Darren melanjutkan kembali langkah kakinya menuju tempat pertemuan. Anne yang baru tiba di depan pintu darurat, membuka pintu dengan tangan gemetar. Terlihat raut wajah Anne yang gembira karena sudah berhasil turun.
"Akhh, selamat juga aku. Kamu kuat Anne, wanita tangguh akan selalu menang. Tapi, kenapa aku tidak turun di lantai sebelumnya dan naik lift terus turun di sini? Aishhh, kenapa denganmu Anne? Sudahlah yang penting selamat dari si Tuan Tanah itu," gerutu Anne yang mengusap keringat dan berjalan pelan menuju parkiran untuk mengambil sepedanya dan bergegas pergi dari tempat tersebut.
Sesampainya di toko bunga milik sahabatnya, Anne berjalan gontai saat memasuki toko bunga tersebut, suara lonceng di pintu berbunyi, Marlin yang duduk di meja melirik kedatangan Anne yang wajahnya terlihat kusut.
"Di luar hujan petir, ya?" tanya Marlin yang mencoba membuka suara saat Anne duduk di kursi berhadapan dengannya.
"Badai salju, puas kamu, ikan Marlin. Kenapa sih hidup aku itu sial banget? Kamu tahu tidak, Mar. Tadi saat mengantar buket bunga di hotel yang biasa, bisa-bisanya aku salah masuk kamar. Beruntung tuh Tuan Tanah tidak menangkap aku, jika dia berhasil tangkap aku, tamat riwayatku," jawab Anne berapi-api.
Ya, Anne Putri Diana, seorang yatim piatu yang tinggal 500 meter dari toko bunga tempat dia bekerja. Rumah yang sangat sederhana yang adalah peninggalan kedua orang tuanya. Beruntung, rumah tersebut masih layak untuk dia tempati dan itu sudah lebih dari cukup dari pada Anne harus hidup menggelandang di jalanan.
Marlin yang mendengar Anne salah kamar berteriak kencang. "Apa? Salah masuk kamar? Tuan Tanah? Bagaimana bisa kamu salah masuk kamar dan Tuan Tanah itu siapa. Apa kamu berhutang kepadanya?" tanya Marlin dengan suara tinggi.
Anne menatap datar ke arah Marlin. Dia mengangkat tangannya dan menjentik kening Marlin hingga Marlin meringis kesakitan dan mengusap keningnya.
"Hahhh, emang susah jika berbicara dengan ikan Marlin, makanya jangan ke laut saja. Sudahlah, intinya tadi salah masuk kamar. Tapi syukurlah, semua bisa teratasi. Aku mau rangkai bunga dulu, sudah ya. Ada pesanan tidak? Jika tidak aku akan merangkai bunga di belakang, dan jangan memanggilku," ujar Anne berpesan seraya meninggalkan sahabatnya yang masih terpaku mendengar apa yang Anne katakan.
"Dia salah masuk kamar dan bertemu Tuan Tanah? Yang jelas memang berat hidupmu, Anne." Marlin hanya menatap ke arah Anne yang duduk sambil merangkai bunga.
Tidak berapa lama, seorang pemuda tampan masuk ke toko bunga milik Marlin, suara lonceng terdengar membuat Marlin yang duduk di bangku kasir memandang ke arah pria tersebut.
"Nikmat mana lagi yang engkau dustai. Coba lihat, pangeran berkuda putih menghampiriku, mimpi apa aku semalam," oceh Marlin yang mengerjapkan matanya saat melihat pria tampan nan rupawan di depannya.
Pria yang masuk ke dalam toko bunga Marlin, mengeryitkan keningnya, dia heran melihat Marlin yang menatapnya tanpa berkedip. Pria tersebut berdehem ke arah Marlin, agar sadar dari khayalannya.
"Ehmm, permisi Nona, saya mau pesan buket bunga mawar putih yang besar. Dan tolong antarkan ke alamat ini, ingat yang paling besar. Berapa harganya?" tanya pria tersebut yang seketika membuyarkan lamunan Marlin.
"Eh, 10 juta yang ukuran paling besar dan dia setinggi wanita itu." Marlin menunjuk ke arah Anne yang saat ini tengah berdiri dan melompat untuk mengambil sesuatu dari atas rak.
"Ck, dasar pendek. Sudah tahu pendek kenapa tidak memakai tangga saja," gumam pria tersebut yang kembali melihat Marlin.
Pria tersebut segera mengeluarkan uang cash dari tasnya dan memberikan segepok uang berwarna merah dan tidak lupa tips untuk Marlin dan Anne.
"Ini uangnya, dan ini tips kalian berdua. Katakan pada temanmu itu, jika pendek gunakan tangga. Jadi jangan lompat yang ada bukannya dapat barangnya, tapi malah dia yang kelelahan," ujarnya sambil berlalu pergi.Marlin melongo mendengar apa yang dikatakan oleh pria tersebut. Marlin melihat ke arah Anne yang masih melompat dan mengomel karena dia tidak dapat meraih bunga yang ada di rak paling atas.
"Anne, bisakah kamu pakai tangga, melompat seperti itu membuatmu kelihatan seperti anak kecil yang menginginkan permen. Ambil tanggamu sekarang!" teriak Marlin yang membuat Anne berdecih dan menghentikan lompatannya."Dasar bos sombong, awas saja kalau patah hati curhat kepadaku. Aku akan minta tips lebih ingat itu," omel Anne yang segera menarik tangga.
Marlin bangun dari tempat duduknya, dan mendekati Anne yang berada di atas tangga dan menyambut bunga yang di ambil oleh Anne."Anne, kita mendapatkan pesan, bunga seharga 10 juta, bunga itu harus sebesar dirimu. Jadi, mulailah membuatnya. Nanti kita antar ke tempat tujuan dengan menggunakan mobil operasional dan satu lagi, ini tips buat kamu dari pria tampan asal Yunani," ucap Marlin sambil menyerahkan uang tips pada Anne.
Anne yang menerima uang tips tersebut tersenyum senang karena menerima pesanan buket bunga yang cukup besar. Sebulan ini, pesanan buket hanya yang kecil, baru kali ini mendapatkan pesanan yang besar. Anne segera turun perlahan, saat di bawah Anne memandang Marlin dengan senyum mengembang.
"Wah, baik sekali tuh pria Yunani, kamu tahu dari mana pria itu dari Yunani? Apa dia mengatakan kepadamu, ikan Marlin?" tanya Anne yang penasaran dengan apa yang Marlin katakan.
"Aku tebak saja, dia tampan sekali jadi aku katakan saja dia tampan seperti orang Yunani lebih tepatnya Dewa Yunani seperti di novel romantis," jawab Marlin yang membuat Anne membolakan matanya.
"Ya elah, kebanyakan halu kamu, itu hanya di novel romantis pada kenyataannya mana ada. Yang ada pria tampan, itu juga relatif dan kalau terlalu tampan akan buat kita sakit hati, terlebih lagi kalau dia kaya raya semakin cuma bikin sakit. Sadar diri saja, ikan Marlin. Kita ini remahan keripik ubi, jadi jangan terlalu berharap dengan kisah di novel romantis," jawab Anne yang menepuk pundak Marlin.
"Siapa bilang kita tidak boleh berharap, siapa tahu Tuhan mengabulkan doa kita ini. Kalau kamu tidak percaya, coba lihat itu di depan, pria itu sepertinya masih di depan. Tuh orangnya yang pakai jas hitam dan yang sedang menelpon itu. Aku yakin kamu pasti kelepek-klepek," ucap Marlin menunjuk ke arah pria tadi yang saat ini masih berdiri sambil menelpon seseorang.
Anne yang penasaran berjalan ke arah jendela, Anne melihat dari kejauhan, hanya punggung yang tegap dan rambut cepak yang dia lihat. Anne penasaran, siapa pria yang dikatakan oleh Marlin.
"Biar aku lihat dulu ya, siapa dia. Siapa tahu aku kenal," jawab Anne yang segera melangkah kaki tepat di pintu kaca.
Anne belum melihat wajah pria itu, apakah benar yang dikatakan oleh Marlin jika pria itu seperti Dewa Yunani. Karena tidak bisa melihatnya, Anne berbalik ke arah Marlin dan menggelengkan kepala ke arahnya.
"Tidak kelihatan hanya punggungnya saja yang kelihatan, sudah lah," jawabnya yang kembali ke tempat semula.
Sedangkan, pria yang di dalam mobil menoleh ke arah toko bunga, dia melihat wanita yang berdiri membelakangi pintu kaca. Pria tersebut memicingkan matanya, dia merasa pernah melihat wanita itu, tapi siapa dan dimana pikirnya.
"Siapa dia?" tanya pria tersebut yang penasaran dengan wanita yang di dalam toko bunga Marlin.
Raya tidak menjawabnya, dia membuang wajahnya. Mustafa pasrah, dia akhirnya pergi dari ruangan tersebut. Tidak akan memaksa wanita jika tidak mau menikah dengan dirinya. Lebih baik dirinya pergi dan menjauh. Sejak kejadian tersebut Mustafa tidak lagi bertemu dengan Raya. Dia bekerja di tempat penjual bunga milik Marlin. Toko bunga yang dia kelola sangat ramai karena wajah rupawan Mustafa membuat toko bunganya ramai di datangi oleh pelanggan terutama pelanggan wanita. Anne dinyatakan hamil, Danda dn Darren juga Nyonya Dini ikut bahagia, begitu juga dengan Komo juga mendapat kabar jika Marlin hamil. Bulan berganti bulan, baik Darren dan Komo sudah mendapatkan buah hati mereka. Tepat satu tahun, anak kedua Darren berjenis kelamin laki-laki di beri nama Dafa Putra Stockholm berulang tahun."Mama, adik tidak mau pakai pakaiannya!" teriak Danda mengatakan jika adiknya Dafa tidak mau memakai pakaiannya.Darren dan Anne yang mendengar teriakkan Danda menggelengkan kepala. "Lihat anakmu itu,
Darren menggelengkan kepala dia tidak tahu apa yang terjadi. Baginya anak dan istrinya sudah selamat itu yang terpenting. Tidak berapa lama mobil polisi tiba. "Itu mobil polisi, ayo kita keluar dan lihat apakah dia selamat atau tidak." Darren mengajak Anne dan anaknya turun. Komo yang sudah menghubungi Surya bisa bernapas lega, Surya sudah sampai di lokasi dan sudah membawa ambulan untuk mengevakuasi kecelakaan. "Aku harap Darren dan keluarga kecilnya selamat." Komo memarkirkan mobil sedikit jauh dari lokasi kecelakaan. Jalanan yang tadinya sepi mulai ramai. Warga sekitar mendengar terjadinya kecelakaan berbondong-bondong ke lokasi kejadian. Garis polisi terpasang. Komo berlari mencari Darren dan saat melewati kerumunan warga akhirnya Komo bisa bertemu dengan Darren serta anak dan istrinya. "Syukur lah, elu bisa selamat. Gue pikir elu yang kenapa-napa. Apa yang terjadi sebenarnya, kenapa elu bisa diserang oleh si rubah itu. Dan kenapa si rubah itu yang kecelakaan?" tanya Komo pe
Mustafa, pria tersebut sudah berubah menjadi pria pada umumnya. Dia tidak lagi berbicara seperti biasanya. Dia jatuh cinta dengan Raya pada pandang pertama. Tentu saja itu membuat Mustafa senang karena gaya bicaranya yang semula seperti pria gemulai sekarang dia menjadi pria sejati. "Aku yakin dia pasti bertemu dengan Dinda, si rubah itu. Aku tidak mau Raya terpengaruh lagi. Aku harus selamatkan Raya," ucap Mustafa yang segera mengikuti Raya. Raya yang tahu di mana sekolah Danda segera ke sana. Raya melajukan mobil dengan kecepatan tinggi, dia ingin segera bertemu dengan Dinda dan tentunya dia ingin membantu Dinda karena sedari awal dia membantu Dinda. "Sayang, bawa mobilnya pelan saja, jangan ngebut. Lagi pula masuk sekolah juga masih lama, tapi tumben ya tidak macet," ucap Anne meminta ke Darren untuk tidak terburu-buru. "Ini standar saja, Sayang. Tidak ngebut juga. Kamu tenang saja. Jalan masih lenggang karena besok hari libur, jadi banyak yang malas kerja," jawab Darren. "Ck
Paman Boni segera menjawab panggilan telpon yang masuk. Panggilan tersebut dari anak buahnya yang mengikuti Dinda. "Hmm, ada apa?" tanya Paman Boni. "Dia baru membunuh satu orang lain. Kami tidak tahu dia siapa dan mayatnya dibuang di jurang," jawab anak buah paman Boni mengatakan jika Dinda membunuh orang. Paman Boni mendengar apa yang dikatakan oleh anak buahnya terkejut. "Apa? B~bunuh orang? Apa tidak salah?" tanya Paman Boni yang tidak percaya dengan apa yang dikatakan oleh anak buahnya. "Iya, kami tidak salah sama sekali. Kami ada di sana saat dia membuangnya. Kami juga ada rekaman saat dia membuang mayat itu. Segera kami kirim, Tuan," jawab anak buah Paman Boni. Paman Boni tidak pernah menyangka jika Dinda lagi-lagi membunuh orang. Entah yang ada di pikiran wanita itu. Dia benar-benar sudah kehilangan akal sehatnya. "Baiklah, sekarang kalian awasi dia. Jangan sampai ketahuan. Nanti saya hubungi lagi," ucap Paman Boni mengakhiri panggilan dengan anak buahnya. Darren dan Ko
"Ini tidak salah? Benar ini suara dia dan dia mengatakan hal itu?" tanya Darren lagi memastikan apa yang terjadi dengan suara rekaman tersebut. "Benar, itu suara dia. Gue juga dengar sendiri dia mengatakan itu. Jadi, apa rencana lu?" tanya Mona. "Sebentar dulu, suara elu kenapa berat gitu. Apa ketelan balok lu saat di dekat Raya? Atau suara lu baru di cor?" tanya Komo yang sedikit curiga kenapa suara sahabat istrinya berubah seperti itu. "Bener bos, suaranya berubah. Apa tadi ke sini elu. . Makan biji kedongdong ya, makanya nyangkut di tenggorokan elu. Bos, ini tidak bisa dibiarkan, dia harus di operasi. Kalau tidak suaranya tidak pulih," ucap Paijo meminta ke Komo membawa Mustafa atau Mona untuk operasi suara. Mona menghela nafas, dia tidak mengerti kenapa keduanya mempermasalahkan suarnya yang seperti itu. Mona menatap ke arah Darren yang masih terus mengulang suara dari Dinda terlihat juga wajahnya mengetat saat suara Dinda yang meminta menghabisi kesayangannya itu. "Jadi, apa
Raya akhirnya mengikuti apa yang Mustafa katakan. Dia menjawab panggilan dari seseorang yang tidak lain adalah Dinda. Raya mengaktifkan speaker dan berjalan menuju Mustafa. Raya duduk di sebelah Mustafa. Dia melihat ke arah Mustafa dengan wajah ketakutan. Mustafa memberikan kode kepada Raya untuk tidak khawatir dan takut kepadanya. Raya pun memberanikan diri untuk menjawabnya. "H~halo, ada apa?" tanya Raya dengan suara terbata-bata. "Wah, kamu senang sekali aku tidak menghubungi kamu. Apa selama ini kamu tidak tahu aku menunggu hasil kerjamu. Jangan katakan kalau kamu sedang bersama pria dan bermain di ranjang. Ck, dasar perempuan murahan!" hina Dinda yang membuat Mustafa mengetatkan rahangnya mendengar perkataan dari Dinda. Raya yang tidak terima di hina segera angkat bicara. "Aku perempuan murahan. Kamu yang murahan, aku tidak pernah sedikitpun mengejar suami orang. Dan aku juga tidak mengakui jika suami orang itu suamiku, tidak sepertimu. Sudah selingkuh tapi masih mengakui suam