"Perkenalkan saya calon Ibunya Danda, Raya Maharani. Danda, sini sama Mama, kamu tidak boleh seperti itu. Apalagi dengan orang yang tidak dikenal," ucap Raya yang memperkenalkan dirinya sebagai Ibu dari Danda dan meminta Danda untuk mendekatinya.
Danda yang mendengar perkataan dari Raya, menatap nanar ke arah Anne, Danda makin mempererat pelukkannya. Danda, sepertinya tidak mau jika Raya membawanya pergi. Melihat Danda tidak ingin bersamanya membuat Raya kesal setengah mati padahal tangannya sudah terulur ke arah Danda.
"Nggak Ayah, nggak anak sama saja, menyusahkan sekali. Jika bukan karena harta aku tidak sudi untuk dekat dengan anak sialan ini," ucap Raya dalam hati yang menarik paksa tangan Danda agar lepas dari pelukkan Anne.
Anne yang melihat tangan wanita tersebut menarik paksa merasa kesal, Anne bisa melihat jika Danda kesakitan akibat tarikkan Raya. Anne mencoba melepaskan tangan Raya dari tangan Danda yang terlihat kesakitan.
"Mbak, jangan memaksanya, nanti tangannya sakit. Apa Mbak tidak merasa kasihan dengan Danda, seharusnya sebagai ibu walaupun hanya ibu pengganti, Mbak harus bersikap lembut bukan seperti ini!" tukas Anne yang berusaha menepis tangan Raya dan akhirnya tangan Raya lepas dari tangan Danda.
Raya yang tidak terima tangannya ditepis oleh Anne, mengepalkan tangannya. Dia tidak suka ada wanita yang mencoba mendekati Danda, karena bisa mengacaukan rencananya.
"Hei, perempuan tidak tahu diri, kamu siapa? Berani-beraninya menyentuh tangan saya, kembalikan Danda, cepat kembalikan! Jangan sampai saya panggil Satpam untuk mengusir kamu dari rumah ini, ini rumah calon suami saya. Kamu mengerti?!" tanya Raya dengan bentakan karena sudah mulai emosi merasa Danda dekat dengan Anne.
Marlin, yang menunggu di depan pintu dan mendengar keributan di taman terkejut. Marlin, berjalan menghampiri sumber suara, dia takut jika Anne mendapatkan masalah.
Dan, benar saja terlihat Anne sedang adu mulut dengan seorang wanita, dengan cepat Marlin berlari dan menghampiri Anne. Sang empunya rumah, mendengar kegaduhan dari luar dan melihat Satpam mengantarkan bunga masuk ke dalam rumahnya, menyerngitkan keningnya.
"Sekar saking sinten? Dan, wonten punapa teng jawi, punapa ribut mawon?" tanya Nyonya rumah kepada Satpam bunga siapa itu dan ada keributan apa diluar.
"Mboten sumerep, Nyonya besar. Sekar di antar sareng Mbak pelayan toko, saking Tuan Darren," ucap Pak Satpam yang mengatakan tidak tahu apa yang terjadi di luar dan mengatakan jika bunga ini pesanan dari Darren.
"Sampun teng riku, sareng sekar di simpen teng riku mawon. Wonten ribut teng griyane kula. Tunggu, wonten cucuku danda? Wonten punapa cucuku?" tanya Nyonya besar yang khawatir dengan Danda yang dia dengar saat ini Danda menangis cukup kencang.
Nyonya besar yang bernama Nyonya Dinda segera mengikuti Satpam yang lebih dulu pergi melihat ada keributan apa. Raya yang awalnya ingin bertemu Darren, tanpa sengaja melihat calon anak tirinya memeluk wanita lain yang lebih cantik. Rasa iri dihatinya membuat Raya menghampiri keduanya.
Raya takut, jika Danda tidak menyetujui hubungannya dengan Darren. Karena, Darren sangat menyayangi anaknya, jika Danda suka maka Darren juga suka. Danda, adalah kesayangan Darren adalah seorang duda yang ditinggalkan oleh istrinya demi pria lain.
Darren, yang dulunya kaya raya harus bangkrut karena seluruh hartanya dijual demi membayar hutang judi online istrinya. Setelah hartanya habis dijual, sang istri menceraikannya dan memilih pria kaya. Di saat Danda masih bayi dan butuh kasih sayang ibunya, Darren menerima kenyataan jika sang istri malah meninggalkannya dan Danda.
Walaupun begitu, Darren bangkit kembali dan sampai saat ini Darren menjadi pria sukses, tapi Darren trauma untuk menjalin hubungan dengan wanita lain. Raya, wanita yang dijodohkan oleh Nyonya Dinda. Ibu Raya teman arisan Nyonya Dinda, sehingga Nyonya Dinda tidak masalah jika anaknya menikah dengan Raya.
"Aduh, ada apa ini, kenapa kalian berkelahi? Mbak Raya, ada apa? Kenapa Non Danda menangis, kalau sampai Tuan tahu bisa bahaya ini, sudah bubar kalian," usir Pak Satpam kepada Raya, Anne dan juga Marlin.
Pak Satpam, menarik tangan Danda, dia tidak mau jika Tuannya sampai murka karena anaknya menangis, karena selama ini Danda tidak pernah menangis. Tapi kali ini, Danda menangis. Nyonya Dinda yang datang terkejut melihat cucu kesayangannya menangis dan memeluk wanita lain. Nyonya Dinda merasa heran, selama ini Danda tidak dekat dengan wanita dewasa terlebih-lebih dengan Raya tapi saat ini dia malah dekat dengan wanita asing.
"Danda, kenapa kamu, Sayang? Apa yang terjadi dengan cucuku, kalian apakan cucuku? Sini, Danda dengan Uti," ajak Nyonya Dinda yang mendekati Danda yang saat ini menangis dan terlihat tangan Danda merah akibat tarikkan Raya tadi. Danda tidak mau mendekati Nyonya Dinda, Danda lebih memilih tetap bersama dengan Anne, Danda tidak ingin melepaskan Anne sama sekali.
"Uuu, Danda mau sama Mama. Danda tidak mau dengan Tante Raya, Uti." Jawaban jujur dari Danda membuat Raya sontak terkejut.
Raya tidak bisa terima dengan apa yang Danda katakan, Raya mencoba tenang karena dia tidak mau emosi di depan calon mertuanya. Marlin yang melihat Raya menunjukkan raut wajah kesal menyindir Raya.
"Makanya, jadi orang itu jangan galak dan memperlihatkan sisi negatif, anak kecil jelas nggak mau lah. Tunjukkan sisi malaikat bukan sisi mak lampir," ujar Marlin yang menyindir Raya sambil melirik ke arah Raya yang memandang Marlin dengan tatapan tajam.
"Maaf, Nyonya, sudah membuat keributan. Danda tadi menangis sendirian di taman. Jadi, saya samperin dan Mbak ini datang dan memaksa Danda ikut dengan dia. Karena Danda tidak mau ikut dia menangis," jawab Anne yang menjelaskan kenapa Danda menangis.
"Tapi, kenapa tangan cucu saya seperti itu, kamu apakan cucuku?" tanya Nyonya Dinda yang mempertanyakan kenapa tangan Danda merah.
Anne dan Marlin terkejut melihat tangan Danda merah, keduanya yakin jika tarikan tangan Raya membuat tangan Danda merah. Anne mengangkat tangan Danda dan ada luka."Sakit, Mama. Tangan Danda sakit, uuu!" tangis Danda yang mengadukan ke Anne jika tangannya sakit.
"Diobati ya, sini sama Uti," bujuk Nyonya Dinda yang mendekati cucunya untuk diobati karena jika anaknya datang tentu saja akan ada omelan dan sudah dipastikan semua orang akan diamuk oleh anaknya.
"Ndak mau, Uti. Danda, mau sama Mama saja," jawab Danda yang memeluk Anne dengan erat dan tidak melepaskannya.
Nyonya Dinda pun pasrah, cucunya yang pendiam dan tidak pernah dekat dengan orang lain selain Darren dan dirinya sekarang malah tidak mau lepas dari Anne. Nyonya Dinda melirik tajam ke arah Raya, dia yakin ini pasti ulah Raya yang menyakiti Danda.
"Kamu keterlaluan, Raya. Kamu lukai cucu saya, jika Danda tidak mau, ya sudah jangan kamu sakiti. Lihat ini, sekarang kamu pulang sebelum Darren mengetahui apa yang terjadi cepat pulang sana!" usir Nyonya Dinda.
"Tapi, Tante .... Raya tidak tahu, Raya baru datang dan Raya takut Danda diculik dengan wanita miskin ini, makanya Raya ingin mengajak Danda masuk. Tapi wanita miskin ini malah menarik Danda hingga terluka. Danda, sayang sini, Nak. Mama obati, nanti kita beli es krim." Raya terus berusaha membujuk Danda untuk mencari muka pada Ibu Darren.
"Ada apa ini? Kenapa ribut sekali?" tanya seseorang yang sudah berdiri di belakang mereka.
Raya tidak menjawabnya, dia membuang wajahnya. Mustafa pasrah, dia akhirnya pergi dari ruangan tersebut. Tidak akan memaksa wanita jika tidak mau menikah dengan dirinya. Lebih baik dirinya pergi dan menjauh. Sejak kejadian tersebut Mustafa tidak lagi bertemu dengan Raya. Dia bekerja di tempat penjual bunga milik Marlin. Toko bunga yang dia kelola sangat ramai karena wajah rupawan Mustafa membuat toko bunganya ramai di datangi oleh pelanggan terutama pelanggan wanita. Anne dinyatakan hamil, Danda dn Darren juga Nyonya Dini ikut bahagia, begitu juga dengan Komo juga mendapat kabar jika Marlin hamil. Bulan berganti bulan, baik Darren dan Komo sudah mendapatkan buah hati mereka. Tepat satu tahun, anak kedua Darren berjenis kelamin laki-laki di beri nama Dafa Putra Stockholm berulang tahun."Mama, adik tidak mau pakai pakaiannya!" teriak Danda mengatakan jika adiknya Dafa tidak mau memakai pakaiannya.Darren dan Anne yang mendengar teriakkan Danda menggelengkan kepala. "Lihat anakmu itu,
Darren menggelengkan kepala dia tidak tahu apa yang terjadi. Baginya anak dan istrinya sudah selamat itu yang terpenting. Tidak berapa lama mobil polisi tiba. "Itu mobil polisi, ayo kita keluar dan lihat apakah dia selamat atau tidak." Darren mengajak Anne dan anaknya turun. Komo yang sudah menghubungi Surya bisa bernapas lega, Surya sudah sampai di lokasi dan sudah membawa ambulan untuk mengevakuasi kecelakaan. "Aku harap Darren dan keluarga kecilnya selamat." Komo memarkirkan mobil sedikit jauh dari lokasi kecelakaan. Jalanan yang tadinya sepi mulai ramai. Warga sekitar mendengar terjadinya kecelakaan berbondong-bondong ke lokasi kejadian. Garis polisi terpasang. Komo berlari mencari Darren dan saat melewati kerumunan warga akhirnya Komo bisa bertemu dengan Darren serta anak dan istrinya. "Syukur lah, elu bisa selamat. Gue pikir elu yang kenapa-napa. Apa yang terjadi sebenarnya, kenapa elu bisa diserang oleh si rubah itu. Dan kenapa si rubah itu yang kecelakaan?" tanya Komo pe
Mustafa, pria tersebut sudah berubah menjadi pria pada umumnya. Dia tidak lagi berbicara seperti biasanya. Dia jatuh cinta dengan Raya pada pandang pertama. Tentu saja itu membuat Mustafa senang karena gaya bicaranya yang semula seperti pria gemulai sekarang dia menjadi pria sejati. "Aku yakin dia pasti bertemu dengan Dinda, si rubah itu. Aku tidak mau Raya terpengaruh lagi. Aku harus selamatkan Raya," ucap Mustafa yang segera mengikuti Raya. Raya yang tahu di mana sekolah Danda segera ke sana. Raya melajukan mobil dengan kecepatan tinggi, dia ingin segera bertemu dengan Dinda dan tentunya dia ingin membantu Dinda karena sedari awal dia membantu Dinda. "Sayang, bawa mobilnya pelan saja, jangan ngebut. Lagi pula masuk sekolah juga masih lama, tapi tumben ya tidak macet," ucap Anne meminta ke Darren untuk tidak terburu-buru. "Ini standar saja, Sayang. Tidak ngebut juga. Kamu tenang saja. Jalan masih lenggang karena besok hari libur, jadi banyak yang malas kerja," jawab Darren. "Ck
Paman Boni segera menjawab panggilan telpon yang masuk. Panggilan tersebut dari anak buahnya yang mengikuti Dinda. "Hmm, ada apa?" tanya Paman Boni. "Dia baru membunuh satu orang lain. Kami tidak tahu dia siapa dan mayatnya dibuang di jurang," jawab anak buah paman Boni mengatakan jika Dinda membunuh orang. Paman Boni mendengar apa yang dikatakan oleh anak buahnya terkejut. "Apa? B~bunuh orang? Apa tidak salah?" tanya Paman Boni yang tidak percaya dengan apa yang dikatakan oleh anak buahnya. "Iya, kami tidak salah sama sekali. Kami ada di sana saat dia membuangnya. Kami juga ada rekaman saat dia membuang mayat itu. Segera kami kirim, Tuan," jawab anak buah Paman Boni. Paman Boni tidak pernah menyangka jika Dinda lagi-lagi membunuh orang. Entah yang ada di pikiran wanita itu. Dia benar-benar sudah kehilangan akal sehatnya. "Baiklah, sekarang kalian awasi dia. Jangan sampai ketahuan. Nanti saya hubungi lagi," ucap Paman Boni mengakhiri panggilan dengan anak buahnya. Darren dan Ko
"Ini tidak salah? Benar ini suara dia dan dia mengatakan hal itu?" tanya Darren lagi memastikan apa yang terjadi dengan suara rekaman tersebut. "Benar, itu suara dia. Gue juga dengar sendiri dia mengatakan itu. Jadi, apa rencana lu?" tanya Mona. "Sebentar dulu, suara elu kenapa berat gitu. Apa ketelan balok lu saat di dekat Raya? Atau suara lu baru di cor?" tanya Komo yang sedikit curiga kenapa suara sahabat istrinya berubah seperti itu. "Bener bos, suaranya berubah. Apa tadi ke sini elu. . Makan biji kedongdong ya, makanya nyangkut di tenggorokan elu. Bos, ini tidak bisa dibiarkan, dia harus di operasi. Kalau tidak suaranya tidak pulih," ucap Paijo meminta ke Komo membawa Mustafa atau Mona untuk operasi suara. Mona menghela nafas, dia tidak mengerti kenapa keduanya mempermasalahkan suarnya yang seperti itu. Mona menatap ke arah Darren yang masih terus mengulang suara dari Dinda terlihat juga wajahnya mengetat saat suara Dinda yang meminta menghabisi kesayangannya itu. "Jadi, apa
Raya akhirnya mengikuti apa yang Mustafa katakan. Dia menjawab panggilan dari seseorang yang tidak lain adalah Dinda. Raya mengaktifkan speaker dan berjalan menuju Mustafa. Raya duduk di sebelah Mustafa. Dia melihat ke arah Mustafa dengan wajah ketakutan. Mustafa memberikan kode kepada Raya untuk tidak khawatir dan takut kepadanya. Raya pun memberanikan diri untuk menjawabnya. "H~halo, ada apa?" tanya Raya dengan suara terbata-bata. "Wah, kamu senang sekali aku tidak menghubungi kamu. Apa selama ini kamu tidak tahu aku menunggu hasil kerjamu. Jangan katakan kalau kamu sedang bersama pria dan bermain di ranjang. Ck, dasar perempuan murahan!" hina Dinda yang membuat Mustafa mengetatkan rahangnya mendengar perkataan dari Dinda. Raya yang tidak terima di hina segera angkat bicara. "Aku perempuan murahan. Kamu yang murahan, aku tidak pernah sedikitpun mengejar suami orang. Dan aku juga tidak mengakui jika suami orang itu suamiku, tidak sepertimu. Sudah selingkuh tapi masih mengakui suam