Darah merembes, lalu menetes di lantai marmer, meninggalkan bercak-bercak merah berbau amis. Asytaria terbelalak. Gulzar Heer pun tak kalah kaget.
"Ketua!" seru Asytaria.
Ya, saat genting tadi, Ketua Kelompok Mawar tiba-tiba datang dan melompat ke tengah pertarungan. Dia menghadang pedang pengawal putra mahkota, hendak menangkis, tetapi sudah terlambat. Akhirnya, perutnya menjadi korban.
"Ketua, kenapa ...."
Si ketua terkekeh.
"Seorang ayah akan selalu melindungi anak-anaknya," ucapnya sambil mengacungkan jempol dan menyengir lebar.
Putra mahkota mendecakkan lidah, lalu tertawa sinis. "Bodoh sekali!" ejeknya. "Matilah kalian bersama!" Dia mengangkat tangan, hendak memberikan isyarat penyerangan.
"Tidak semudah itu, Putra Mahkota."
Ketua Kelompok Mawar menyeringai. Sebelum para pengawal sempat menyerbu, dia mencabut belati di paha dan melem
Bagian 46Seperti dugaan Gulzar Heer, pertarungan tak terelekkan. Satu embusan angin membawa api melesat cepat ke arah Asytaria. Gadis itu refleks melompat tinggi dan melakukan gerakan salto di udara. Dia pun berhasil menghindar meski nyaris terkena serangan. Api menghantam kaktus yang langsung terbakar habis.Untunglah, Asytaria memiliki orang tua angkat pengendali api dan angin. Dulu, mereka sering latihan bersama, sehingga dia sudah terbiasa menghadapi serangan-seranagn serupa. Namun, Asytaria tampaknya juga menyadari tingkat kemampuan dua pendendali di hadapannya jauh lebih tinggi daripada Varya dan Sagha.“Kakak, awas di bawah!” seru Kian.Terlambat! Pasir yang diinjak Asytaria telah bergerak cepat membelenggu kaki dengn kuat. Di saat bersamaan, api terembus lagi ke arahnya. Beruntung, Kian dan pengendali air dari Kelompok Mawar bertindak cepat. Kian memotong batang kaktus dengan cepat, sementara si pengedali
Gulzar Heer terus mengekori Leah, menembus hutan, hingga akhirnya, mereka tiba di pondok Ayzard. Pemuda itu tampak tersenyum riang sambil memberi makan rusa kesayangannya. Dia juga menyanyikan lagu cinta yang indah dengan pipi bersemu.“Kak Ayzard, Kak Ayzard!” panggil Leah dengan manja.Ayzard menoleh.“Ada apa, Leah?”sahutnya malas.Namun, Leah memang bebal dan pantang menyerah. Dia menggayut di lengan Ayzard dan menggumam manja, “Aku melihat Asy di kota, Kak. Dia melihat-lihat festival. Sepertinya, pemberontakannya berhasil. Apa Kakak tidak ingin bertemu dengannya? Apa Kakak tidak merindukannya?”Ayzard melepas paksa pelukan Leah.“Tentu saja, aku sangat rindu. Kami berjanji akan bertemu besok.”“Bukankah besok terasa lama. Kenapa Kak Ayzard tidak datang tiba-tiba untuk memberinya kejutan? Dia pasti akan senang.”Ayzard menggeleng. Dia
Gulzar Heer mengembuskan napas lega. Dia berpikir paling tidak, iblis kegelapan itu tidak bisa menguasai Ayzard, sehingga tidak ada bencana mengerikan seperti kejadian Ghumaysa. Kesalahpahaman sepasang kekasih ini bisa diselesaikan dengan membicarakannya baik-baik.Sementara itu, Ayzard memejamkan mata. Semilir angin mempermainkan rambut panjang hitam legamnya yang halus dan berkilau. Dia mengecup kalung dalam genggaman, membuat Gukzar Heer semakin tenang. Namun, harapan tinggal harapan.“Lamban sekali, biar aku yang meraihmu.”Suara meremangkan bulu kuduk terdengar dari kabut hitam. Perlahan, kabut itu menjalar di tanah. Tak lama hingga, Ayzard yang masih terpejam diselemuti kegelapan. Dia tersentak dan berusaha meronta, tetapi berakhir dengan kesia-siaan.“Sial, apa ini? Hei, lepaskan aku!”“Jangan marah, Ayzard. Aku hanya membantumu dan kau tidak akan menyesal bergabung denganku. Wanit
Gulzar Heer mendengkus. Entah kenapa dia malah lebih geram dengan sikap Asytaria dibandingkan iblis kegelapan sendiri. Gulzar Heer sangat mencintai Pangeran Fayruza, juga rela mengorbankan nyawa. Namun, jika kekasihnya membahayakan dunia, dia tak akan segan menghabisi lelaki itu dengan tangan sendiri.Gulzar Heer menghela napas berat melihat Asytaria yang semakin lemas. Darah dari luka tipis di leher gadis itu mulai menetes ke tanah. Namun, Asytaria masih menatap Ayzard dengan sorot mata penuh harap dan memancarkan kerinduan mendalam.“Ayzard ... aku percaya kamu ... akh ... ugh ...,” ucapnya susah payah.Ayzard menyeringai. Kuku runcing mencuat dari jemarinya. Jika tidak segera tersadar, Asytaria sudah dipastikan akan bernasib seperti Leah. Gulzar Heer memalingkan muka saat Ayzard menghunus cakar ke arah Asytaria.Trang!Gulzar Heer tersentak. Bunyi besi berdenting jelas bukan suara jantung yang tertusuk. Dia mengalihkan
Asytaria terduduk. Keempat pengendali elemen menghentikan ritual pembangkitan kekuatan pedang suci. Mereka serempak menghampiri Asytaria yang tampak sangat lemas. Dia terbatuk beberapa kali, hingga darah menyembur dari mulut, juga mengalir dari lubang hidung. “Yang Mulia!” Si pengendali air berseru. “Anda baik-baik saja?” Pengendali angin mengenggam jemari Asytria. “Jelas-jelas Yang Mulia terluka! Tidak perlu ditanya lagi,” omel pengendali api. Keduanya pun saling melotot. Hampir saja mereka saling menyerang. Untunglah, si pengendali tanah yang selalu tenang segera menengahi. Sementara itu, Pengendali air segera melakukan penyembuhan. Namun, mana-nya terpental, sama sekali tidak dapat menembus kulit Asytaria. Dia menggunakan kekuatan penglihatan tajam agar bisa melihat aliran darah dan mana dalam tubuh, hanya beberapa saat dan langsung terperanjat. “Ratu ... apakah Anda sudah tidak suci lagi hmm
Setelah tarikan yang kuat, Gulzar Heer merasakan tubuhnya mengambang, lalu terempas ke tempat empuk. Aroma manis tak asing menyapa indra penciuman. Dia membuka mata perlahan. Wajah tampan dengan sorot mata lembut keibuan itu tertangkap pandangan."Fay ...," lirih Gulzar Heer.Tangannya terangkat hendak menggapai wajah sang kekasih. Kerinduan terasa menyesakkan dada. Meskipun dia tahu distorsi waktu biasanya hanya terjadi sebentar di dunia asli, tetapi Gulzar Heer sudah merasa seperti menjalani bertahun-tahun lamanya di masa lalu."Gulzar! Gulzar!"Suara Pangeran Fayruza terdengar bergetar. Dia memeluk Gulzar Heer dengan erat. Air mata menuruni pipinya perlahan."Akhirnya, kamu sadar ...," bisiknya lembut.Gulzar Heer melepaskan pelukan Pangeran Fayruza. Dia menyeka air mata di pipi kekasihnya dengan ibu jari penuh bekas luka."Fay, jangan menangis ... aku baik-b
Bagian 52Gulzar Heer, Putri Arezha, dan Kayvan serempak menoleh ke arah Pangeran Fayruza. Ketiganya begitu kompak, sehingga terasa sedikit lucu. Pangeran Fayruza menjadi terkekeh. Tak ayal, pipinya langsung dicubit Putri Arezha dengan keras."Aduh, Kakak! Sakit, Kak!""Siapa suruh bercanda di saat-saat penting!" ketus Putri Arezha."Aku tidak bercanda, Kak! Aku benar-benar punya rencana," sungut Pangeran Fayruza.Gulzar Heer memegangi dada. Jantungnya berdebar kencang. Pangeran Fayruza saat merengut tampak sangat imut di matanya. Melihat Gulzar Heer yang tersipu, kemarahan Putri Arezha mereda. Dia tersenyum jail."Fayruza, jangan terlalu imut, kau membuat Gulzar terpesona," godanya.Gulzar Heer seketika terbatuk. Wajahnya yang sedari tadi merona semakin memerah. Pangeran Fayruza salah tingkah, tetapi dia segera tersadar dan memelototi sang kakak."Lihatlah sekarang Kakak yang bercanda!""Karena kalian b
Pangeran Heydar melangkah memasuki aula istana. Tubuh tegapnya tampak semakin memukau dengan pedang hitam terselip di pinggang. Hampir semua mata terpesona. Putri Kheva yang telah lama jatuh hati semakin terjerat asmara.Ya, pedang hitam itu adalah pedang terkutuk milik Ayzard yang telah berhasil dilepas segelnya. Selain memiliki kekuatan luar biasa, juga bisa mempengaruhi pemikiran orang-orang di sekitar, terkecuali ada perlindungan kesatria suci. Oleh karena itulah, Farzam dan Delaram malah merasakan firasat buruk. Sewaktu kecil, jari Gulzar Heer sering terluka, mereka pernah mengisap darahnya agar berhenti."Farzam, kurasa ada yang aneh dengan Pangeran Heydar," bisik Delaram."Sebenarnya, aku juga merasakannya. Pedang itu bukan yang biasa digunakan Pangeran Heydar," sahut Farzam."Aku jadi khawatir, Farzam.""Tetap siaga, Delaram."Sementara suami istri itu saling berbisik, Pangeran Heydar terus melangkah hingga sampai ke hadapan Raja Far