“ Pasien mengalami hipotensi! “Keadaan ruang operasi semakin menegang saat terjadi komplikasi bedah, pendarahan terjadi di area jantung yang membuat keadaan tidak stabil.Tim medis yang cekatan bekerja dua kali lebih keras, saat dokter anestesi mengatakan keadaan yang tidak stabil mereka semakin berpacu dengan waktu.“ Ambil suction dan klem! “ seru dokter bedah yang bertanggung jawab atas operasi itu.Mereka bergerak cepat, semakin banyak waktu yang berlalu semakin sempit waktu bagi mereka untuk melakukan tindakan.Di luar Elena menunggu dengan harap-harap cemas. Enam jam sudah berlalu, namun lampu tanda operasi berlangsung itu masih belum dimatikan.Tubuhnya sudah merasa lemas dan tak bisa menopang lagi. Pandangannya seketika kabur, samar-samar ia hanya mendengar suara orang memanggil namanya.“ Elena ... Elena, sadar. Elena ... “ Sayup-sayup suara itu mulai menghilang, ia juga bisa merasakan para tim medis yang berlarian keluar masuk.Akan tetapi, tak lama kemudian ia benar-benar
Setelah keputusan yang cukup berat, akhirnya Arion akan menjalani operasi reparatif untuk memperbaiki fungsi jantungnya.Beberapa hari Elena sudah berpikir, dan operasi ini perlu dilakukan. Meski resiko yang ditimbulkan bisa lebih berbahaya karena ini operasi kedua.Akan tetapi, ia yakin ini yang terbaik untuk suaminya. “ Sayang, kau harus kuat. “ seru Elena.Tangannya bergetar menggenggam tangan Arion yang tengah terbaring menunggu jadwal operasi.Mata Elena bahkan berkaca-kaca. Membuat Arion mengulurkan satu tangannya mengusap kepala sang istri.“ Kau jangan menangis, aku akan baik-baik saja. “ ucap Arion yang terdengar menyesakkan di telinga Elena.Berkali-kali Elena menyemangati dirinya, namun berkali-kali juga hatinya merasa sedih dan tak kuat.“ Aku tidak ingin melihat kau menangis. “ lirih Arion yang malah membuat air mata Elena mengalir deras.Ia tak kuasa lagi menahan tangisnya, kesedihan yang mendalam begitu memporak-porandakan jiwanya.Tubuh mungilnya memeluk tubuh kekar Ar
“ Tolong keduanya senyum. Oke, satu ... dua, tiga! “ seru seorang fotografer sambil memperbaiki arah kamera.Cekrek!Dalam satu pengambilan gambar itu selesai dilakukan. Pemberkatan sudah mereka lakukan dengan cepat dan singkat, tidak ada gaun mewah ataupun acara yang megah.Pembuatan akta nikah di kantor catatan sipil itu pun berlalu begitu saja. Bukan pernikahan mewah, hanya pernikahan sederhana agar di akui oleh agama dan negara.Azalea duduk di dalam mobil dengan perasaan berkecamuk. Ingin menangis, marah, merasa bingung semuanya menjadi satu.Ia melihat pria yang baru saja menjadi suaminya itu tengah berdiri tak jauh dari sana, mengobrol bersama Vero dan Jeff.“ Terimakasih untuk waktu kalian. Maaf, aku mengganggu hari libur kalian. “ ucap Noah begitu berterimakasih.Vero membalas dengan senyuman dan ucapan selamat. “ Tidak apa. Aku ucapkan selamat untuk pernikahan kalian. “ ucap Vero penuh ketulusan.Ia tahu, Jeff ingin berbicara hanya dengan Noah. Vero berinisiatif pergi dari s
“ Noah ... “Mata Azalea berkaca-kaca, menatap haru pada pria yang berdiri di hadapannya saat ini. Kehadiran Noah bagaikan oasis di tengah gurun pasir yang gersang. Memberikannya sebuah harapan baru, harapan untuk bertahan dan bernapas dengan bebas lagi.“ Ayo keluar. “ ucap Noah dengan datar, tanpa menatap Azalea sedikit pun.Sore ini, akhirnya Azalea keluar dari neraka dunia yang disediakan negara. Ia menarik napasnya dalam-dalam dan menghembuskan perlahan, seakan ini adalah awal bahagianya.Tapi, sekali lagi Azalea lupa. Hukum karma itu nyata, ia tidak berpikir ini adalah awal mula dari kesengsaraan yang sebenarnya.Saat melihat Vero berdiri di depan gedung tahanan itu, alis Azalea bertaut dengan mata memicing. “ Vero, kenapa ada di sini? “ tanya Azalea seraya menoleh pada Noah.“ Cih ... “ decak sebal itu terdengar dari mulut Vero. Jelas ia tak suka saat harus mengurus surat-surat itu dengan cepat, apalagi ini menyangkut Azalea.“ Hidupmu terlalu beruntung, Azalea! “ sinis Vero y
Drettd ... Drettd!Getar ponsel di atas meja mengejutkan Vero yang tengah tertidur di lantai, akhir pekan yang indah ini ia habiskan dengan tidur sepanjang hari. “ Astaga, jangan bilang ini Elena. “ gerutu Vero.Tangannya meraba-raba meja tanpa berniat untuk bangun. Setelah menekan tombol hijau itu, ia mendekatkan ponselnya ke telinga. “ Ada apa, El? “ Di seberang sana Elena berbicara dan menjelaskan apa tujuannya mengganggu hari libur wanita itu.Vero yang masih dalam keadaan mengantuk seketika langsung duduk dengan tegap, ia merasa pendengarannya bermasalah. “ Apa yang kau katakan, melepaskan Azalea? Maksud mu apa! “Ia benar-benar tidak paham dengan maksud perkataan Elena, setelah perjuangan panjang itu kini Elena akan melepaskan Azalea begitu saja?Itu terdengar seperti lelucon dan tidak masuk akal. “ Iya, iya baiklah. Aku ke sana sekarang. “ ucap Vero pada akhirnya. Telepon berakhir, Vero segera bersiap pergi ke tempat tujuan untuk melakukan apa yang Elena minta.Elena yang bar
“ Penjara pinggiran kota? “Wajah Noah menunjukkan ketidak percayaan, ada sedikit rasa lega dalam hatinya membuat ia terdiam.Melihat reaksi Noah yang demikian, Elena meragukan balas dendam pria itu. “ Kau sudah merasa kasihan? Balas dendam mu tidak jadi? “ tanya Elena dengan menantang.Noah menggelengkan kepalanya sebelum menjawab. “ Tidak, aku merasa lega karena sebelum aku bertindak dia sudah tersiksa. “ Jawaban Noah kembali meyakinkan Elena. Namun, yang membuatnya bertanya bagaimana bisa Azalea berada di penjara pinggiran kota.“ Bagaimana dia bisa di sana? “ tanya Noah dengan alis bertaut.Elena mengangkat kedua bahunya, memang dirinya tidak tahu. “ Pihak kepolisian mengatakan dia beberapa kali mencoba bunuh diri. “ seru Elena.Elena belum melihat lagi keadaan Azalea sejak satu minggu yang lalu. Kabar yang ia dengar memang mengatakan bahwa Azalea sudah berulang kali mencoba melakukan tindakan bunuh diri.“ Kapan kau akan kesana? “ tanya Elena.“ Hari ini. Aku ingin kau menarik s