Aku harus masuk kedalam permasalah orang lain, apa ini hal yang baik nantinya?Itulah kira-kira yang Lea pikirkan saat duduk di teras rumahnya dengan secangkir teh hangat dan pisang goreng yang ia beli tadi saat pulang kerja.Ia sama sekali belum membaca amplop yang Ken berikan. Jujur ia takut jika harus ikut campur seperti ini."Apa aku harus bantu pak Ken?"Lea menghela nafas, angin berhembus dengan teratur membuat udara semakin sejuk. Matahari sudah turun dan digantikan langit gelap saat ini.Ragu.Lea masuk kedalam kamarnya, melirik pada amplop coklat yang ada disana bergantian dengan lemari yang senantiasa berdiri kokoh disudut kamarnya.Baru saja ia ingin membuka amplop itu, ponselnya berdering ada panggilan masuk. "Keluar gue tunggu!" seru Ken dari seberang sana.Lea mengintip dari jendela, benar ada Ken disana. "Ngapain pak Ken kesini?"Sebaiknya Lea segera keluar daripada ia kena omel nanti. "L
Pagi hari Kana sudah dihadapkan dengan wajah Ken yang datar, "Ngapain? Ini masih pagi, please lah gue masih ngantuk," Kana merengek, bahkan ia mendorong tubuh Ken."Bentar napa sih Na.""Ya makanya bilang lu kenapa pagi-pagi dateng ke kamar gue diem aja lagi.""Kalo gue tanya ke Lo, Lo bakal jawab jujur atau enggak?""Tergantung," Ken mengangkat tangannya seperti akan memukul Kana."Tanya apa?"Saat akan membuka mulutnya kembali, ponsel Ken berdering ada panggilan masuk dari Rendra. "Kenapa Ndra?""Oke gue kesana sekarang." Ken menutup telfonnya, berdiri keluar dari kamar Kana tanpa mengeluarkan sepatah kata apapun."Aneh tuh orang."Tak butuh waktu lama bagi Ken, ia melesat meninggalkan rumah. Pergi dengan mobil yang akan membawanya ke lokasi proyek terbaru yang sedang ia kerjakan.Sepertinya ada keadaan darurat disana. Padahal ini masih pagi tapi beberapa pegawai sudah hadir di sana mungkin j
Tepat saat itu ponsel Ken bergetar, sebuah pesan masuk dari Niko.'Sorry baru ngabarin, karyawan gue ke kantor Lo buat ngurus masalah pagi ini. Baik-baik ya sama dia.' Tulis Niko disana dengan dibubuhi emoticon senyum."Saya Sheina pak, dari Adhitama Company," ujar wanita itu sembari mengulurkan tangannya yang disambut ragu oleh Ken.Ia bisa merasakan hangat dari sentuhan tangan itu, bisa disimpulkan jika ini bukan mimpi. Ini nyata. "Silahkan duduk."Jujur perhatian Ken tak bisa lepas dari Sheina, bisa dibilang dia sangat mirip dengan Sheila. Mereka kembar?"Pak Ken?" panggil Sheina. "Ya? Ah maaf." Ken terlihat gugup sekarang. Debaran di dadanya sungguh menganggu. Ia harus bersikap profesional.Setelah tenang Ken mulai menjelaskan kronologi hingga penyelesaian yang ia lakukan hari ini tanpa ada yang dia tutupi. "Baik pak Ken, terimakasih atas waktunya. Maaf merepotkan.""Justru saya yang minta maaf karena karya
Arsendra Wilson dia salah satu chef muda yang namanya sedang naik daun berkat masakan yang ia ciptakan mampu menarik banyak orang dari berbagai kalangan.Ia salah satu teman dekat Ken, tujuan laki-laki itu datang jauh-jauh dari Swiss karena ia merindukan keluarganya yang sekarang menetap di Bali dan juga Ken pastinya.Makanya dia ada ditepi kolam bersama dengan Ken dan Rendra saat ini. Bahkan Kana ikut bergabung."Ini kalo ditambah dua biang kerok bakal jadi apa coba?" gumam Kana sembari membayangkan teman-teman kakaknya yang lain."Lo juga termasuk Na," jawab Arsen malas."Lo balik ke Swiss lagi kapan?" tanya Ken."Masih belum tau, sebenernya disana sendiri itu juga nggak enak Ken. Nyokap bokap gue disini, gue disana sendirian. Kalo pas ada kerjaan sih nggak kesepian tapi kalo pas jadwal kosong kayak orang ilang gue," ucap Arsen yang mendapat cekikikan pelan dari Kana.Arsen menghiraukan Kana, jika ia meladeni Kana tak akan ada habisnya nanti."Ya udahlah pindah aja ke Indo, gampang k
"Aku suka sama kamu Arsen, aku cinta sama kamu. Kamu mau kan hidup berdua sama aku?"Arsen terdiam setelah mendengar pengakuan cinta dari Sheila. "Arsen?""Ya? Aku juga suka sama kamu, aku cinta sama kamu dan aku juga mau hidup berdua sama kamu Sheila. Tapi aku nggak bisa karena kamu masih memiliki laki-laki lain disana dan aku nggak mau menyakiti dia," Arsen mengakui cintanya ia juga mengutarakan apa yang mengganjal dipikirannya."Aku, aku akan nyelesain hubunganku sama dia secepatnya aku janji. Setelah itu kita bisa kan hidup bahagia berdua? Cuma kamu orang yang aku sayang dan aku bener-bener tulus suka sama kamu Arsen."Mereka saling berpelukan, ada rasa lega karena mereka bisa saling mengungkapkan rasa sayang dan Arsen juga akan membantu Sheila jika ia dibutuhkan nantinya.Berbulan-bulan Sheila menetap di Swiss hingga dia akhirnya harus berpisah dengan Arsen. Dia akan kembali ke Amerika kemudian ke Paris dan kembali ke Indonesia karena jadwalnya yang sangat padat terlebih dia sudah
Tubuh mereka basah kuyup karena hujan-hujan an. Saat ini mereka sudah ada di rumah Lea."Pak Ken tunggu bentar ya saya ambilkan baju dulu."Lea masuk kedalam kamar dengan keadaan yang masih basah juga. Ia mencari-cari baju yang ukuranya besar, untung ada satu di lemarinya."Ini pak," Lea menyerahkan baju itu pada Ken dan menuntunnya untuk ke kamar mandi. Sedangkan dirinya berganti didalam kamar.Usai berganti pakaian, Lea langsung memberikan teh hangat pada Ken. "Diminum pak tehnya, bapak udah makan?"Ken hanya menggeleng sembari menggenggam gelas, "Tunggu sebentar ya pak."Sejujurnya Lea gugup, dan merasa canggung karena sebelum mereka memutuskan untuk ke rumah. Ken melakukan banyak hal yang membuat dirinya hampir kehilangan akal, bahkan Ken memeluk Lea dengan sangat erat seolah dia menginginkan Lea untuk selalu ada disampingnya.Walau pikirannya sedang kacau, Lea berusaha mengendalikan diri dan mengajak Ken ke rumahnya
Saat terbangun, sebuah selimut membalut tubuhnya yang semalam kedinginan. "Ini kerjaannya pak Ken?" Lea bergumam sendiri. Oh tak hanya itu bahkan ia tersenyum sendiri seperti orang gila, padahal hanya karena sebuah selimut. Ken terbangun dari tidurnya karena suara bising dari tetangga yang mulai keluar rumah entah hanya untuk mengobrol atau memulai aktivitasnya. Ken meregangkan tubuhnya, duduk untuk kembali merenggut kesadaran yang hilang dibawa tidur. Ia tiba-tiba tersenyum mengingat saat tengah malam ia terbangun karena kehausan.Saat Ken keluar kamar ia melihat Lea yang memeluk kakinya kedinginan, membuat dia mengambil selimut untuk Lea.Ken terduduk disamping sofa, ia pandang wajah Lea yang cantik dan imut. Ada rasa tak rela jika gadis yang ada dihadapannya saat ini menderita namun dia siapa.Lagipun untuk dasar apa dia mengatur kehidupan Lea, sejak awal dia sendiri tak suka dengan kehadiran Lea....Ken
Perjalanan proyek sudah berjalan hampir lima puluh persen, sejak kejadian terakhir Ken lebih berhati-hati. Dia bahkan lebih sering datang ke proyek untuk mengecek sejauh mana progressnya.Hari-harinya hanya dipenuhi dengan meeting dan juga kunjungan, sampai ia melupakan sejenak masalah yang dia hadapi. “Lo, ikut gue sekarang!” pinta Ken dengan menunjuk pada Lea yang baru saja ingin minum. Padahal ini jam istirahat dan dia baru saja menyelesaikan pekerjaannya, seolah Lea tak boleh istirahat.Lea mengikuti Ken yang berjalan ke arah parkiran, ia tak bisa menolak atau nanti andalan Ken akan keluar. “Kita mau kemana pak?”“Ke rumah, ambil barang.” Lea hanya mengangguk. Lea benar-benar lelah, beberapa hari terakhir ia sangat sibuk sampai waktu tidurnya terganggu. Semua itu gara-gara Ken yang sangat menyebalkan, dia memberi tugas tak kira-kira pada Lea yang harus mengecek semua dokumen yang seharusnya dia baca tapi malah Lea yang mengerjakan.Belum lagi Lea harus membuat ringkasan dari setia