“Aku tidak memiliki hubungan apapun dengan adikmu,” “Dia bukan adikku!” potong cepat Elena.“Oke, dia bukan adikmu. Tapi maafkan aku El, dia tiba-tiba bangun dan memeluk ku,” ucap Arion yang mengatakan kebenaran nya.Elena hanya tersenyum mendengar penjelasan yang tidak masuk akal di telinganya. Memeluk tiba-tiba? Bagaimana bisa pria itu diam saja? Apa dia akan diam saja jika semua wanita memeluknya? Pertanyaan-pertanyaan itu berputar di otak Elena.“Kau pikir aku akan percaya?” tanya Elena yang membuat Arion diam saat masih menjelaskan.Arion menatap ke arah sang istri yang terlihat tidak peduli akan penjelasan yang ia ucapkan sebelumnya, “Sayang aku jujur padamu,” ucap Arion dengan memelas.“Kau pikir aku akan percaya dengan ucapan mu barusan? Oke, jika dia tiba-tiba memelukmu, tapi apakah kau menolak pelukan itu? Tidak!” tuduh Elena dengan suara yang mulai meninggi.“El, dia menahan ku,”“Kau kira seberapa kuat tenaga wanita jika dibandingkan pria? Hagh!” pekik Elena yang membuat
“Sebenarnya apa yang terjadi pada kalian kemarin?”Nyonya Lia terdiam saat mendapatkan pertanyaan dari Elena. Dua wanita beda usia itu saling menatap satu sama lain, Nyonya Lia larut dalam lamunan nya.“Bagaimana Mama dan Papa bisa keracunan? Dan apa yang Azalea lakukan?” cecar Elena.Wajahnya menunjukkan rasa khawatir yang begitu mendalam, matanya menatap sang ibu untuk memperoleh jawaban.Pikiran Nyonya Lia terbawa pada dua hari yang lalu, saat mendengar suara berisik dari ruang kerja sang suami. Ia yang kebetulan lewat mempercepat langkahnya dan segera menghampiri.“Ada apa? Apa yang kau ributkan Azalea?” tanya Nyonya Lia.Azalea berbalik dengan secarik kertas tebal dalam genggamannya, satu sudut bibir terangkat. Ia tertawa saat menatap wajah bingung Nyonya Lia, membuat wanita itu mengerutkan keningnya.“Elena bukan putri kalian?” tanya Azalea dengan satu alis terangkat dan bibir tersenyum.Degh!Nyonya Lia menatap ke arah Tuan Miller yang tertunduk, kemudian kembali menatap ke ara
“Mah,”Elena melambaikan tangan di depan wajah Nyonya Lia yang malah melamun, bukannya menjawab pertanyaan yang sebelumnya Elena lontarkan.“Ah, iya. Kenapa, El?” tanya Nyonya Lia yang tersadar dari lamunannya.Elena tersenyum, ia berpikir mungkin sang ibu masih belum sehat sepenuhnya, “Tidak ada. Apa ada yang Mama inginkan?” ucap Elena lembut.Tuan Miller baru saja kembali dari toilet, selang infusan masih menggantung membuat ia sedikit kesulitan saat berjalan. Elena membantu ayahnya untuk duduk dengan telaten.Nyonya Lia melihat semua yang Elena lakukan, senyum tipis muncul di wajah menuanya yang jarang sekali menunjukkan senyum, “Kau memang pewaris Mauren,” batin Nyonya Lia.“Kau sendiri? Dimana Arion?” tanya Tuan Miller setelah dirinya duduk.Elena yang sedang membenarkan selimut yang menutupi kaki sang ayah terdiam sejenak, sebelum kembali melanjutkan gerakan tangannya.Elena menoleh dan tersenyum, “Arion sedang ada perjalanan bisnis keluar kota, Pah,” jawab Elena.Tuan Miller na
“Oh ya, Paman. Ngomong-ngomong kapan kau mati?”Lucas menatap wajah datar Arion dengan alis yang naik-turun. Ia terkekeh pelan melihat sang paman yang hanya diam saja, lama ia tertawa sebelum kembali diam.“Lancang!”Tangan Arion terkepal kuat, sorot matanya menunjukkan rasa kebencian begitu mendalam. Rasanya ia ingin memusnahkan manusia di hadapannya, “Apa hukuman mu kemarin masih belum cukup?”Pertanyaan Arion berhasil membuat Lucas terdiam, pria itu menggertakan giginya mengingat bagaimana kakeknya memberikan hukuman di kediaman utama Dominic.Saat Lucas pingsan, Tuan Damian segera memulangkan kembali sang cucu ke kediaman utama. Cukup lama ia pingsan dan ketika tersadar beberapa pelayan segera menghampiri menanyakan kondisi tubuhnya.“Tuan muda, apakah anda baik-baik saja?”“Sialan! Sudah tahu aku terluka, masih bertanya!” pekik Lucas.Teriakan pria manis itu membuat pelayan mundur beberapa langkah dan kembali diam. Lucas meraba hidungnya dan meringis saat merasakan sakit yang men
“Apa maksud kakek? Kakek tidak bisa melakukan ini padaku!”Tuan Damian menatap nyalang ke arah Lucas, tatapannya begitu tajam membuat Lucas diam tak berkutik. Ini adalah hukuman yang Tuan Damian berikan untuk cucu tidak tahu diri seperti Lucas.Selama ini ia diam saja, akan tetapi tindakan Lucas saat ini sudah sangat keterlaluan dan di luar batasnya. Akhirnya tindakan ini Tuan Damian ambil agar memberikan peringatan untuk Lucas.“Memohonlah pada paman mu,” ucap Tuan Damian.Pria tua itu meninggalkan Lucas sendirian di ruang makan, tanpa berniat memberikan penjelasan apapun untuk Lucas. Tuan Damian pikir itu semua sudah cukup jelas.Pyarrr!“Argh, Arion sialan!” teriak Lucas yang mengamuk.Ia bahkan memecahkan semua piring yang tertata rapi di meja makan, pecahan keramik itu berserakan di lantai. Lucas pergi dengan amarah yang menggebu-gebu.Di perjalanan bahkan ia membawa kendaraan dengan ugal-ugalan. Tak peduli dengan orang-orang yang meneriakinya, ataupun para polisi yang mengejarny
“Lucas, makan dulu sarapan mu!” teriak Maria menghentikan langkah kaki Lucas.Lucas menoleh menatap ibunya yang sedang menyiapkan sarapan, dan sang ayah yang baru saja duduk. Senyum tipis terukir di wajah manisnya, begitu menenangkan namun tersimpan berbagai rahasia dalam senyuman tersebut.“Tidak, aku akan mengambil hak ku sekarang juga,” ucap Lucas yang berlalu meningkatkan kediamannya.Helaan napas terdengar dari mulut Maria, kemudian ia menatap ke arah sang suami, Andrian. Pria itu nampak tak peduli dan mulai menikmati makanan di hadapannya.Maria mendengus kesal, “Apa kau tak ingin membela putra mu sedikit pun?” tanya Maria dengan kesal.Andrian melirik sebentar sang istri sebelum kembali fokus pada makanan nya, “Dia pantas mendapatkan itu,” jawab Andrian.Mendengar jawaban itu membuat amarah Maria yang sejak tadi ia tahan meledak seketika, bahkan ia menggebrak meja di hadapan suaminya yang tengah makan.“Apa kau sudah gila, Maria?” tanya Andrian yang langsung menatap nyalang pad
“Diamlah, Jeff. Ingat kau hanya seorang asisten!” Lucas menunjuk-nunjuk dada Jeff dengan jarinya saat pria itu berusaha menahannya masuk ke ruangan Arion, ia menatap sombong pada Jeff yang berdiri di hadapannya.“Tolong dengarkan saya, Lucas. Tuan tidak mengizinkan siapapun masuk sembarang,” ucap Jeff yang masih menahan Lucas.“Sombong sekali kau, aku masih atasan mu!” kesal Lucas mendengar Jeff memanggil namanya langsung.Jeff menatap Lucas tanpa ekspresi, “Tuan saya hanya Tuan Arion,” balas Jeff.Lucas memalingkan wajahnya dan berdecak sebal, ia memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana. Menatap sinis ke arah pria di depannya yang terus menghalangi.“Aku datang karena permintaan kakek dan tuan mu itu. Jika tidak percaya tanyakan saja pada mereka!” seru Lucas yang membuat Jeff melonggarkan halangannya.Jeff Akhirnya membiarkan Lucas masuk, sementara dirinya mengirimkan pesan pada Arion untuk memberitahukan hal tersebut. Namun, saat ini ponsel Arion sedang tidak aktif karena pe
“Nona? Nona...”Vio melambaikan tangan di depan wajah Elena, semua orang yang hadir di rapat tersebut segera mengalihkan perhatian mereka. Bahkan yang tengah melakukan presentasi, menjeda sejenak kegiatannya.“Akh, iya. Kenapa?” tanya Elena yang tersadar dari lamunannya.Elena segera sadar dan melihat ke sekelilingnya. Ia merasa bersalah karena tidak fokus saat melakukan rapat pagi ini.“Maaf, semuanya. Silahkan dilanjutkan,” seru Elena.Rapat kembali berlanjut, Elena kini lebih fokus. Setelah seorang di depannya melakukan presentasi, mereka mulai memberikan opini masing-masing dan berdiskusi tentang proyek yang tengah di bahas.“Pembangunan kita kali ini berada di kota Gotham,” seru salah seorang anggota rapat di sana.Elena merasa senang, sebuah hal yang sangat kebetulan. Sebelumnya pembangunan ini akan dilakukan di Everbloom, mungkin Tuhan sedang mendukung nya dan memberikan jalan.Selesai dengan rapat tersebut, mereka semua membubarkan diri. Elena kembali ke ruangannya diikuti ole
Pagi yang cerah menyapa, mentari hangat bersinar dan mulai menggantikan malam yang dingin. Elena sudah bersiap dan mematut diri di depan cermin.Elena berjalan menuruni tangga untuk sarapan, saat tiba di sana ternyata Arion sudah duduk menunggu nya. Ia segera duduk di samping Arion berada, tak menyapa bahkan tak menoleh pada suaminya.Arion yang merasa bersalah berinisiatif untuk meminta maaf lebih dulu, ia memilih untuk menyapa Elena, “Pagi, El,”Tangan Elena segera membalik piring di depannya, ia hanya membalas sapaan pagi Arion tapi tak berniat untuk berbicara lebih jauh, “Pagi, juga,”Hanya terdengar suara deting sendok yang beradu dengan piring. Arion meraih tangan Elena, mencoba untuk meminta maaf.Tapi, Elena kembali menarik tangannya dan segera menyelesaikan sarapannya, “Aku selesai,”Elena bangkit dari duduknya, tetapi Arion menariknya lagi untuk duduk. Seketika Elena langsung menatap Arion, dengan tatapan datar.“Apa? Aku harus segera berangkat,” ucap Elena yang berusaha mel
“Arion,”Elena segera turun dari mobil, ia bahkan setengah berlari menghampiri suaminya. Tubuhnya sudah terasa begitu panas dan ada gelenyar aneh yang ia rasakan.Arion melihat ada yang berbeda dengan Elena, bahkan ia melihat jelas pakaian istrinya yang sedikit terbuka, “El, kau kenapa? Ada apa dengan dirimu?” tanya Arion.Napas Elena terengah-engah, ia segera memegangi wajah Arion dengan kedua tangannya, “Arion, tubuhku panas! Tolong aku,” seru Elena.Air mata keluar dari sudut matanya, ia menarik wajah Arion dan segera menempelkan bibirnya dengan bibir sang suami.Arion terdiam, sementara Elena dengan begitu ganas dan agresif menciumi bibir sang suami. Ia perlu melepaskan sesuatu yang tertahan dalam tubuhnya.Para penjaga yang ada di sana memalingkan wajahnya, Arion yang merasakan tubuh Elena panas mulai sadar bahwa Elena telah mengkonsumsi obat perangsang.Arion menarik diri menjauhkan Elena, “El, kau dalam pengaruh obat,” seru Arion.“Tolong aku,” pinta Elena dengan memohon.Elena
“Bangun, Sayang,” suara lembut Lucas terdengar jelas di pendengaran Elena.Elena mulai terusik karena belaian tangan Lucas di wajahnya, ia mulai membuka matanya, “Lucas...” ucap Elena pelan.“Hmm,”Elena bangun dan menepis tangan Lucas, ia memegangi kepalanya yang terasa berat saat mencoba duduk. Sementara itu, Lucas dengan sengaja memeluk dan menyandarkan kepalanya di pundak Elena.“Lepaskan aku!” seru Elena. Ia melihat sekeliling dan menyadari berada di atas tempat tidur bersama Lucas.Pandangan Elena menyadari bahwa ini adalah kamar Lucas di apartemennya, ia sangat familier dengan tempat tersebut.“Sayang, kau masih merasakan sakit? Ini, minumlah dulu,” tawar Lucas sambil menyodorkan segelas air putih.Elena yang masih merasa berat di kepalanya memilih untuk meminum air itu tanpa rasa curiga, ia menggelengkan kepala beberapa kali setelah minum.Ia bangun dan turun saat merasa lebih baik, “Kau gila, Lucas! Kau sakit jiwa!” pekik Elena penuh emosi.Tatapannya begitu menusuk dan tajam
“Aku duluan,”“Iya, hati-hati, El. Dan terimakasih,”Elena masuk ke dalam mobil, mulai menyalakan mesin mobil dan melaju di jalanan. Jalanan teduh dengan sinar matahari yang berwarna jingga memancar di sepanjang jalan kota.Semilir angin menerpa wajah Elena dan menerbangkan helaian rambutnya, ia sengaja membuka jendela disampingnya dan membiarkan angin itu masuk menerpa wajahnya. Udara cukup bersih, karena keadaan sore itu masih sepi tidak banyak kendaraan yang berlalu-lalang. Beberapa kali Elena menghembuskan napas nya dengan bebas, “Huhhh, pegal sekali tubuhku,” ucap Elena.Seharian penuh dirinya duduk di depan meja kerja tentu membuat tubuhnya pegal, ia sudah membayangkan betapa nyamannya tempat tidur yang ada di rumah.Ciiitttt!Saat Elena tengah berkendara dengan nyaman, tiba-tiba sebuah mobil hitam di depannya menghadang membuat Elena segera menginjak rem. Hampir saja Elena menabrak mobil di depannya.Elena mendongakkan kepalanya untuk melihat mobil siapa di depannya ini, “Asta
"Apa? Kenapa kau terlihat panik, tenanglah,”Saat Elena tiba di ruangannya, tak lama Vero datang dengan tergesa-gesa. Wajahnya sudah penuh dengan air mata yang mengering, bahkan mata wanita itu terlihat memerah.“Paman ku. Dia hilang, El,” seru Vero dengan Isak tangisnya.“Hey, hey, tenang dulu. Bagaimana bisa hilang? Kau tahu dari siapa?” tanya Elena yang juga bingung.Di tengah kebingungan mereka, tiba-tiba saja ponsel Elena berdering. Nama Lucas tertera di layar ponselnya, ternyata itu panggilan video. Elena menggeser tombol hijau tersebut, yang membuat panggilan langsung tersambung.Saat tersambung, Elena dan Vero di buat terbelalak. Melihat pemandangan di tempat Lucas berada tentu membuat mereka terkejut, bagaimana tidak. Lucas kini tengah berada di ujung jurang.Pria itu tersenyum dengan bangga, dan mengarahkan ponselnya ke arah lain, “Elena sayang, lihatlah siapa yang bersama ku,” ucap Lucas sambil tersenyum.Mata Elena semakin membola, “Paman!” seru Elena bersamaan dengan Vero
“Arion, Sayang tunggu! Tunggu aku, dengarkan penjelasan ku,”Arion menghentikan langkahnya, menatap datar ke pada Elena yang meraih tangannya. Dadanya terlihat naik-turun dengan ekspresi tidak suka.Ia bahkan menghempaskan genggaman tangan Elena, “ Ku kira kau benar-benar sudah melupakan Lucas,” ucap Arion.Elena terdiam mendengar ucapan Arion dan suara tenang suaminya, saat ia akan berucap Arion kembali menyela, “ Tapi, ternyata kau masih menyimpan rasa untuk nya!” sambung Arion.Tersirat jelas kekecewaan yang kembali Arion rasakan, Elena kembali berbicara agar semakin tidak salah paham, “ Bukan itu maksud ku, dengarkan dulu penjelasan ku,” ucap Elena lagi.Arion diam dan menunggu Elena berbicara, “Tidakkah menurut mu berlebihan menurunkan jabatan Lucas, apalagi sampai mengasingkan nya?” seru Elena.Arion mengangguk-angguk paham, ia bahkan memalingkan wajahnya. Pria itu pikir Elena akan menjelaskan apa, ternyata hanya pembelaan untuk Lucas yang Arion dengar.Ia tersenyum menatap Elen
“Untuk apa mereka pergi ke kota Gotham?”Lucas mengikuti arah mobil Elena pergi, bahkan ia tahu dimana mereka berhenti. Tanpa Elena dan Vero tahu, Lucas memperhatikan dari jauh semua yang terjadi di rumah paman Vero.Setelah Elena dan Vero pergi, Lucas turun dari mobil dan berjalan ke arah rumah yang baru saja mereka kunjungi. Ia mengetuk pintu berkali-kali, hingga sang pemilik rumah keluar.Seorang pria paruh baya keluar, matanya memicing melihat siapa yang mengunjungi rumah nya, “Siapa kau? Aku tidak mengenal mu,” ucap nya ketus dan berniat menutup pintu kembali.Akan tetapi, dengan cepat Lucas menahan pintu dengan kaki panjangnya. Hal itu semakin membuat kesal pria di depannya, “Ada hubungan apa paman dengan dua wanita tadi?” tanya Lucas dengan suara rendah.Paman Vero memalingkan wajah tidak suka, ia bahkan berjalan pergi begitu saja meninggalkan Lucas. Melihat kesombongan yang di tunjukkan pria tua di depannya membuat Lucas kesal, ia mengepalkan kedua tangannya.Bugh!Dalam satu
Brak!Suara Elena menggebrak meja terdengar keras, ia bahkan menjadi pusat perhatian para pengunjung disana. Sementara Lucas, pria itu terlihat santai dan tidak peduli.“Aku bisa saja memberitahu mu, tapi... Jika aku memberitahu mu begitu saja. Kau akan memberikan apa untuk ku?” ucap Lucas dengan menatap Elena.Elena masih berdiri dengan menatap datar Lucas, “Aku akan memberikan apapun, yang jelas bukan diriku,” balas Elena yang disambut senyuman hangat Lucas.Lucas mengangguk-anggukan kepalanya sebelum berbicara, “ Mudah saja. Katakan pada Arion untuk mengembalikan jabatan ku, “ Ucap Lucas yang membuat Elena tercengang.Elena terdiam sejenak tanpa kata, sebelum akhirnya ia melangkah pergi meninggalkan Lucas. Keputusan untuk bertemu Lucas memanglah keputusan bodoh yang telah ia ambil.Baru dua langkah Elena meninggalkan Lucas, pria itu kembali berbicara yang membuat langkah nya kembali terhenti, “Aku akan menunggu jawaban dari mu,” seru Lucas penuh percaya diri. Satu bibirnya terang
“Jawab jujur!” tekan Elena.Bu Rah menjadi bingung harus berbicara apa, baru wanita paruh baya itu akan berbicara tiba-tiba saja ponsel Elena berdering dan tertera nama orang yang selalu menyulut emosinya.“Halo, untuk apa kau menelepon ku,” ucap Elena dengan ketus.Pria yang menelepon dirinya adalah Lucas. Keponakan sialan yang belum merasakan kekejamannya, Elena belum menuntaskan balas dendam nya. Wanita itu masih disibukkan dengan masalah lain, jangankan pemirsa yang kesal. Penulis yang menulis cerita ini pun kesal pada Elena.“Halo, Elena. Kau pasti merindukan ku, bukan?” tanya Lucas dengan bangga di balik telepon.Elena mendengus mendengar ucapan Lucas yang membuatnya mual, ia mengisyaratkan untuk Bu Rah agar kembali ke dapur saja.“Aku tidak merindukan mu, dan jangan hubungi aku lagi!” tegas Elena sebelum menutup sambungan telepon.“Kau yakin tidak mau berbicara dengan ku?” tanya Lucas.Elena tak peduli dan langsung mematikan sambungan telepon tersebut, ia juga mematikan ponseln