan Tuan muda tertua anak dari selir pertama. Selama dua tahun pernikahan dia tidak kunjung mengandung sehingga suaminya mengambil seorang selir. Dan selir pertama melahirkan anak laki-laki. Di tahun keempat pernikahan Nyonya Ying baru bisa hamil. Namun anaknya justru mengalami cacat mental. Kasih sayang suaminya menghilang perlahan. Setelah dia berhasil mengandung dan melahirkan kembali anak keduanya. Suaminya kembali perhatian juga menjaganya dengan lebih baik. Tapi semua kasih sayang harus di ikat bersama terbuangnya anak pertamanya. Rasa penyesalan menekan kuat dadanya.

"Ibu." Putra keduanya mencoba membantu Ibunya. Tuan muda ketiga Ying Feng sudah berusia lima belas tahun. "Ibu." Menguatkan pelukannya.

Para penjaga mulai membopong jasad Tuan muda kedua mereka menuju peti mati yang sudah siap. Saat peti mati akan di tutup.

"Huhh..." Suara tarikan nafas kuat terdengar dari dalam peti mati. Sebuah tangan menghentikan peti mati agar tidak di tutup. Tuan muda Ying bangkit kembali dari kematiannya. Semua orang bahkan tidak mampu berkata-kata lagi.

"Ini? Aaaa... hantu." Penjaga terjatuh ketakutan.

Semua orang bergetar melihat jasad yang hidup lagi.

"Aaaa..." Menguap dan merenggangkan tubuhnya. Ying Wesheng melihat kesekitarnya. Semua orang menatapnya dengan aneh. "Apa eksekusi masih belum di jalankan? Tapi seingatku kepala kapak sudah menghantam kuat leher..." memeriksa lehernya. Tapi kelapanya masih menyatu di tubuhnya. Dia juga terasa seperti hanya tidur sebentar saja. "Kalian siapa?" Menatap binggung kesemua orang.

Nyonya Ying mendekat perlahan. "Wesheng," suaranya serak juga berat.

"Kamu siapa?"

"Anakku." Nyonya Ying berlari memeluk anaknya kembali. "Syukurlah kamu kembali." Tangisannya pecah.

Tuan Ying masih tidak bisa memahami apa yang sebenarnya terjadi. "Kamu?" Tatapan anaknya terlihat sangat jernih dan berbeda dari sebelumnya. "Kamu ingat siapa kami?"

Nyonya Ying melepaskan pelukannya. Dia juga ingin mendengar jawaban dari anaknya.

"Aku? Apa maksudmu? Tentu saja," Ying Wesheng menghentikan kata-katanya.

Sepertinya ada hal janggal.

Ying Wesheng memperhatikan kambali semua orang yang ada di hadapannya. Dia menggelengkan kepalanya. "Kalian siapa? Aku siapa? Kenapa aku bisa ada di sini?"

Jawaban dan pertanyaan dari anak keduanya membuat Tuan Ying sadar anaknya tidak bodoh lagi. Dia seperti orang normal pada umumnya. Sangat aneh. Dia melambaikan tangan, membuat pelayan tua mendekat. "Cari tabib juga seorang peramal."

"Baik." Pelayan tua mengerti. Dia pergi setelah mendapatkan instruksi dari Tuan besarnya.

Ying Wesheng bangkit pelahan. Dia masih tidak bisa memahami apa yang sebenarnya terjadi. Dia juga melihat tubuhnya penuh luka namun luka itu berbeda dari luka bekas penyiksaan di penjara. Namun tatapan matanya cukup tenang. Dia telah hidup dalam konspirasi, konflik, bahkan peperangan tanpa henti. Sikapnya tentu tidak akan sama seperti pemuda pada umumnya. Jiwanya telah terasah sangat baik dalam dunia kegelapan.

"Kakak kedua. Kamu Ying Wesheng putra kedua dari menteri keuangan. Apa kakak lupa? Meski kakak sedikit bodoh," menekan suaranya. "Tapi kakak selalu ingat dari mana kakak berasal," Ying Feng menjelaskan.

"Ying Wesheng?" Nama yang cukup asing di telinga Jenderal perang kegelapan.

"Iya. Ini Ibu kita," Ying Feng mendekat membantu ibunya agar bisa berdiri tegap.

"Ibu." Ying Wesheng memberikan hormat pertama kalinya selama dia hidup. Semua orang semakin tidak bisa berkata-kata. Nyonya Ying bahkan menangis semakin keras.

"Putraku. Pasti dewa mengasihimu sehingga menyembuhkan penyakitmu." Nyonya Ying terus menangis.

Tuan Ying tentu masih tidak bisa percaya. Namun dia juga merasa cukup senang anaknya menjadi sehat. Rasa malu yang terus menekan hatinya tentu bisa ia hilangkan. Semua orang tidak akan lagi menghina keluarganya. "Jika tidak ada hal lain lagi. Bubar." Tuan Ying langsung pergi begitu saja tanpa mengatakan hal lainnya.

Semua pelayan mengikuti perintah Tuan besar mereka.

"Wesheng, kamu bisa tinggal di tempat ibu terlebih dulu. Halaman kediamanmu cukup kumuh dan sudah rusak. Akan lebih baik untuk tinggal bersama aku dan adikmu. Biarkan Ibu menebus semua kesalahan yang telah Ibu lakukan selama ini." Nyonya Ying yang selalu dingin dengan anaknya kini mulai perlahan mencoba mendekatinya. Dia tidak bisa kehilangan anaknya lagi dalam penyesalan.

Ying Wesheng terlihat enggan, "Untuk saat ini lebih baik aku tinggal di sini. Tempat ini cukup nyaman untukku."

Nyonya Ying tidak bisa memaksa keinginan dari putranya. Dia menyetujuinya lalu pergi di ikuti anak keduanya.

Di halaman kumuh juga tidak terawat. Ying Wesheng duduk di bangku dengan penyangga patah satu. Dia mencoba memikirkan semua kemungkinan mengapa jiwanya bisa masuk kedalam tubuh orang lain.

Mungkin dewa benar-benar mengasihani dirinya. Perjuangannya menyejahterakan rakyat selama hidupnya membuatnya jatuh dalam penghianatan. Bahkan nyawanya menghilang dengan nama penghianat negara. Pemuda itu menatap langit malam penuh bintang juga ada bulan. "Dewa kesempatan kedua ini apakah sebuah berkah atau karma?"

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Kesatria Di Balik Kegelapan    Jelas itu bukan dia

    Pelatihan berlangsung selama satu bulan penuh. Selang satu bulan para Opsir baru di lantik sebagai pekerja resmi Biro pemerintahan. Ying Wesheng secara resmi menjadi Opsir tingkat lima di tempatkan di bagian penjagaan. Setiap hari dia hanya mendapatkan pekerjaan kasar tanpa bisa menyentuh kasus resmi. Di pintu masuk penjara Ying Wesheng bersama Mu Guang yang juga telah mendapatkan posisi resmi sebagai Opsir tingkat lima. Di berikan tugas bersama setiap pagi hingga sore selama enam hari kerja.Dari kejauhan kereta berhenti tepat di bawah pohon beringin yang rindang. Di saat kain penutup jendela kereta di buka Tuan muda ketiga Ying Feng tersenyum dari kejauhan menatap kakak keduanya. Dia melambaikan tangan sembari memperlihatkan bekal yang ia bawakan.Ying Wesheng yang masih melalui jam kerja hanya memberikan anggukan ringan kepada adik ketiganya. Di pergantian jam jaga Ying Wesheng menarik temannya Mu Guang untuk ikut bersamanya.Setelah mereka berdua naik kedalam kereta. Kereta berjal

  • Kesatria Di Balik Kegelapan    Pemilihan Opsir baru

    Ketua bagian empat yang akan memilih dari sekian banyaknya pelamar. Semua rekrutmen di arahkan menuju lapangan belakang. Mereka semua di minta berbaris rapi menjadi beberapa barisan. Setiap rekrutmen di panggil untuk menunjukkan kekuatan mereka masing-masing. Baru bisa di masukkan ketempat yang sesuai dengan kemampuan mereka."Wesheng, kau tinggal di mana?""Di dekat sini. Kau sendiri tinggal di mana?""Di Kota Shuang. Aku dengar Biro pemerintahan tengah mencari Opsir tambahan. Jadi aku mencoba keberuntungan melamar di sini," jelas Mu Guang."Aku pun begitu," saut Ying Wesheng.Seorang Opsir datang membawa buku cukup besar di tangannya. "Mulai dari barisan pertama."Satu demi satu rekrutmen di berikan ruang untuk mereka bisa mengeluarkan semua kemampuannya."Apa yang bisa kamu lakukan?" Duduk di atas meja dengan buku dan kuas di tangannya. Opsir pelatih itu masih menatap malas."Hah..." Pemuda dengen tubuh gempal itu memukul dadanya. "Tuan aku bisa mengangkat batu besar di sana." Menu

  • Kesatria Di Balik Kegelapan    Keraguan

    Sekitar jam sepuluh malam, Tuan muda pertama Ying An sudah menempatkan tubuhnya di atas tempat tidur. Dia bahkan dengan santainya menyandarkan tubuhnya pada pembatas tempat tidur. Buku pelajaran ada di tangannya. Ying Wesheng hanya bisa melihat dengan menghela nafas dalam. Tempat tidur yang seharusnya tempat ternyaman kini dirinya harus tersingkirkan. Pemuda itu mengambil alas untuk dia gunakan tidur di lantai. Bantal baru juga ia ambil dari dalam lemari. "Ahhh..." Merebahkan tubuhnya yang sudah cukup lelah karena berlatih di dekat sungai seharian. "Kakak pertama, tempat tidur mu jauh lebih nyaman. Kenapa harus datang ke tempat ku yang lusuh ini?" Pemuda di atas tempat tidur tersenyum. Kedua pandangan matanya masih tertuju pada buku di tangan. "Apa begitu? Aku rasa tidak. Wesheng, kamu benar-benar adik ku?" Melirik kearah pemuda yang tengah merebahkan tubuhnya di lantai. Seringai tipis terlihat di wajah Ying Wesheng. Dia memejamkan kedua matanya, "Kakak, jika aku bukan Ying Wes

  • Kesatria Di Balik Kegelapan    Rencana selanjutnya

    "Ibu." Ying Wesheng menyapa Ibunya yang baru saja datang berlari mendekat. Tuan musa ketiga Ying Feng merangkul lengan Ibunya. "Ibu, kakak mengajakku ketempat yang luar biasa. Tapi aku tidak bisa mengatakannya." Pemuda itu memperlihatkan kerangka kecil yang ada di tangannya. "Ibu lihat ini. Kerangka ini sangat kecil. Kakak membelikannya untukku." Nyonya Ying terlihat senang saat melihat anak putra keduanya yang selalu murung kini menjadi sangat bersemangat. "Wesheng, Ibu sudah menyiapkan makanan untuk kalian berdua. Sebelum kamu kembali ke kamar. Bagaimana jika makan di tempat ibu terlebih dulu?" "Baik," ujar Ying Wesheng tidak dapat menolak ajakan Ibunya. Nyonya Ying sudah sangat baik dan perhatian kepada putranya tentu dirinya tidak bisa menolaknya. Tuan muda ketiga Ying Feng melihat kearah kakaknya dengan binggung. Namun setelah dia melihat isyarat dari kakak keduanya untuk tetepa diam dan mengikuti ibunya. Dia menurutinya. Mereka bertiga di ikuti para pelayan menuju

  • Kesatria Di Balik Kegelapan    Barang pelelangan

    Pria muda di atas podium mengeluarkan kotak kecil dari saku bajunya. Saat dia membukanya ada cincin kristal berwarna hitam jernih. "Aku akan menawarkan cincin dengan kekuatan yang luar biasa. Bisa meningkatkan kultivasi para kultivator yang masih berada di tahap menengah. Dengan adanya cincin ini kalian tidak akan merasa kesulitan meningkatkan kekuatan. Harga di buka mulai dari empat keping emas murni." "Delapan keping emas murni." "Sembilan keping emas murni." "Sebelas keping emas murni." Semua orang saling berebut untuk mendapatkan cincin yang di katakan memiliki keistimewaan untuk para kultivator. "Kakak apa benar cincin itu bisa meningkatkan kekuatan?" Tuan muda ketiga Ying Feng berbisik pelan. Ying Wesheng mendekatkan bibirnya kearah telinga adik ketiganya. "Tidak bisa." "Mereka menipu?" ujar pemuda itu menatap kesal. "Tidak sepenuhnya menipu. Kekuatan di dalam cincin mungkin berbeda dari yang di bicarakan. Hanya mampu mengasah batin menjadi lebih tajam dari

  • Kesatria Di Balik Kegelapan    Pasar gelap

    "Kakak, lihat." Tuan muda ketiga Ying Feng menarik lengan Kakak keduanya dengan antusias. Dia terus berjalan cepat dan sesekali menerobos kerumunan hanya untuk segera melihat keadaan di depan. Begitu banyak penjual berbagai macam barang antik, barang berharga, atau barang yang sulit di temukan orang awam. Pemuda itu berhenti tepat di depan salah satu penjual berbagai macam kerangka hewan. Dari hewan berbisa, bertaring, berkuku tajam, atau bahkan hewan dengan kerangka yang kecil dan sangat besar. Panjang kerangka bisa sampai lima meter. "Ini hewan apa?" Penjual mendekat. "Tuan muda, ini kerangka hewan laut yang sangat langka. Ikan dengan rahang bergerigi ini memiliki keunikan pada setiap giginya. Gigi yang runcing dan tajam ini dapat di gunakan untuk membuat senjata tajam." Penjual menjelaskan lebih mendetail. "Ini!" Tuan muda ketiga menunjuk kearah kerangka kecil. "Untuk yang ini, kerangka hewan kecil dari dasar laut. Hewan dengan manfaat penyembuhan pada bagian tulang belaka

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status