Bagian 38
Dentingan memekakkan telinga saat ujung tombak Asytaria menghantam sesuatu. Gulzar Heer refleks menghunus pedang saat melihat wujud makhluk yang menerjang Asytaria. Seekor beruang berbulu biru dengan kuku sepanjang sebilah pedang tengah menggeram nyaring.
Asytaria malah tersenyum senang.
“Hmm ... buruan yang bagus,” gumamnya.
Beruang itu menggeram lagi, lalu menerjang Asytaria dengan ganas. Gadis itu tentu tidak tinggal diam. Dia langsung melompat ke batang pohon. Gerakannya begitu gesit, hingga dalam waktu singkat sudah bertengger di dahan yang cukup tinggi.
Gulzar Heer menyarungkan lagi pedangnya. Selain karena sadar tak akan bisa membantu, dia juga bisa memperkirakan kemampuan Asytaria. Gadis itu cukup seimbang untuk berhadapan dengan si beruang.
“Pertarungan ini pasti akan menarik,” gumam Gulzar Heer sembari melompat ke salah satu pohon. Dia memutuskan untuk menjadi penonton saja.
"Ada apa, Bu?Asytaria melongok ke luar jendela. Sementara Varya masih mengamati batangan rumput di telapak tangannya. Dia tergagap saat ditepuk bahunya."Asy, apa yang kau lakukan? Kau membuat Ibu kaget!"Asytaria menyengir lebar."Maaf, Bu. Ibu kenapa melamun? Itu apa, Bu?" cecarnya sambil menunjuk Rumput Hylantra.Varya terlebih dulu masuk kembali melalui jendela. Lalu, dia mulai menjelaskan tentang batangan rumput di tangannya. Asytaria mengangguk-angguk sambil mengelus dagu."Hmm ... kalau rumput ini langka, siapa yang kurang kerjaan membuangnya di bawah jendela kita, Bu?"Sagha tergelak mendengar ucapan putrinya."Bukan membuang, Asy, tetapi memberikannya untuk kita.""Memberikan?" tanya Asytaria dan Varya kompak."Iya, memberikan.""Tapi, Sagha rumput ini sangat langka dan mahal jika dijual. Siapa yang begitu baik memberikannya secara cuma-cuma?" protes Varya.
Gulzar Heer melirik waspada. Terlebih, ketika gadis dari bangsa siluman mendekat ke arah Asytaria dan Ayzard. Wajahnya yang tadi terlihat bengis, berubah menjadi semanis madu."Kak Ayzard!" panggilnya dengan suara sedikit manja.Asytaria menghentikan aksi menggelitiknya. Dia melepaskan Ayzard. Perhatiannya kini beralih kepada gadis siluman berwajah manis itu.Ayzard terlihat sedikit kecewa. Dia diam-diam mendengkus, juga mendecakkan lidah. Keberadaan gadis dari ras yang sama dengannya itu tampaknya agak menganggu."Siapa gadis yang manis ini, Ayzard? Apa dia kenalanmu?"Suara riang Asytaria membuyarkan lamunan Ayzard. Sementara gadis siluman beruang tampak menunduk. Lesung pipi mendekik dalam di pipinya saat tersenyum malu-malu."Ck! Gadis ini pandai bersandiwara. Kuharap dia tidak membawa hal buruk," komentar Gulzar Heer yang masih menonton di dahan pohon terdekat.Sebagai kesatria berpengalaman, matanya hampir tak pernah
Bagian 41Suara berisik membuat Gulzar Heer membuka mata, tetapi dengan cepat menutupnya lagi. Dia seketika mendengkus. Wajah cantiknya memerah seperti tomat."Ck! Baru kekasih saja, kalian sudah melewati batas. Aku yang sudah bertunangan dengan Fay malah tidak bisa berciuman dengannya karena dia sangat pemalu," gerutu Gulzar Heer.Bagaimana dia tidak kesal? Baru berpindah tempat sudah harus menyaksikan adegan tak biasa. Gulzar Heer dihadapkan pada kemesraan Ayzard dan Asytaria yang tengah memadu kasih. Akhirnya, dia terus menutup mata dan berusaha menulikan telinga dalam waktu yang cukup lama."Aku mencintaimu, Ayzard," bisik Asytaria."Aku juga," balas Ayzard.Gulzar Heer perlahan membuka mata. Firasatnya mengatakan dua orang itu telah selesai dengan aktivitas mereka sebelumnya. Benar saja, Asytaria dan Ayzard hanya berpelukan di bawah selimut tebal.“Kapan aku bisa menikahimu, Asy?” gumam Ay
Bagian 42Ayzard terus berlari menembus hutan. Darah dari kakinya membentuk jejak-jejak mengerikan di tanah. Gulzar Heer mengikuti dengan malas. Sikapnya yang selalu tegas dalam menghadapi masalah, membuat kesalahpahaman beruntun sepasang kekasih itu terasa sangat konyol.Gulzar Heer memang sempat tidak peka dengan perasaan Pangeran Fayruza. Namun, ketika hubungan mereka terjalin, dia tak pernah membiarkan pertengkaran berlarut-larut. Setelah mendinginkan kepala beberapa saat, dia akan mengajak Pangeran Fayruza berbicara baik-baik untuk menyelesaikannya sampai tuntas. Sama halnya, jika ada hal tak disuka dari sang pangeran, dia akan langsung mengungkapkannya dengan jujur.“Asy! Tunggu!” Teriakan Ayzard membuyarkan lamunan Gulzar Heer.Punggung Asytaria sudah terlihat. Ayzard menambah kecepatan larinya. Tak lama kemudian, dia berhasil merengkuh tubuh sang kekasih ke dalam pelukan. Asytaria tersentak, lalu meronta.&ldquo
Gulzar Heer sudah berpindah tempat lagi. Dia kembali berada di pondok milik Ayzard dan harus menyaksikan kemesraan dua sejoli itu lagi. Ya, Asytaria memang tengah menyandarkan kepalanya di dada bidang sang kekasih sembari menghela napas berat berkali-kali.“Apa yang membuat kekasihku semurung ini?” bisik Ayzard lembut. Tangannya tak henti mengusap rambut Asytaria.“Ibu masih tak terima jika aku ikut pemberontakan, Ayzard,” keluh Asytaria sebelum menceritakan masalahnya.Seminggu sudah berlalu sejak dia mengutarakan rencana pemberontakan. Namun, Varya masih marah besar. Ibu angkatnya itu terus bungkam dan memasang raut wajah dingin sepanjang hari. Sagha juga tidak jauh berbeda. Meskipun tidak melakukan penolakan langsung, sang ayah angkat sering kali memintanya untuk mempertimbangkan kembali rencana pemberontakan.Ayzard menyentil hidung Asytaria.“Kau tahu aku pun sebenarnya tidak setuju, tapi ya, menghalangi niat seor
Gulzar Heer menghela napas berat. Tak ingin terbawa suasana, dia melesat masuk ke istana, sangat mudah karena bisa menembus dinding dan mampu bergerak dengan kecepatan tinggi bagaikan terbang. Tubuhnya bahkan langsung menuju lokasi Asytaria tanpa susah-susah mencari, seolah-olah sudah diatur seperti itu.Ternyata, Asytaria berada di sebuah kamar dengan aroma menyengat nan memabukkan. Gulzar Heer refleks menutup hidung dan menahan napas. Dia mengenal aroma kamar itu, tanaman khas yang dibakar dalam bentuk dupa, mengandung afr*disiaka, sehingga dapat meningkatkan h*srat dan menyebabkan seseorang hilang kendali atas diri.“Ck! Untuk apa menahan napas. Aku, kan, tidak akan terpengaruh dengan apa pun yang ada di sini,” gerutu Gulzar Heer setelah menyadari kekonyolannya. Wanita-wanita yang dikirim untuk raja tidak semuanya pergi dengan sukarela. Gulzar Heer sempat melihat beberapa dari mereka menangis saat memasuki gerbang istana. Mungkin oleh karena itul
Darah merembes, lalu menetes di lantai marmer, meninggalkan bercak-bercak merah berbau amis. Asytaria terbelalak. Gulzar Heer pun tak kalah kaget."Ketua!" seru Asytaria.Ya, saat genting tadi, Ketua Kelompok Mawar tiba-tiba datang dan melompat ke tengah pertarungan. Dia menghadang pedang pengawal putra mahkota, hendak menangkis, tetapi sudah terlambat. Akhirnya, perutnya menjadi korban."Ketua, kenapa ...."Si ketua terkekeh."Seorang ayah akan selalu melindungi anak-anaknya," ucapnya sambil mengacungkan jempol dan menyengir lebar.Putra mahkota mendecakkan lidah, lalu tertawa sinis. "Bodoh sekali!" ejeknya. "Matilah kalian bersama!" Dia mengangkat tangan, hendak memberikan isyarat penyerangan."Tidak semudah itu, Putra Mahkota."Ketua Kelompok Mawar menyeringai. Sebelum para pengawal sempat menyerbu, dia mencabut belati di paha dan melem
Bagian 46Seperti dugaan Gulzar Heer, pertarungan tak terelekkan. Satu embusan angin membawa api melesat cepat ke arah Asytaria. Gadis itu refleks melompat tinggi dan melakukan gerakan salto di udara. Dia pun berhasil menghindar meski nyaris terkena serangan. Api menghantam kaktus yang langsung terbakar habis.Untunglah, Asytaria memiliki orang tua angkat pengendali api dan angin. Dulu, mereka sering latihan bersama, sehingga dia sudah terbiasa menghadapi serangan-seranagn serupa. Namun, Asytaria tampaknya juga menyadari tingkat kemampuan dua pendendali di hadapannya jauh lebih tinggi daripada Varya dan Sagha.“Kakak, awas di bawah!” seru Kian.Terlambat! Pasir yang diinjak Asytaria telah bergerak cepat membelenggu kaki dengn kuat. Di saat bersamaan, api terembus lagi ke arahnya. Beruntung, Kian dan pengendali air dari Kelompok Mawar bertindak cepat. Kian memotong batang kaktus dengan cepat, sementara si pengedali