Pagi hari tiba dan Lea sudah bersiap dengan pakaiannya yang terlihat rapi dan formal.
Bahkan dia sudah menyiapkan amplop coklat berisi dokumen seperti yang Kana katakan tadi pagi."Hari ini kamu aku bantu cari kerja, semoga aja dapet ya," ucap Kana sembari menghidangkan sarapan."Makasih kak, tapi aku bisa sendiri kok," tolak Lea dengan sopan."Udah kamu ikutin aja, lagian cari kerja di kota sebesar ini tuh nggak gampang Lea. Dan belum tentu kamu bisa langsung dapet kerja,"Lea mengamati wajah Kana yang terlihat cantik, bahkan kecantikannya semakin terpancar karena hatinya juga baik."Makasih kak, aku nggak tau lagi harus bilang apa sama Kakak. Suatu saat aku akan balas semua kebaikan Kak Kana," ucap Lea sungguh-sungguh."Aduh apa sih, kalau suatu saat aku butuh bantuan kamu. Apa kamu bisa Lea? Anggap aja itu sebagai balas budimu aku nggak mau kalau kamu nilai kebaikanku dengan uang,""Iya, pasti Lea bantu apapun itu,""Kalau gitu sarapan dulu, biar ada tenaganya," Kana benar-benar memperlakukan Lea layaknya adik sendiri.Dia bahkan sangat perhatian pada Lea, padahal mereka baru saja mengenal semalam.Lea yang tadinya merasa canggung, mencoba untuk membiasakan diri dengan Kana.Usai mengisi perut, mereka meninggalkan apartemen untuk menuju ke tempat dimana Lea akan melamar pekerjaan."Kamu ada keinginan untuk kerja dimana dan sebagai apa Lea?" tanya Kana saat mereka baru saja keluar dari parkiran."Untuk saat ini nggak ada kak, kerja apapun yang penting halal. Dan bisa segera membantu ibu buat melunasi hutang, apalagi ijazah terakhirku hanya SMP. Aku nggak berharap lebih," jawab Lea sembari menunduk menatap amplop coklat yang ada di pangkuannya.Kana merasa kasihan pada Lea, biasanya anak seusianya sekarang sedang asik bersenang-senang menghabiskan masa muda bersama teman-teman. Tapi Lea, dia malah harus memikirkan cara untuk mendapatkan uang."Ijazah bukan jadi penghalang buat kamu raih kesuksesan kok Lea. Asalkan kamu punya tekad yang kuat aku percaya kamu akan jadi orang yang sukses nantinya," ucap Kana menyemangati Lea, ia mengusap pelan bahu Lea.Dibalas dengan senyum manis yang Lea berikan untuk Kana. Seperti ini membuat mereka layaknya kakak adik.Tak butuh waktu lama mereka sampai ditempat tujuan. Aileen Company, salah satu perusahaan milik keluarga Kana yang kebetulan dia sendiri yang mengelola perusahaan ini.Tapi jangan bilang Lea dulu ya, dia tak mau nantinya Lea semakin minder dekat dengan Kana."Ayo masuk Lea," ajak Kana saat mereka sudah berdiri disalah satu ruangan.Ruang HRD menjadi tempat tujuan pertama, "Bu Dilla ada?" tanya Kana pada salah satu karyawan disana."Bu Dilla lagi keluar Bu, mungkin sebentar lagi dia kembali,""Oke makasih, selamat bekerja," Kana menggandeng Lea agar menunggu Bu Dilla datang."Ini kantornya siapa kak?" akhirnya pertanyaan yang ditunggu-tunggu Kana keluar dari mulut Lea."Ah ini tempat aku kerja, beberapa waktu lalu sih buka lowongan tapi nggak tau masih kosong atau enggak,""Kak Kana enggak kerja?"Kana terlihat gugup saat Lea bertanya seperti itu, "Oh itu aku udah ijin kalo mau bantu seseorang dulu jadi kerjanya nanti,""Maaf ya kak aku jadi ngerepotin," ucap Lea lagi-lagi menunduk ia merasa tak enak dengan Kana."Enggak kok,"Beberapa menit kemudian, Dilla datang. "Bu Kana cari saya?" tanya Dilla."Iya, apa masih ada lowongan disini? Ada yang mau melamar,""Maaf Bu untuk sekarang nggak ada, lowongan yang kemarin baru aja diisi dua hari yang lalu,""Oh gitu ya, yaudah. Kamu kembali kerja, kalau ada kabarin ya,""Iya Bu baik,"Kana membawa Lea keluar dari kantor, menuju ke tempat selanjutnya yang Lea sama sekali tak tau.Karena ini jadi pengalaman pertamanya ada di kota, sepanjang perjalanan dia lebih fokus untuk memperhatikan jalan. Setidaknya harus ada beberapa jalan yang ia tau."Maaf ya Lea lowongannya udah diisi, kita ke tempat selanjutnya. Aku harap disana ada," ucap Kana tak enak. Seharusnya dia mencari info dulu tadi sebelum berangkat."Iya kak nggak apa-apa kok, aku malah berterima kasih karena kakak mau bela-belain bantuin aku cari kerja,""Iya sama-sama. Kalau semisal di kantor yang ini ada lowongan dan kamu keterima aku harap kamu betah ya. Soalnya bos disana galak, nyeremin," ucap Kana dengan mimik wajah dibuat-buat."Namanya bos pasti galak dan nyeremin Kak. Kalau nggak gitu nanti karyawannya malah seenaknya sendiri,""Iya sih kamu bener, tapi nih orang tuh. Ah nanti kamu juga tau sendiri, sebenernya aku nggak mau kamu kerja disana tapi yaudah lah kamu juga lagi butuh segera," ujar Kana dengan sedikit memutar bola matanya. Mengingat bagaimana ia tau persis kelakuan bos yang ada disana.Bangunan yang mereka datangi hampir sama seperti yang tadi, kali ini mereka datang ke SM Grup ini juga sama milik keluarga Kana. Tapi bedanya ini yang memegang adalah Kakaknya sendiri dan Papanya.SM Grup adalah perusahaan dari keluarga Roderick yang cukup melegenda pada masanya kala itu, bahkan sampai sekarang pun masih eksis."Kamu tunggu sini bentar ya, aku mau kesana,""Iya kak," sembari menunggu Kana yang sedang berjalan ke resepsionis, Lea memperhatikan sekeliling. Sedari kemarin apa yang dilihat oleh matanya benar-benar membuat dia takjub."Kenapa gedung-gedung disini tinggi-tinggi terus besar-besar ya, apa yang bangun nggak capek?" gumam Lea."Ayo Lea, aku anter kamu ketemu HRD,""Ah iya Kak," Lea mengikuti langkah demi langkah yang Kana pimpin.Lagi-lagi dia harus menaiki lift untuk menuju ke ruang HRD, Lea sudah mulai terbiasa dengan bagaimana orang-orang di kota menggunakan alat-alat canggih seperti ini.Tok, tok!"Iya masuk," jawab seseorang dari dalam."Permisi Bu Desi," sapa Kana"Oh Bu Kana, ada perlu apa Bu sampai datang kesini," Desi langsung berdiri begitu tau yang datang adalah atasannya."Begini apa disini ada lowongan pekerjaan?""Untuk siapa?" tanya Desi dengan sedikit mengangkat alisnya.Kana memberi ruang agar Lea bisa terlihat, saat tau jika Kana membawa seseorang Desi langsung paham maksud dan tujuan Kana datang kesini.Jika diingat-ingat hal seperti ini bukan suatu hal yang baru, karena Kana sering sekali memberi pekerjaan pada orang yang baru ia kenal atau bahkan teman lamanya."Ada Bu, tapi apa dia mau?""Silahkan bisa kalian obrolkan saya tinggal dulu," Kana meninggalkan Lea dan Desi memberi ruang untuk mereka berdua berbicara."Silahkan duduk dulu," Desi mempersilahkan Lea untuk duduk di sofa."Makasih Bu,""Bisa lihat dokumen yang kamu bawa?"Kana langsung menyerahkan amplop coklat yang sedari tadi ada dalam genggamannya."Ini Bu, saya hanya tamatan SMP," jelas Lea sedikit."Nama kamu Azalea Carolline? Kamu datang dari kampung tapi nama kamu bagus juga ya," ucap Desi sembari tersenyum.Lea tersipu malu, bahkan dia sendiri pun juga heran kenapa namanya seperti orang asing saja padahal ia tau betul jika keluarganya berasal dari kampung."Kamu belum punya pengalaman kerja apapun, dan selama ini hanya membantu orang tua di kebun ya?""Iya Bu,"Desi menutup kertas yang ia pegang berisi data diri Lea, ia mengamati Lea dari atas hingga bawah kemudian tersenyum membuat Lea gugup. Wajah dari Desi pun menunjukkan sebuah kepasrahan.Hal yang dilakukan Desi membuat nyali Lea ciut, ia takut jika dengan ijazah SMP dan tanpa pengalaman ia bisa kerja disini.'Apa aku bakal keterima disini?'"Kamu mau jadi office girl disini, tugasnya membersihkan seluruh kantor dan menjaga agar kantor ini selalu dalam keadaan bersih disetiap sudut ruangan," jelas Desi."Office girl? Saya mau Bu, mau banget!" jawab Lea penuh antusias. Ini lah yang ia mau sejak awal mendapatkan pekerjaan. Apapun pekerjaannya akan ia lakukan.Ia pikir akan ditolak mentah-mentah tapi ternyata ia akan diterima disini. Senangnya."Kamu yakin?" tanya Desi memastikan."Iya Bu, saya yakin seratus persen," jawab Lea penuh semangat."Baiklah kalau begitu, besok kamu bisa mulai kerja. Dan besok akan saya jelaskan tentang peraturan dan sistem kerja di kantor ini,""Iya Bu, sekali lagi terimakasih banyak atas bantuan dan kesempatannya saya janji akan bekerja sungguh-sungguh," Lea meraih tangan Desi menggenggamnya dengan penuh keyakinan.Lea keluar setelahnya, dilihat dari raut wajahnya tanpa bertanya Kana bisa tahu jika Lea mendapatkan apa yang dia mau.
"Lepas!" Jessica berteriak, memberontak minta dilepas dari genggaman seseorang yang tak tau siapa."Sebaiknya anda pergi, sebelum saya laporkan ke security agar kalian diusir dari sini," ucap Rendra dengan sangat halus. Bahkan ia mempersilahkan Jessica pergi dengan tangan yang menunjuk ada arah pintu keluar."Akh! Sial awas aja Lo Na. Sampai kapanpun urusan kita nggak akan pernah selesai," ancam Jessica yang akhirnya pergi dari sana.Kana merasa lega ada Rendra disini. Rendra adalah salah satu orang kepercayaan keluarganya. Dia asisten pribadi Kakaknya."Ngapain disini?" tanya Kana "Saya diperintah oleh Tuan untuk menjaga anda selagi dia belum kembali," jawab Rendra dengan sangat formal.Kana melirik sekilas pada Lea, lalu menarik Rendra agar sedikit menjauh, "Kapan dia pulang?" tanyanya to the point."Minggu ini,""Minggu ini?" Kana menatap Rendra tak percaya, "Ah iya hampir lupa, cewek yang disana itu Lea. Dia akan kerja di kantornya Papa aku titip dia bisa kan?"Rendra mengernyitka
Lea memukul orang itu tanpa henti sampai tangannya dicekal oleh Rendra yang entah sejak kapan sudah ada disana."Dia bukan maling," ucapnya lirih."Kok Om bisa disini, om juga maling ya? Maling! Maling!" Lea berteriak sekencang mungkin."Berisik!" seketika Lea terdiam saat suara orang yang tidur di ranjangnya berteriak. Lea mundur beberapa langkah ia takut. Ada dua orang asing disini sementara sang pemilik rumah sedang tak ada."Siapa sih, berisik banget ganggu orang tidur aja!" ucap orang itu dengan dingin.Lea melirik pada Rendra sekilas meminta penjelasan atas ini, hanya Rendra yang ia kenal disini."Ada apa Pak?" tanya security yang tiba-tiba sudah ada diambang pintu."Enggak apa-apa, bisa bantu saya untuk mindahin dia ke kamar sebelah," ucap Rendra memohon. Lantas kedua security itu membopong tubuh laki-laki itu keluar.Lea mengikuti juga sampai keluar, Rendra menatap Lea dari atas sampai bawah. Menyelidik pada wanita yang baru saja ia temui beberapa waktu lalu."Bersyukurlah kamu
Usai acara sambutan dan perkenalan singkat itu, masing-masing karyawan kembali pada pekerjaannya masing-masing."Rendra, tolong ambil berkas yang saya minta pada HRD tadi, sekarang!" ucap Ken saat baru saja memasuki kantornya."Baik,"Ken melihat ke sekelilingnya, kantor yang luas dan juga fasilitas yang bagus tak jauh berbeda dengan yang ada di Amerika bahkan disini lebih baik.Sebuah bingkai kecil di meja kerjanya pun masih ada disana, sebuah foto keluarga yang diambil saat terakhir Ken datang ke Indonesia waktu itu.Pintu diketuk dari luar, Rendra masuk dengan membawa berkas berisikan identitas para karyawan di kantor ini."Ini Pak," ucap Rendra. "Taruh diatas meja, kamu boleh keluar,""Sebelum saya keluar, boleh saya tanya sesuatu?" "Apa?" tanya Ken sembari ia membuka berkas itu membacanya dengan seksama. Anggap saja sebagai bentuk perkenalan yang tanpa melibatkan sentuhan ataupun obrolan."Kenapa
"Lo yang bener dong, bersihin itu sekarang!" tegasnya kemudian meninggalkan Lea begitu saja.Lea berdecak kesal, ia juga merasa beruntung karena Ken tak mengenalinya. Memang benar ya kata banyak orang jika sedang dalam keadaan mabuk dalam semalam semuanya hilang dalam ingatan yang tersisa hanyalah kepingan-kepingannya.Lea mulai membersihkan apa yang sudah ia kacau kan setelahnya ia pergi dari sana meninggalkan Bos menyebalkan itu."Bener kata Kak Kana kalo bos disini galak, udahlah nggak usah dipikir lanjut kerja aja," gumam Lea.Didalam kantor Ken sulit untuk melanjutkan pekerjaannya, ia seperti teringat sesuatu saat Lea tadi berteriak. Ia kemudian mengambil ponselnya menghubungi seseorang yang bisa memberikan jawaban tentang kejadian semalam."Pak Anton, tolong siapkan rekaman CCTV sejak kedatangan saya ke apartemen terutama lantai atas. Saya akan kesana setelah makan siang," ucap Ken to the point lalu menutup telfon itu tanpa mendenga
Hari berganti setelah fajar menyingsing, semalam Kana tak kembali ke Apartemen ia memilih untuk menginap di rumah sekaligus mengawasi gerak gerik Ken."Selamat pagi Pak Ken," sapa para pegawai saat Ken memasuki lobi. Wajahnya terlihat tak bersahabat pagi ini.Bahkan Rendra pun hanya berbicara seperlunya saja, ia bisa membaca suasana hati Ken hanya dari wajahnya."Bawa ob yang kemarin buatin gue kopi, sekarang!" pintanya saat baru duduk di kursinya."Baik," sudah bisa Rendra duga jika Ken sudah tau siapa yang membuatnya babak belur tempo hari. Tak ada yang bisa Rendra lakukan jika begini, "Apa Kana tau?" cicitnya."Lea kamu dipanggil ke ruangan CEO sekarang," ucap Rendra pada Lea yang sepertinya baru saja tiba.Semua pegawai yang ada disana bergidik ngeri saat mendengar Lea disuruh ke ruangan paling menyeramkan itu. "Kamu ada buat masalah Lea?" tanya Ola."Hati-hati ya Lea, dulu juga ada yang di suruh ke ruang CEO tanpa t
Kana membawa mobilnya hingga sampai ke sebuah pantai, tempat yang biasa ia kunjungi saat sedang dalam mood yang buruk."Lea turun, kita hirup udara segar," ujar Kana. Ia turun lebih dulu baru disusul dengan Lea dengan langkah ragu nya. Ia masih senantiasa menunduk sedari tadi."Udaranya seger ya,""I-iya," jawabnya lirih. "Aku kenal tempat ini karena seseorang, tapi sayang kita harus berpisah entah sampai kapan."Ucapan Kana barusan membuat Lea berani mengangkat kepalanya, mengerling pada Kana yang ada disamping kanannya."Lea, aku minta maaf sama kamu Karna nggak cerita tentang siapa aku sebenernya," Kana balas mengerling pada Lea."Bukannya aku nggak mau cerita ke kamu. Hanya saja aku ingin mencari waktu yang tepat kapan aku harus bercerita ke kamu, tapi mungkin ini adalah waktu yang tepat.""Kak Kana nggak perlu minta maaf, kakak nggak salah kok itu hak kakak mau cerita ke aku atau enggak. Aku disini memang salah Karn
"Sheila? Itu bener kamu?" Ken menengok ke segala arah tanpa berkedip tapi tak ada siapapun dijalan itu selain dirinya dan lampu jalan.Ia memegang kepalanya, mencoba mengatur nafas yang sedikit memburu. Lagi-lagi ia mengalami halusinasi akan kehadiran Sheila didekatnya.Saat sedang menenangkan diri, ponselnya bergetar ada sebuah pesan masuk. Saat dilihat itu dari Rendra.'Gue dimintain tolong sama bokap Lo buat nyari Kana, dia ada hotel deket pantai yang biasa dia kunjungi. Gue ada dilobi sekarang.' tulis Rendra disana.Gegas Ken menyalakan kembali motornya, melaju sekencang mungkin agar sampai pada tempat tujuan sebelum malam semakin menghantuinya.---Lea sedari siang tadi sudah meminta Kana untuk kembali ke kantor, tapi Kana menolak permintaan itu mentah-mentah dengan alasan situasi sekarang belum aman untuk kembali.Sehingga mereka memutuskan untuk menginap disalah satu hotel dekat pantai tersebut, "Kak Kana udah iji