“Elena? Apa dia adalah Elena kekasih kakak dulu?” Saat Lucas hendak pergi dari kediaman sang kakek, Lovi menghentikan langkah pria tampan berotak licik itu.Lucas mengangguk mantap, membuat Lovi langsung menutup mulutnya dengan kedua tangannya.Lovi menatap tak percaya pada Lucas, “Kau serius, Kak?” tanya Lovi masih tidak percaya.“Untuk apa aku membohongimu?”Lovi masih meyakinkan kepala tidak percaya, hubungan Lovi dan Lucas memang cukup dekat dan pria itu sering banyak bercerita padanya.Sebelumnya Lucas pernah mengatakan bahwa ia memiliki seorang kekasih bernama Elena di Lovi, tapi pria itu tidak menunjukkan sama sekali wajah Elena seperti apa atau mengajak Lovi bertemu dengan Elena.“Lalu, bagaimana dia bisa menjadi bibi kita?” Lucas memasukan kedua tangannya ke dalam saku celana, menyandarkan punggung pada body mobil, “Kau tau sifat wanita kan?”“Dia menggoda paman Arion?” tebakan Lovi dan diangguki oleh Lucas.Lovi yang catatannya memang membenci Elena karena ia yang mencinta
"Paman Arion!"Lovi merentangkan tangan nya melihat Arion yang berlari ke arah nya, ia begitu senang saat melihat Arion.Arion berlari dengan bunga dan sebuah kotak kecil berisi kue, ia tersenyum senang saat melihat Elena."Aku merindukan mu," ucap Arion.Arion memeluk erat tubuh kecil sang istri, Elena membalas pelukan hangat itu. Pelukan rindu yang terasa menggebu itu akhirnya tersalurkan juga."Aku juga merindukan mu,"Lovi yang melihat itu mengepalkan tangan, ia tidak tahu bahwa Elena berdiri tak jauh di belakang dirinya.Elena tersenyum saat melihat Lovi yang menahan amarah, "Dimana Papa?" tanya Arion yang menyadarkan Elena."Papa sedang keluar, mungkin sebentar lagi akan pulang," jawab Elena."Wah, mawar putih. Darimana kau tahu ini bunga yang ku sukai?" Elena begitu senang saat Arion memberikan hal-hal kecil seperti bunga, pria itu benar-benar tahu cara memanjakan seorang wanita."Tentu, aku tahu apa yang gadisku sukai," sahut Arion.Pria berahang tegas dengan wajah kaku itu la
“Argh! Apa saja yang mereka lakukan di sana!”Lovi mengacak rambut dengan kesal, sejak siang tadi Elena dan Arion tak keluar kamar hingga kini sudah hampir waktu makan malam tiba.“Kau ingin menginap disini?” tanya Arion.Beberapa saat yang lalu, Elena mengatakan tidak ingin pulang, “Aku ingin menginap di sini,” tutur Elena.Mendengar pertanyaan Arion, Elena mengangguk meyakinkan, “Iya, apa kau tidak merindukan Papa,” jawab Elena dengan manja.“Iya ya, baiklah. Aku turun lebih dulu,” sahut Arion.Sedikit aneh saat mendengar kata merindukan. Sebelum menikah dan masih satu atap dengan sang Ayah, Arion bahkan sangat jarang bertegur sapa. Mereka sibuk dengan kesibukan masing-masing.Saat Arion akan menarik kursi untuk duduk, ia baru menyadari kehadiran seseorang, “Lovi?”Lovi yang sedang ikut membantu menyiapkan makanan menoleh saat mendengar suara Arion, “Paman,” sahut Lovi.Gadis itu menghampiri dengan senang, ia berlari menghambur ke pelukan sang pama, “Paman aku merindukan mu,” seru L
"Arion? Kalian menginap?"Tuan Damian yang sedang menikmati secangkir kopi di pagi hari mengerutkan kening saat melihat Arion yang turun dengan pakaian yang sudah rapi.Arion mengangguk dan ikut duduk di samping sang ayah, "Iya, Pah. Semalam Elena meminta untuk menginap," jawab Arion."Pukul berapa papa pulang?" sambung Arion yang bertanya sebab tidak melihat sang ayah pulang semalam.Tuan Damian meletakan kembali cangkir kopi itu di tatakan, "Pukul sepuluh," jawab nya singkat.Pria yang sudah tak lagi muda itu menatap ke arah putra bungsunya dengan seksama, ada rasa khawatir yang terpancar jelas dalam pandangan nya."Kemana kau beberapa hari sebelumnya? Apa kau benar-benar pergi perjalanan bisnis?" tanya Tuan Damian yang membuat gerakan tangan Arion terhenti.Arion menyimpan sepotong roti di piring, menoleh sebentar pada sang ayah dan kembali melanjutkan kegiatan nya mengambil selai."Aku di rumah sakit, Pah," jawab Arion.Arion mulai memakan sarapan nya, menjeda sejenak ucapan sebel
Pagi yang cerah dengan sinar mentari yang menghangatkan menandakan semangat baru di pagi yang indah ini.Elena menatap Arion yang ada di sampingnya, "Ada yang kau sembunyikan dari ku?" tanya Elena mengintimidasi.Arion yang sedang fokus menyetir menoleh sebentar pada sang istri dan tersenyum, "Tidak ada, apa yang bisa ku sembunyikan dari mu," jawab Arion santai.Elena memiringkan posisi duduk, memicing menatap Arion, "Kau yakin?""Aku yakin, honey," seru Arion diakhiri dengan kecupan manis di dahi Elena. Mereka sudah tiba di depan gedung grup Mauren beberapa saat yang lalu."Baiklah aku masuk dulu, hati-hati di jalan," seru Elena, meninggalkan kecupan manis juga di bibir sang suami sebelum turun."Oke, nanti Jeff akan mengantar mobil mu,""Oke,"Elena menutup pintu mobil dan melambaikan tangan sebelum mobil Arion pergi. Setelah melihat mobil Arion pergi, Elena lekas berjalan masuk."Pagi Bu Elena!" sapa orang-orang yang melewati Elena.Elena membalas sapaan mereka dengan senyuman, ia
“Eh, apa Elena kembali gila seperti dulu?” batin Vero yang bertanya-tanya.Sebagai orang yang paling dekat dengan Elena, Vero tahu semua kegilaan wanita itu. Bahkan saat pertama kali Vero menjadi asisten Elena, wanita lajang itu merasa bos nya agak tidak waras apalagi jika menyangkut Azalea dan Lucas.Contohnya saat Elena yang mengatakan dengan terang-terangan padanya ia berhubungan dengan Lucas padahal sudah di jodohkan dengan Arion.“Kau berpacaran dengan Lucas?” tanya Vero tak percaya.Wanita yang usianya jauh lebih muda darinya ini memang masih labil, tapi tidak masuk akal bagi Vero yang sudah berpikiran dewasa.“El, Lucas itu keponakan tunangan mu. Apa kau bersungguh-sungguh?” tanya nya lagi masih tak percaya ketika itu.“Aku mencintai Lucas, Kak. Bagaimana aku bisa bersama Arion?” jawab polos Elena.Vero menepuk jidatnya, “Astaga, apa yang kau tahu soal cinta. Tinggalkan Lucas, tunangan mu Arion!” seru Vero yang berusaha menyadarkan Elena.Elena melipat kedua tangan di depan dad
“Lovi?” Elena merasa heran saat mendengar dari sekertaris nya bahwa gadis bernama Lovi ada di meja resepsionis saat ini.“Benar, Nona. Baru saja resepsionis menelpon dan ada gadis yang bernama Loviana ingin menemui anda,” ucap sang sekertaris.Elena tidak tahu maksud tujuan Lovi datang ke kantor, ia melirik arloji yang melingkar di tangannya, “Sebentar lagi waktu makan siang,” gumam Elena.Elena kembali menatap sekertaris nya, ia memerintahkan sekertaris nya agar menjemput Lovi, “Kau turun dan jemput dia kemari,” ucap Elena.Sekertaris itu mengangguk sopan sebelum keluar, “Baik, Nona,”Sang sekertaris turun untuk menjemput Lovi, saat bertemu dengan gadis itu ia mengajak nya untuk naik ke lantai atas, “Mari, Nona. Ikuti saya,”Lovi mengangguk dan mengikuti sekertaris itu, saat tiba di sana ia dipersilahkan masuk.“Waw, bibi Elena ternyata benar-benar wanita karir,” batin Lovi yang menatap kagum pada Elena.Elena yang menyadari kehadiran Lovi segera menyambut dan mempersilahkan duduk,
Bab 76"Boleh, selama liburan ini kau boleh belajar dariku. Tapi--,"Elena mengiyakan saat Lovi meminta dirinya untuk mengajari hal-hal yang ada di perusahaan. Ia tidak keberatan, karena gadis itu hanya harus memperhatikan dirinya sendiri.Tok! Tok! Tok!Baru pintu tersebut di ketuk, Vero sudah masuk tanpa menunggu perintah Elena untuk masuk, "Nona, ada yang perlu saya bicarakan!" seru Vero.Suaranya terdengar tegas dan penuh dengan penekanan, Vero menunjukkan wajah yang begitu serius.Elena menghampiri Vero dan sedikit menjauh dari Lovi, "Ada apa?"“Pria yang saat itu kabur, sepertinya di antara kita ada bagian dari adikmu atau Lucas,” ucap Vero dengan serius.Elena tampak berpikir sejenak, sebelum kembali melanjutkan ucapannya, "Baiklah, kita kesampingkan dulu masalah itu. Bagaimana dengan penelusuranmu tentang ibuku?" tanya Elena.Raut wajah wanita muda itu tampak serius, “Ibumu,”Suara Vero terdengar tertahan, wanita lajang itu mengutarakan dengan mengulangi yang sulit di artikan,
“Oh jadi sekarang kau tinggal bersama Jeff?”Vio mengangguk membenarkan ucapan Elena. Saat ini Elena tengah berjalan menuju ruangannya, diikuti dari Vio di belakang, “Kau tidak mengatakan bahwa Jeff kakak mu,”“Menurut saya itu tidak terlalu penting, Nona. Tidak ada hubungannya dengan pekerjaan saya,” Jelas Vio yang dibalas anggukan kepala oleh Elena.Pintu ruangan terbuka, ternyata di sana sudah ada Vero yang duduk dengan setumpuk berkas di tangannya. Vero bangun dari duduknya dan menyapa Elena, “Selamat pagi, Nona,”Ingat, hanya Elena yang Vero sapa. Ia tak memperdulikan Vio yang juga berdiri di sana. Elena terkekeh geli melihat nya, “Hey, dia calon adik ipar mu,”Vio terkejut mendengarnya, tapi wajahnya tetap menunjukkan ekspresi datar seperti biasanya. Sedangkan Vero merasa malu saat Elena mengatakan itu, tapi ia berpura-pura tak peduli.Setelah Vio pergi dari sana, baru Vero mendekat lagi. Ia memicing menatap Elena dengan tajam, “ Kau datang bersama Vio? Kenapa tak menelpon ku, k
Pagi yang cerah menyapa, mentari hangat bersinar dan mulai menggantikan malam yang dingin. Elena sudah bersiap dan mematut diri di depan cermin.Elena berjalan menuruni tangga untuk sarapan, saat tiba di sana ternyata Arion sudah duduk menunggu nya. Ia segera duduk di samping Arion berada, tak menyapa bahkan tak menoleh pada suaminya.Arion yang merasa bersalah berinisiatif untuk meminta maaf lebih dulu, ia memilih untuk menyapa Elena, “Pagi, El,”Tangan Elena segera membalik piring di depannya, ia hanya membalas sapaan pagi Arion tapi tak berniat untuk berbicara lebih jauh, “Pagi, juga,”Hanya terdengar suara deting sendok yang beradu dengan piring. Arion meraih tangan Elena, mencoba untuk meminta maaf.Tapi, Elena kembali menarik tangannya dan segera menyelesaikan sarapannya, “Aku selesai,”Elena bangkit dari duduknya, tetapi Arion menariknya lagi untuk duduk. Seketika Elena langsung menatap Arion, dengan tatapan datar.“Apa? Aku harus segera berangkat,” ucap Elena yang berusaha mel
“Arion,”Elena segera turun dari mobil, ia bahkan setengah berlari menghampiri suaminya. Tubuhnya sudah terasa begitu panas dan ada gelenyar aneh yang ia rasakan.Arion melihat ada yang berbeda dengan Elena, bahkan ia melihat jelas pakaian istrinya yang sedikit terbuka, “El, kau kenapa? Ada apa dengan dirimu?” tanya Arion.Napas Elena terengah-engah, ia segera memegangi wajah Arion dengan kedua tangannya, “Arion, tubuhku panas! Tolong aku,” seru Elena.Air mata keluar dari sudut matanya, ia menarik wajah Arion dan segera menempelkan bibirnya dengan bibir sang suami.Arion terdiam, sementara Elena dengan begitu ganas dan agresif menciumi bibir sang suami. Ia perlu melepaskan sesuatu yang tertahan dalam tubuhnya.Para penjaga yang ada di sana memalingkan wajahnya, Arion yang merasakan tubuh Elena panas mulai sadar bahwa Elena telah mengkonsumsi obat perangsang.Arion menarik diri menjauhkan Elena, “El, kau dalam pengaruh obat,” seru Arion.“Tolong aku,” pinta Elena dengan memohon.Elena
“Bangun, Sayang,” suara lembut Lucas terdengar jelas di pendengaran Elena.Elena mulai terusik karena belaian tangan Lucas di wajahnya, ia mulai membuka matanya, “Lucas...” ucap Elena pelan.“Hmm,”Elena bangun dan menepis tangan Lucas, ia memegangi kepalanya yang terasa berat saat mencoba duduk. Sementara itu, Lucas dengan sengaja memeluk dan menyandarkan kepalanya di pundak Elena.“Lepaskan aku!” seru Elena. Ia melihat sekeliling dan menyadari berada di atas tempat tidur bersama Lucas.Pandangan Elena menyadari bahwa ini adalah kamar Lucas di apartemennya, ia sangat familier dengan tempat tersebut.“Sayang, kau masih merasakan sakit? Ini, minumlah dulu,” tawar Lucas sambil menyodorkan segelas air putih.Elena yang masih merasa berat di kepalanya memilih untuk meminum air itu tanpa rasa curiga, ia menggelengkan kepala beberapa kali setelah minum.Ia bangun dan turun saat merasa lebih baik, “Kau gila, Lucas! Kau sakit jiwa!” pekik Elena penuh emosi.Tatapannya begitu menusuk dan tajam
“Aku duluan,”“Iya, hati-hati, El. Dan terimakasih,”Elena masuk ke dalam mobil, mulai menyalakan mesin mobil dan melaju di jalanan. Jalanan teduh dengan sinar matahari yang berwarna jingga memancar di sepanjang jalan kota.Semilir angin menerpa wajah Elena dan menerbangkan helaian rambutnya, ia sengaja membuka jendela disampingnya dan membiarkan angin itu masuk menerpa wajahnya. Udara cukup bersih, karena keadaan sore itu masih sepi tidak banyak kendaraan yang berlalu-lalang. Beberapa kali Elena menghembuskan napas nya dengan bebas, “Huhhh, pegal sekali tubuhku,” ucap Elena.Seharian penuh dirinya duduk di depan meja kerja tentu membuat tubuhnya pegal, ia sudah membayangkan betapa nyamannya tempat tidur yang ada di rumah.Ciiitttt!Saat Elena tengah berkendara dengan nyaman, tiba-tiba sebuah mobil hitam di depannya menghadang membuat Elena segera menginjak rem. Hampir saja Elena menabrak mobil di depannya.Elena mendongakkan kepalanya untuk melihat mobil siapa di depannya ini, “Asta
"Apa? Kenapa kau terlihat panik, tenanglah,”Saat Elena tiba di ruangannya, tak lama Vero datang dengan tergesa-gesa. Wajahnya sudah penuh dengan air mata yang mengering, bahkan mata wanita itu terlihat memerah.“Paman ku. Dia hilang, El,” seru Vero dengan Isak tangisnya.“Hey, hey, tenang dulu. Bagaimana bisa hilang? Kau tahu dari siapa?” tanya Elena yang juga bingung.Di tengah kebingungan mereka, tiba-tiba saja ponsel Elena berdering. Nama Lucas tertera di layar ponselnya, ternyata itu panggilan video. Elena menggeser tombol hijau tersebut, yang membuat panggilan langsung tersambung.Saat tersambung, Elena dan Vero di buat terbelalak. Melihat pemandangan di tempat Lucas berada tentu membuat mereka terkejut, bagaimana tidak. Lucas kini tengah berada di ujung jurang.Pria itu tersenyum dengan bangga, dan mengarahkan ponselnya ke arah lain, “Elena sayang, lihatlah siapa yang bersama ku,” ucap Lucas sambil tersenyum.Mata Elena semakin membola, “Paman!” seru Elena bersamaan dengan Vero
“Arion, Sayang tunggu! Tunggu aku, dengarkan penjelasan ku,”Arion menghentikan langkahnya, menatap datar ke pada Elena yang meraih tangannya. Dadanya terlihat naik-turun dengan ekspresi tidak suka.Ia bahkan menghempaskan genggaman tangan Elena, “ Ku kira kau benar-benar sudah melupakan Lucas,” ucap Arion.Elena terdiam mendengar ucapan Arion dan suara tenang suaminya, saat ia akan berucap Arion kembali menyela, “ Tapi, ternyata kau masih menyimpan rasa untuk nya!” sambung Arion.Tersirat jelas kekecewaan yang kembali Arion rasakan, Elena kembali berbicara agar semakin tidak salah paham, “ Bukan itu maksud ku, dengarkan dulu penjelasan ku,” ucap Elena lagi.Arion diam dan menunggu Elena berbicara, “Tidakkah menurut mu berlebihan menurunkan jabatan Lucas, apalagi sampai mengasingkan nya?” seru Elena.Arion mengangguk-angguk paham, ia bahkan memalingkan wajahnya. Pria itu pikir Elena akan menjelaskan apa, ternyata hanya pembelaan untuk Lucas yang Arion dengar.Ia tersenyum menatap Elen
“Untuk apa mereka pergi ke kota Gotham?”Lucas mengikuti arah mobil Elena pergi, bahkan ia tahu dimana mereka berhenti. Tanpa Elena dan Vero tahu, Lucas memperhatikan dari jauh semua yang terjadi di rumah paman Vero.Setelah Elena dan Vero pergi, Lucas turun dari mobil dan berjalan ke arah rumah yang baru saja mereka kunjungi. Ia mengetuk pintu berkali-kali, hingga sang pemilik rumah keluar.Seorang pria paruh baya keluar, matanya memicing melihat siapa yang mengunjungi rumah nya, “Siapa kau? Aku tidak mengenal mu,” ucap nya ketus dan berniat menutup pintu kembali.Akan tetapi, dengan cepat Lucas menahan pintu dengan kaki panjangnya. Hal itu semakin membuat kesal pria di depannya, “Ada hubungan apa paman dengan dua wanita tadi?” tanya Lucas dengan suara rendah.Paman Vero memalingkan wajah tidak suka, ia bahkan berjalan pergi begitu saja meninggalkan Lucas. Melihat kesombongan yang di tunjukkan pria tua di depannya membuat Lucas kesal, ia mengepalkan kedua tangannya.Bugh!Dalam satu
Brak!Suara Elena menggebrak meja terdengar keras, ia bahkan menjadi pusat perhatian para pengunjung disana. Sementara Lucas, pria itu terlihat santai dan tidak peduli.“Aku bisa saja memberitahu mu, tapi... Jika aku memberitahu mu begitu saja. Kau akan memberikan apa untuk ku?” ucap Lucas dengan menatap Elena.Elena masih berdiri dengan menatap datar Lucas, “Aku akan memberikan apapun, yang jelas bukan diriku,” balas Elena yang disambut senyuman hangat Lucas.Lucas mengangguk-anggukan kepalanya sebelum berbicara, “ Mudah saja. Katakan pada Arion untuk mengembalikan jabatan ku, “ Ucap Lucas yang membuat Elena tercengang.Elena terdiam sejenak tanpa kata, sebelum akhirnya ia melangkah pergi meninggalkan Lucas. Keputusan untuk bertemu Lucas memanglah keputusan bodoh yang telah ia ambil.Baru dua langkah Elena meninggalkan Lucas, pria itu kembali berbicara yang membuat langkah nya kembali terhenti, “Aku akan menunggu jawaban dari mu,” seru Lucas penuh percaya diri. Satu bibirnya terang