Share

Halo Sayang

Pria yang berada di luar segera masuk ke dalam mobil dan duduk di bangku kemudi. 

"Tuan, saya sudah pesankan buket yang Anda minta. Dan saya sudah memberikan tips. Sekarang, kita mau kemana, Tuan?" tanya sang pria yang saat ini masih menunggu intruksi dari sang majikan yang tidak lain adalah Darren Stockholm. 

Pria yang memesan buket bunga tersebut adalah Darren Stockholm, pria yang Anne temui saat di hotel. Namun, baik Darren maupun Anne tidak mengetahuinya. Dikarenakan, Komo yang memesan buket bunga tersebut. 

"Kita ke kantor saja, tanyakan gedung yang akan kita gunakan untuk acara nanti, saya tidak mau acaranya sampai gagal dan ingat harus mewah, kamu mengerti?" tanya Darren. 

"Semuanya sudah sesuai yang Anda inginkan, dan tidak ada yang kurang. Nanti pihak EO akan kasih tahu kepada kita jika sudah selesai," jelas Komo yang memberitahukan jika gedung yang Darren pesan sudah sesuai dengan yang Darren inginkan. 

"Bagus, sekarang ke kantor." Darren memerintahkan Komo untuk ke kantor. 

Komo menganggukkan kepala, mobil melaju menuju perusahan Darren. Perusahaan properti Stockholm yang ada di Jakarta Pusat. Darren, mengirimkan pesan ke supir pribadi yang biasa mengantar kesayangannya. Darren, menanyakan apakah kesayangannya sudah di jemput atau tidak. 

"Sudah dijemput?" tanya Darren dalam pesan singkat pada supir. 

"Sudah, Tuan Darren," balas sang supir dengan singkat. 

Membaca balasan pesan dari supir, Darren lega, karena kesayangannya sudah dijemput. Darren, kembali membuka pekerjaannya dari tablet android. Akhir-akhir ini, Darren sangat sibuk karena kerja samanya dengan perusahaan luar, hingga Darren tidak punya waktu untuk kesayangannya. 

****

Anne begitu serius mengerjakan rangkaian bunga pesanan pria Yunani tersebut, tidak terasa waktu cepat berlalu, dan akhirnya bunga tersebut sudah selesai tepat waktu. Anne melihat jam dinding, pukul 4 sore pas sekali, dia selesaikan semuanya. 

"Anne, sudah selesai belum? Jika sudah, ayo kita antar ke alamatnya. Nanti, kita di komplain oleh mereka. Ayo cepat!" ajak Marlin pada Anne yang masih merapikan bunga yang akan dia bawa. 

Anne sangat senang, bunga yang dia rangkai sangat cantik dan mewah, tidak lupa dia membawa bunga mawar beberapa tangkai di saku depan. Kebiasaan Anne yang selalu membawa beberapa mawar jika ingin berpergian mengantarkan pesanan, tujuannya untuk memberikan kebahagiaan ke orang-orang di sekitarnya. 

"Sudah, ayo kita pergi. Kita naik apa ini?" tanya Anne. 

Marlin mendekati Anne, Marlin takjub saat melihat buket bunga yang sangat indah. Tidak sia-sia, dirinya merekrut Anne. Anne, menatap ke arah Marlin yang saat ini bukannya menjawab pertanyaannya dan membantunya untuk mengangkat buket bunga, Marlin malah mematung menatap buket bunga yang dia rangkai. 

"Ikan Marlin, mau berapa lama kamu memandang itu bunga, yang ada kita kena denda karena tidak bisa mengantar buket ini tepat waktu," ujar Anne yang mengambil tas dan menyandangkan ke bahunya. 

"Eh, maaf, Anne. Habisnya buketnya bagus banget, ayo kita pergi dari sini. Kita naik mobil operasional saja. Sekarang, bantu aku untuk bawa buket bunga yang super besar ini, ayo cepat bantu aku." 

Anne yang mendengar perkataan Marlin membolakan matanya. Keduanya membawa buket bunga bersama. Perlahan bunga dibawa oleh keduanya ke mobil. Setelah aman, keduanya tertawa. 

"Haha, kita emang super women ya. Sekarang ayo kita pergi, nanti telat!" ajak Marlin yang berjalan ke arah pintu kemudi. 

Anne ikut berjalan ke arah pintu penumpang, setelah keduanya naik sedangkan Marlin di kursi kemudi. Mobil membelah jalan menuju rumah sang pemesan buket tersebut. Satu jam perjalanan, akhirnya mereka sampai di perumahan mewah, kawasan Andara. 

"Ini rumah Sultan atau rumah Raja ya? Lihatlah, mewah sekali bukan? Aku rasanya seperti kacang hijau, kecil banget di bandingkan dengan rumah ini," kata Marlin yang takjub melihat rumah yang ada di perumahan elite tersebut. 

"Iya benar sekali, kamu seperti kacang hijau. Ya sudah sekarang ayo kita lapor ke satpam, kita katakan jika kita mau ke rumah pria Yunani itu," sahut Anne yang meminta Marlin untuk meminta izin pada satpam perumahan. 

Mobil mendekati portal dan berhenti tepat di depan satpam. Marlin dan Anne tersenyum mengembang ke arah Pak Satpam. 

"Permisi, Pak. Kami mau ke rumah ini, untuk mengantarkan buket bunga itu, apa bisa kami ke sana?" tanya Marlin sambil menyodorkan alamat yang tertulis di nota dari toko bunganya yang ada nama dan alamat sang pemesan. 

"Oh iya, silahkan. Sebentar ya saya buka portalnya," jawab Pak Satpam yang langsung membuka portal dan mempersilahkan mobil Marlin masuk. 

Mobil Marlin masuk tidak lupa Marlin mengklakson mobil ke arah Pak Satpam. Mobil melaju menuju rumah pria tersebut. 

"Ini rumahnya dan ini cocok dengan nomor rumahnya. Kita sudah sampai, ayo kita turun!" ajak Marlin saat sampai di tempat pria tersebut. 

Anne turun dari mobil dan segera membuka tali yang mengikat buket bunga. Setelah terbuka, baru lah Anne dan Marlin membawa buket bunga bersama-sama sampai di pagar rumah. 

"Permisi, Pak Satpam. Maaf kami mau mengantarkan pesanan buket bunga, bisa kami bertemu dengan pemilik rumah ini?" tanya Anne yang menyerahkan nota pembelian ke arah Satpam. 

"Oh, ya mari masuk. Bisa saya bantu bawa, ini pasti berat. Mbak-mbak bisa masuk ke dalam, silahkan."

Pak Satpam mengambil buket bunga dan mempersilahkan Anne dan Marlin masuk ke dalam rumah untuk bertemu dengan pemilik rumah. 

Anne melihat sekitar rumah, luas dan sangat indah. Tapi, saat Anne melihat ke arah taman ada anak kecil memandang ke arah Anne. Anne tersenyum dan melambaikan ke arah anak kecil tersebut. 

"Duh, lucunya. Lihat itu, wajahnya imut tapi sayang dia murung. Kenapa dengan anak kecil itu ya? Hmm, aku samperin lah," gumam Anne yang melangkahkan kakinya.

 

"Mar, aku ke sana dulu kamu masuk saja. Nanti jika sudah kelar kamu ke sini," kata Anne yang meminta kepada Marlin untuk masuk sendirian dan dia menunggu di luar. 

"Ok, tunggu aku di sana ya," sahut Marlin yang berjalan mengikuti Pak Satpam menuju rumah sang empunya. 

Sampai di dekat anak kecil imut tersebut, Anne jongkok di depan anak kecil itu. Anak kecil itu memandang ke arah Anne. Tiba-tiba, anak kecil tersebut menangis. 

Anne yang melihatnya anak kecil tersebut menangis merasa terenyuh. Anne heran, kenapa anak kecil ini tiba-tiba menangis, apa dia anak manusia atau bukan, pikir Anne. 

"Halo, Sayang," sapa Anne dengan lembut dan perlahan mengangkat tangannya dan mengusap air matanya. 

"Uuuu, Mama, jangan pergi. Mama, Danda rindu sama Mama," ucap anak kecil itu yang mengatakan Anne adalah Mamanya. 

Sontak saja, Anne terkejut dengan apa yang anak kecil itu katakan. Danda memeluk Anne dengan erat. Anne yang dipeluk pun ikut memeluk Danda. Perlahan, Anne mengusap punggung Danda dengan lembut dan mencoba menenangkan Danda. 

"Cup  ... Cup  ... Sudah ya, jangan nangis. Anak cantik jangan nangis," ucap Anne yang mencoba menenangkan Danda yang perlahan menghentikan tangisannya. 

Pelukkan keduanya lepas perlahan, senyum cerah diperlihatkan Danda di depan Anne. Anne benar-benar, tidak menyangka bisa bertemu gadis kecil yang imut dan cantik ini. 

"Maaf, Mbak. Danda merepotkan Mbak ya?" tanya seseorang dari belakang yang membuat keduanya saling memandang satu sama lain. 

Anne yang mendengar suara wanita dari arah belakang segera berbalik dan melihat siapa yang datang dan menanyakan apakah Danda si gadis kecil ini merepotkan dirinya atau tidak. 

"Tidak, Danda tidak merepotkan. Maaf, Mbaknya siapa ya?" tanya Anne ke wanita cantik tersebut karena saat ini Danda memeluknya dengan erat seolah Danda takut dengan wanita di depannya ini.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status