“Lovi?” Elena merasa heran saat mendengar dari sekertaris nya bahwa gadis bernama Lovi ada di meja resepsionis saat ini.“Benar, Nona. Baru saja resepsionis menelpon dan ada gadis yang bernama Loviana ingin menemui anda,” ucap sang sekertaris.Elena tidak tahu maksud tujuan Lovi datang ke kantor, ia melirik arloji yang melingkar di tangannya, “Sebentar lagi waktu makan siang,” gumam Elena.Elena kembali menatap sekertaris nya, ia memerintahkan sekertaris nya agar menjemput Lovi, “Kau turun dan jemput dia kemari,” ucap Elena.Sekertaris itu mengangguk sopan sebelum keluar, “Baik, Nona,”Sang sekertaris turun untuk menjemput Lovi, saat bertemu dengan gadis itu ia mengajak nya untuk naik ke lantai atas, “Mari, Nona. Ikuti saya,”Lovi mengangguk dan mengikuti sekertaris itu, saat tiba di sana ia dipersilahkan masuk.“Waw, bibi Elena ternyata benar-benar wanita karir,” batin Lovi yang menatap kagum pada Elena.Elena yang menyadari kehadiran Lovi segera menyambut dan mempersilahkan duduk,
Bab 76"Boleh, selama liburan ini kau boleh belajar dariku. Tapi--,"Elena mengiyakan saat Lovi meminta dirinya untuk mengajari hal-hal yang ada di perusahaan. Ia tidak keberatan, karena gadis itu hanya harus memperhatikan dirinya sendiri.Tok! Tok! Tok!Baru pintu tersebut di ketuk, Vero sudah masuk tanpa menunggu perintah Elena untuk masuk, "Nona, ada yang perlu saya bicarakan!" seru Vero.Suaranya terdengar tegas dan penuh dengan penekanan, Vero menunjukkan wajah yang begitu serius.Elena menghampiri Vero dan sedikit menjauh dari Lovi, "Ada apa?"“Pria yang saat itu kabur, sepertinya di antara kita ada bagian dari adikmu atau Lucas,” ucap Vero dengan serius.Elena tampak berpikir sejenak, sebelum kembali melanjutkan ucapannya, "Baiklah, kita kesampingkan dulu masalah itu. Bagaimana dengan penelusuranmu tentang ibuku?" tanya Elena.Raut wajah wanita muda itu tampak serius, “Ibumu,”Suara Vero terdengar tertahan, wanita lajang itu mengutarakan dengan mengulangi yang sulit di artikan,
"Elena, aku pulang sayang!" teriak Arion.Wajah pria berahang tegas itu nampak sumringah dengan senyuman yang tak hilang dalam ekspresi nya.Bu Rah yang mendengar teriakan majikannya segera datang menghampiri."Maaf, Tuan. Nyonya tidak di rumah," seru Bu Rah.Wanita tua itu menundukkan kepala nya di hadapan Arion, ia sudah menduga apa yang akan Arion lakukan dan membuat dirinya ketakutan."Apa maksud mu?" ucap Arion mengintimidasi.Kini wajah pria itu kembali seperti semula, tatapan nya tajam menuntut jawaban dari kepala pelayan yang berdiri di hadapannya."Tadi siang Nyonya pulang, Tuan. Akan tetapi, beberapa saat kemudian Nyonya pergi lagi," ucap Bu Rah pelan."Sialan!" umpat Arion.Ia kembali meraih jas dan kunci mobil nya, belum sempat dirinya duduk Arion kembali pergi, "Kabari aku jika istri ku pulang!" seru Arion sebelum pergi."Baik, Tuan,"Di tengah jalanan kota yang gelap oleh malam Arion terus berkendara di antara keramaian lalu lalang kendaraan yang menerangi jalanan.Tujua
"Argh!" teriak Elena.Wanita muda itu masih berada di dalam mobil, rambutnya sudah berantakan dengan mata yang sembab."Apa dosaku tuhan!" teriak nya lagi.Elena menyandarkan punggungnya dengan bahu bergetar, ia masih menangis dan belum bisa menerima kenyataan.Setelah beberapa saat merasa tenang, Elena mengusap sisa air mata secara kasar. Ia melajukan kembali mobilnya ke suatu tempat.Saat ini Elena benar-benar ingin menenangkan pikiran nya."Dia bukan ibumu," perkataan Vero terus terngiang-ngiang di benak Elena bagaikan sebuah rekaman yang terus diputar secara berulang.Dari padatnya jalanan kota, Elena mengemudi ke jalan yang cukup sepi oleh kendaraan dan berhenti di sebuah danau yang sedikit pengunjung.Elena duduk di atas rumput hijau yang sedikit basah, menatap ke arah danau yang memperlihatkan pantulan matahari yang akan terbenam.Masih sedikit terik, tapi cukup teduh untuk dirinya menikmati pemandangan dan menenangkan diri."Kemana aku selama ini, apa aku terlalu sibuk dengan
"Ada yang salah dengan nama ku?" Elena sedikit kesal saat melihat Noah seorang dokter yang baru berkenalan dengan nya itu menatap aneh padanya."Ck. Wanita pengkhianat itu juga bernama Elena," decak Noah sebal.Sudut bibir Elena sedikit terangkat, ia tidak menyangka wanita yang sejak tadi pria itu bicarakan memiliki nama yang sama dengan nya, "Jika Elena itu pengkhianat maka Elena yang ada di samping mu ini selalu dikhianati," ucap Elena.Wanita muda itu terkekeh menertawakan dirinya sendiri. Mengingat beberapa kali ia sering dikhianati.Noah tertegun mendengar penuturan Elena, "Waw, benarkah? Ternyata nama yang sama belum tentu memiliki kepribadian sama,""Tentu saja, pria macam apa kau ini menyamaratakan wanita," balas Elena dengan gelengan kepala."Jadi kau menangis karena dikhianati suami mu atau sejenisnya?" tanya Noah penasaran."Tidak, ini bukan masalah rumah tangga ku," sanggah Elena."Lalu mengapa menangis disini, bukan kah lebih baik kau menangis di pelukan suami mu?""Aku
“Kau bertengkar dengan Arion, hmm?” tanya Nyonya Lia setelah keadaan Elena membaik.Elena menggeleng pelan, satu alis Nyonya Lia terangkat menatap sang putri yang nampak begitu sedih.Elena menarik napas dalam sebelum berbicara, ia menetralkan kembali suaranya yang sedikit serak, “Aku hanya merindukan mama,” ucap Elena.Nyonya Lia geleng-geleng kepala mendengar jawaban Elena, “Kau ini, baru kemarin kita bertemu apa kau sudah rindu lagi?” Elena mengangguk cepat menjawab pertanyaan Nyonya Lia, “Iya, entah mengapa aku begitu merindukan mama,”Nyonya Lia kembali merentangkan kedua tangannya, Elena kembali memeluk tubuh wanita di depannya ini.Wanita yang sudah tak lagi muda itu mengusap punggung sang putri, senyum manis nya sejenak berubah menjadi senyum penuh kekesalan.“Aku sudah tidak bisa mengendalikan mu, jangan salahkan aku jika aku memihak adikmu,” batin Nyonya Lia.Hari yang sudah sore dan tak terasa malam pun menyapa dengan cepat, Elena baru menyadari dirinya belum mengabari san
"Kenapa? Apa kau marah padaku?" Arion membalas pesan yang baru saja Elena kirimkan beberapa detik yang lalu sebelum wanita muda itu kembali menghilang."Kau baik-baik saja?" lagi Arion mengirimi Elena pesan meskipun nomor ponsel wanita itu tidak aktif sama sekali.Sambil mengemudi di jalanan kota yang padat, Arion masih menunggu balasan Elena yang tak kunjung datang."Argh!" geram Arion.Pria berahang tegas dengan wajah kaku itu mengeram kesal, tak lama ia mendapatkan alamat rumah Vero dari Jeff.Segera ia melajukan mobilnya menuju apartemen tempat dimana Vero tinggal. Sesampainya di sana, Arion langsung menekan bell dan tak menunggu lama Vero keluar membukakan pintu."Tuan Arion?" gumam Vero yang bingung melihat kehadiran Arion dengan keadaan yang acak-acakan."Selamat malam, Tuan. Ada yang bisa saya bantu?" sapa Vero dengan sopan.Arion menatap datar wanita lajang di hadapannya, wanita itu satu generasi dengan nya tapi memiliki pemikiran yang lebih dewasa dari nya.Arion langsung m
"Hagh! Asisten itu terlalu menyebalkan dan mengganggu ku. Jika bukan karena Arion sudah aku singkirkan dia," keluh Tuan Miller.Pria tua itu membuka pintu ruang kerja nya yang gelap, berjalan ke arah stopkontak untuk menyalakan lampu.Lampu menyala, membuat ruangan besar itu menjadi terang. Tuan Miller duduk di kursi tempat dimana ia mengerjakan pekerjaan kantor.Menyalakan layar monitor di hadapannya, "Dia membuat ku bekerja lebih lama. Cih, dia pikir grup Mauren miliknya, " seru Tuan Miller dengan kesal.Ya, tanpa orang-orang ketahui. Kini sebagian besar saham milik grup Mauren berada di tangan Arion, hal tersebut terjadi tentu karena kesalahan Tuan Miller sendiri.Bruk!Sebuah buku jatuh dari rak nya, Tuan Miller hanya melirik sekilas tanpa peduli untuk membenarkan nya, "Astaga, aku hampir ketahuan," batin Elena.Beberapa saat yang lalu Elena masuk ke ruang kerja sang ayah dengan mengendap-endap. Kebiasaan sang ayah yang tak pernah mengunci ruangan tersebut memudahkan Elena untuk m
“Aku duluan,”“Iya, hati-hati, El. Dan terimakasih,”Elena masuk ke dalam mobil, mulai menyalakan mesin mobil dan melaju di jalanan. Jalanan teduh dengan sinar matahari yang berwarna jingga memancar di sepanjang jalan kota.Semilir angin menerpa wajah Elena dan menerbangkan helaian rambutnya, ia sengaja membuka jendela disampingnya dan membiarkan angin itu masuk menerpa wajahnya. Udara cukup bersih, karena keadaan sore itu masih sepi tidak banyak kendaraan yang berlalu-lalang. Beberapa kali Elena menghembuskan napas nya dengan bebas, “Huhhh, pegal sekali tubuhku,” ucap Elena.Seharian penuh dirinya duduk di depan meja kerja tentu membuat tubuhnya pegal, ia sudah membayangkan betapa nyamannya tempat tidur yang ada di rumah.Ciiitttt!Saat Elena tengah berkendara dengan nyaman, tiba-tiba sebuah mobil hitam di depannya menghadang membuat Elena segera menginjak rem. Hampir saja Elena menabrak mobil di depannya.Elena mendongakkan kepalanya untuk melihat mobil siapa di depannya ini, “Asta
"Apa? Kenapa kau terlihat panik, tenanglah,”Saat Elena tiba di ruangannya, tak lama Vero datang dengan tergesa-gesa. Wajahnya sudah penuh dengan air mata yang mengering, bahkan mata wanita itu terlihat memerah.“Paman ku. Dia hilang, El,” seru Vero dengan Isak tangisnya.“Hey, hey, tenang dulu. Bagaimana bisa hilang? Kau tahu dari siapa?” tanya Elena yang juga bingung.Di tengah kebingungan mereka, tiba-tiba saja ponsel Elena berdering. Nama Lucas tertera di layar ponselnya, ternyata itu panggilan video. Elena menggeser tombol hijau tersebut, yang membuat panggilan langsung tersambung.Saat tersambung, Elena dan Vero di buat terbelalak. Melihat pemandangan di tempat Lucas berada tentu membuat mereka terkejut, bagaimana tidak. Lucas kini tengah berada di ujung jurang.Pria itu tersenyum dengan bangga, dan mengarahkan ponselnya ke arah lain, “Elena sayang, lihatlah siapa yang bersama ku,” ucap Lucas sambil tersenyum.Mata Elena semakin membola, “Paman!” seru Elena bersamaan dengan Vero
“Arion, Sayang tunggu! Tunggu aku, dengarkan penjelasan ku,”Arion menghentikan langkahnya, menatap datar ke pada Elena yang meraih tangannya. Dadanya terlihat naik-turun dengan ekspresi tidak suka.Ia bahkan menghempaskan genggaman tangan Elena, “ Ku kira kau benar-benar sudah melupakan Lucas,” ucap Arion.Elena terdiam mendengar ucapan Arion dan suara tenang suaminya, saat ia akan berucap Arion kembali menyela, “ Tapi, ternyata kau masih menyimpan rasa untuk nya!” sambung Arion.Tersirat jelas kekecewaan yang kembali Arion rasakan, Elena kembali berbicara agar semakin tidak salah paham, “ Bukan itu maksud ku, dengarkan dulu penjelasan ku,” ucap Elena lagi.Arion diam dan menunggu Elena berbicara, “Tidakkah menurut mu berlebihan menurunkan jabatan Lucas, apalagi sampai mengasingkan nya?” seru Elena.Arion mengangguk-angguk paham, ia bahkan memalingkan wajahnya. Pria itu pikir Elena akan menjelaskan apa, ternyata hanya pembelaan untuk Lucas yang Arion dengar.Ia tersenyum menatap Elen
“Untuk apa mereka pergi ke kota Gotham?”Lucas mengikuti arah mobil Elena pergi, bahkan ia tahu dimana mereka berhenti. Tanpa Elena dan Vero tahu, Lucas memperhatikan dari jauh semua yang terjadi di rumah paman Vero.Setelah Elena dan Vero pergi, Lucas turun dari mobil dan berjalan ke arah rumah yang baru saja mereka kunjungi. Ia mengetuk pintu berkali-kali, hingga sang pemilik rumah keluar.Seorang pria paruh baya keluar, matanya memicing melihat siapa yang mengunjungi rumah nya, “Siapa kau? Aku tidak mengenal mu,” ucap nya ketus dan berniat menutup pintu kembali.Akan tetapi, dengan cepat Lucas menahan pintu dengan kaki panjangnya. Hal itu semakin membuat kesal pria di depannya, “Ada hubungan apa paman dengan dua wanita tadi?” tanya Lucas dengan suara rendah.Paman Vero memalingkan wajah tidak suka, ia bahkan berjalan pergi begitu saja meninggalkan Lucas. Melihat kesombongan yang di tunjukkan pria tua di depannya membuat Lucas kesal, ia mengepalkan kedua tangannya.Bugh!Dalam satu
Brak!Suara Elena menggebrak meja terdengar keras, ia bahkan menjadi pusat perhatian para pengunjung disana. Sementara Lucas, pria itu terlihat santai dan tidak peduli.“Aku bisa saja memberitahu mu, tapi... Jika aku memberitahu mu begitu saja. Kau akan memberikan apa untuk ku?” ucap Lucas dengan menatap Elena.Elena masih berdiri dengan menatap datar Lucas, “Aku akan memberikan apapun, yang jelas bukan diriku,” balas Elena yang disambut senyuman hangat Lucas.Lucas mengangguk-anggukan kepalanya sebelum berbicara, “ Mudah saja. Katakan pada Arion untuk mengembalikan jabatan ku, “ Ucap Lucas yang membuat Elena tercengang.Elena terdiam sejenak tanpa kata, sebelum akhirnya ia melangkah pergi meninggalkan Lucas. Keputusan untuk bertemu Lucas memanglah keputusan bodoh yang telah ia ambil.Baru dua langkah Elena meninggalkan Lucas, pria itu kembali berbicara yang membuat langkah nya kembali terhenti, “Aku akan menunggu jawaban dari mu,” seru Lucas penuh percaya diri. Satu bibirnya terang
“Jawab jujur!” tekan Elena.Bu Rah menjadi bingung harus berbicara apa, baru wanita paruh baya itu akan berbicara tiba-tiba saja ponsel Elena berdering dan tertera nama orang yang selalu menyulut emosinya.“Halo, untuk apa kau menelepon ku,” ucap Elena dengan ketus.Pria yang menelepon dirinya adalah Lucas. Keponakan sialan yang belum merasakan kekejamannya, Elena belum menuntaskan balas dendam nya. Wanita itu masih disibukkan dengan masalah lain, jangankan pemirsa yang kesal. Penulis yang menulis cerita ini pun kesal pada Elena.“Halo, Elena. Kau pasti merindukan ku, bukan?” tanya Lucas dengan bangga di balik telepon.Elena mendengus mendengar ucapan Lucas yang membuatnya mual, ia mengisyaratkan untuk Bu Rah agar kembali ke dapur saja.“Aku tidak merindukan mu, dan jangan hubungi aku lagi!” tegas Elena sebelum menutup sambungan telepon.“Kau yakin tidak mau berbicara dengan ku?” tanya Lucas.Elena tak peduli dan langsung mematikan sambungan telepon tersebut, ia juga mematikan ponseln
“Dasar Elena, ternyata di sini dia menyimpannya,”Vero menemukan berkas yang ia cari sebelumnya di meja yang masih ada di ruangan Elena, setelah menuliskan data yang ia perlukan Vero segera menelepon Elena untuk memberikan kabar.Saat mendapatkan telepon dari Vero yang mengatakan bahwa ia sudah menemukan berkas itu, Elena merasa lega dan kembali menutup telepon.“Sudah ada?” tanya Arion, dan Elena mengangguk sebagai jawaban.Baru Elena akan bertanya lebih lanjut mengenai surat-surat rumah sakit yang ia temukan, Arion menyela ucapan Elena, “Aku harus kembali ke kantor, sekarang ada rapat penting,” pamit Arion.Sebelum pergi, ia tak lupa mengecup kening sang istri dan tersenyum, “Baiklah, hati-hati,” seru Elena sebelum Arion pergi.Setelah Arion pergi, Elena mencari keberadaan Bu Rah untuk menanyakan tentang surat rumah sakit itu. Elena yakin ada yang Arion sembunyikan dan membuat hatinya ada yang mengganjal, surat sebanyak itu tidak mungkin semuanya milik Jeff.Dan, untuk apa Jeff meny
Jeff dan Noah bernapas lega saat Arion membawa Elena menjauh dari sana, setelah beberapa saat mereka baru menyadari posisi mereka yang bisa saja membuat orang lain salah paham.Noah segera menjauh dari Jeff, dan pria itu segera membenarkan kembali pakaiannya yang terbuka, “Pulanglah, nanti aku akan mengantar Tuan ke rumah sakit, “ ucap Jeff sambil memalingkan wajahnya.Noah mengangguk dan keluar dari mobil menuju mobilnya sendiri, “Baiklah, aku pulang dulu,” pamit Noah sebelum pergi.Setelah Noah pergi, Jeff memutuskan untuk kembali ke kantor. Ia yakin Arion akan lama jika sudah bersama Elena, maka dari itu ia akan kembali sendiri.Di ruang kerja Arion, adegan panas itu harus terhenti karena suara perut Elena yang minta untuk segera diisi, “Kau belum makan?” tanya Arion.Wajah Elena bersemu merah menahan malu, ia mengangguk pelan membuat Arion segera menggendongnya ala anak koala, “Arion, turunkan aku,” seru Elena yang malu.Apalagi saat bertemu dengan Bu Rah dan beberapa pelayan ia s
“Iya, iya maafkan aku,”Noah berucap pelan, baru saja Jeff mengomel padanya kini disusul Arion yang ikut melakukan hal yang sama. Ini memang kecerobohan dirinya, tapi ia malas mendengar ocehan dua orang itu.Setelah mendengar perkataan Arion yang cukup panjang, Noah barulah mulai memeriksa Arion. Bukan pemeriksaan berat, ini hanya pemeriksaan sederhana seperti mengecek tekanan darah dan irama jantung.“Lagi pula mana kutahu Elena ada di rumah,” gumam Noah yang masih menggerutu.Sementara dua orang di hadapannya ini nampak tak peduli dengan keluhan Noah, membuat pria itu hanya bisa mendengus membuang napas kesal.Setelah Arion pergi menyusul Noah, Elena baru ingat bahwa makanan yang ia beli belum sama sekali ia sentuh. Ia lekas pergi ke dapur untuk memakannya, sebelum Arion kembali.“Dimana makanan ku?” tanya Elena pada diri sendiri yang tidak melihat keberadaan makanan nya.Dari arah belakang, Bu Rah datang dengan kepala tertunduk. Saat Elena berbalik dan melihatnya, ia mengerutkan ke