Dari kastilnya, Melisa mendengar terompet yang menandakan bahwa perang telah usai. Emilio telah mati, dan Kerajaan Sigmund telah berhasil kembali pada pewaris sahnya. Suara bahagia dia luar kastil berhasil menghancurkan semua harapan Melisa. Wanita itu sempat terpaku, sebelum air matanya mengalir tanpa henti dari kedua matanya. Dengan kematian Emilio, semangat Melisa untuk melarikan diri segera jatuh ke titik nol. Wanita tersebut menatap perang yang telah selesai dari jendela kamarnya, lalu berbalik untuk menatap Teresa yang masih setia untuk menemaninya. Bahkan jika status mereka telah berubah, kesetiaan Teresa tetap sama sampai saat-saat terakhir. Melisa telah menyeret Teresa ke dalam balas dendam dan penderitaan ini. Namun bahkan sekarang, Teresa sama sekali tidak mengeluh ketika dia hanya terus berdiri di belakang Melisa untuk menemani wanita itu. Melihat kegigihan Teresa untuk tetap bersamanya sampai akhir, membuat Melisa kembali sedih. Senyum retak muncul di wajahnya, ketika
Selesai selesai menemui Melisa, Raoul tidak langsung kembali ke istana ketika dia malah membawa Ariana ke taman kerajaan yang indah. Setelah lama tidak bertemu, Raoul pikir dia memiliki banyak hal untuk dikatakan pada Ariana. Gadis itu tidak tahu betapa Raoul sangat menantikan pertemuan mereka. Walaupun pertemuan mereka tidak seindah yang Raoul bayangkan, tetapi pria itu tetap senang ketika dia melihat Ariana lagi. Sekarang setelah mereka akhirnya memiliki waktu untuk diri mereka sendiri, Raoul ingin bicara berdua dengan Ariana. Pria itu sama sekali tidak ragu saat dia menggandeng tangan Ariana. Jantungnya semakin berdebar keras, ketika pria tersebut tidak melihat penolakan apa pun dari Ariana. Setelah Raoul meminta Ariana duduk di tempat beristirahat yang ada di taman istana, pangeran tersebut menyusul untuk duduk di sebelah Ariana setelah itu. Namun ketika Raoul melihat wajah murung Ariana, pria tersebut tiba-tiba saja kehilangan kata-katanya. Ariana memang telah berubah menjadi w
Di ruangan besar yang gelap, sepasang mata indah milik seorang wanita menatap lurus tembok yang ada di depannya. Dibantu oleh tumpukan bantal yang dia kumpulkan dengan susah payah, wanita itu akhirnya bisa duduk setelah dia terus berbaring untuk waktu yang sangat lama. Tubuh kurusnya sedikit bergetar saat dia berusaha untuk menopang badannya lagi. Melihat keadaannya yang hampir mirip seperti tengkorak hidup, tidak akan ada yang percaya bahwa wanita itu merupakan gadis tercantik dari seluruh kerajaan di masa lalu.Ariana Madeline Alison. Satu-satunya keturunan terakhir dari Duke of Alison, keluarga paling berpengaruh yang menjadi legenda karena bekerja sama dengan raja pertama dalam mendirikan Kerajaan Sigmund. Namanya selalu menjadi sasaran pujian sejak dia dilahirkan. Karena bukan hanya cantik, Ariana juga sangat berbakat dalam menyajikan keterampilan wanita.Terlahir sebagai bangsawan yang hanya berada satu tingkat di bawah raja, rasanya normal bagi Ariana untuk segera ditunangkan de
Ketika Ariana membuka matanya lagi, dia malah mendapati bahwa dia masih bernapas dan terbaring di kasur empuk yang sudah lama tidak dia rasakan. Alis Ariana langsung berkerut ketika dia merasakan perasaan aneh pada tubuhnya sendiri. Jatuh dari ketinggian itu seharusnya menghancurkan tubuhnya sampai tidak berbentuk. Namun kali ini, bukan hanya dia tidak lagi merasakan perasaan tidak nyaman apa pun di seluruh tubuhnya, Ariana juga sadar bahwa dia kembali bisa menggerakkan bagian tubuhnya yang seharusnya lumpuh karena racun yang dia konsumsi. Apakah jatuh dari ketinggian bisa menyembuhkan racun yang bersarang di tubuhnya? Ariana pikir itu tidak mungkin. Ariana tidak pernah tahu bahwa ada metode semacam itu untuk menetralkan racun yang bahkan tidak bisa disembuhkan dokter terbaik. Belum lagi tubuhnya terlalu baik-baik saja untuk seseorang yang baru saja jatuh dari ketinggian. Ariana mencoba bangkit, saat secara kebetulan pintu di ruangan itu dibuka oleh seseorang. "Anda sudah sadar, Nona
"Kakek, di mana Ayah dan Ibu? Aku ... Aku juga ingin bertemu dengan mereka." Karena Ariana masih merasa dia berada di alam lain saat ini, hal pertama yang dia tanyakan adalah keberadaan orang tuanya yang sangat dia rindukan. Namun pertanyaannya langsung membuat gerakan Andrew berhenti. Pria itu menatap lama cucunya, sementara James segera mengambil alih lalu ikut mendekat untuk bicara pada gadis itu. "Nona Aria ... Apakah Anda lupa? Tuan dan Nyonya ... Mereka sudah berada di tempat yang lebih baik sekarang." Alis Ariana menyatu saat dia mendengar jawaban itu. "Bukankah aku juga sudah mati? Apa ... Ayah dan Ibu berada di tempat lain di alam ini?" "Apa yang sebenarnya kamu bicarakan?" Ekspresi Andrew berubah lagi saat cucunya mulai mengatakan omong kosong. Dia hendak marah karena gadis kecil itu berani mengatakan bahwa dia telah mati dengan semudah itu. Suaranya bahkan sempat menajam. Namun saat dia menerima tatapan permohonan dari kepala pelayan di rumahnya, pria itu berusaha menen
"Nona Aria?" James benar-benar terkejut saat dia masuk, pria itu bisa melihat nona mudanya yang biasanya berperilaku manis tengah melamun dengan ekspresi yang seharusnya tidak dimiliki oleh seorang anak kecil. James khawatir karena semenjak bangun dari pingsannya, Ariana terus saja bersikap berbeda dari biasanya. Bahkan caranya memperlakukan sang kakek, jauh berbeda dari cara gadis itu berperilaku biasanya. Untuk sementara waktu, James berniat untuk terus mengamati perubahan sikap Ariana dengan hati-hati. Bagaimanapun, Ariana merupakan satu-satunya pewaris keluarganya saat ini. Sedikit saja kecerobohan tidak bisa ditolerir lagi. James tidak ingin tuannya murka lagi, seperti saat pria itu mendengar kabar bahwa cucunya sampai bisa terjatuh ke dalam kolam dan pingsan selama beberapa hari. "Nona Aria, saya sudah membawa makanan yang sebelumnya Nona minta. Karena Nona baru saja sadar, tolong maafkan saya karena hanya bisa menyiapkan makanan yang mudah dicerna untuk santapan Anda." Arian
Berdiri di depan pintu ruang kerja sang Kakek, Ariana menarik napas panjang untuk menenangkan perasaannya yang sedikit gugup. Seperti yang Ariana harapkan, kakeknya tidak membiarkannya menunggu terlalu sama saat pria tersebut langsung mengijinkan Ariana untuk datang ke ruang kerjanya. Baik James maupun Andrew pasti sudah tahu apa tujuan Ariana sampai ingin bicara langsung dengan kepala keluarga. Ariana tahu dia tidak bisa mempermalukan dirinya sendiri di ruang kerja kerja sang kakek. Ariana mencoba untuk membenarkan postur berdirinya, sebelum dia mengetuk pintu itu dengan sopan. "Kakek, ini Aria. Bisakah aku masuk sekarang?" "Masuklah." Andrew langsung membalas dari dalam ruangan setelah Ariana memperkenalkan dirinya. Dengan hati-hati, Ariana membuka pintu ruang kerja sang Kakek yang besar dan sulit digapai dengan tubuh kecilnya. Dia sempat kesulitan untuk membukanya, tetapi tampilannya kembali bermartabat saat Ariana mendorong pintu besar itu untuk kembali tertutup. Melihat tingka
"Kalau begitu, aku pergi dulu Kakek!"Andrew menyaksikan saat cucunya dengan riang keluar dari ruangannya setelah mereka selesai bicara berdua. Senyum yang semula terlihat samar bibir Andrew benar-benar hilang, saat pintu ruang kerjanya kembali tertutup rapat. "James, kamu di sini kan?"Dari balik bayang-bayang, James keluar lalu membungkuk hormat pada tuannya. "Saya ada di sini," ujarnya dengan nada hormat. Alis Andrew berkerut dari waktu ke waktu, saat pikiran cucunya yang tiba-tiba berubah benar-benar menganggu pikirannya saat ini. "James, siapa yang bertugas mengikuti Ariana saat dia mengunjungi istana?" tanya Andrew. "Itu Valencia dan dua orang kesatria bernama Luke dan Cale. Apa saya perlu memanggil mereka ke sini?"Andrew mengangguk dan James langsung menjalankan perintahnya. Tidak butuh waktu lama sebelum orang-orang yang dipanggil berlutut di hadapan Andrew. Mereka semua menyapa Andrew dengan hormat, sebelum kembali berdiri saat Andrew sudah mengijinkannya. "Katakan padaku