Share

BAB VI

Aku hari ini masak ayam goreng dan sayurnya daun ubi tumbuk tapi enggak pake santan biasa saja di rebus.

 Biasa, aku sudah lama tidak makan ubi daun tumbuk. 

Tetangga sebelah sering masak jengkol, baunya sangat menyengat sekali.

 Aku tidak tahan aromanya, aku keluar dari kosan dan duduk santai di teras. 

Aku buka pintu kosan agar baunya hilang. 

Di lingkungan kosan ku bertambah 2 orang lagi yang terkena covid. Wah, parah sekali padahal kemarin sudah 4 orang. 

Jadi, totalnya sekarang ada 6 orang yang terkena covid. 

Jadinya, aku tidak pergi kemana-mana hanya di rumah saja dan rebahan sambil mendengar radio. 

   Huhh ... Kesal sekali enggak bisa pergi kemana-mana. 

Semua mall sudah di tutup, Alfamart dan Indomaret tetap buka, toko-toko yang lain juga di tutup, jalan-jalan sebagian di tutup. 

Jadinya, serba sulit dan tidak tahu lagi harus kemana. 

Di kosan terasa bosan dan sangat membosankan. 

   Kemarin tanggal 9 Juli, aku sudah di vaksin yang pertama di Jiexpo Kemayoran Jakarta pusat yang daftar ribuan orang, menggunakan KTP seluruh Indonesia, tapi tidak semua kedapatan vaksinnya, di undur sampai tanggal 11 Juli kemarin. 

Saat di vaksin rasanya seperti di gigit semut, ada sampai menjerit karena kesakitan. 

Sebenarnya dosis vaksin pertama masih belum parah/sewajarnya saja di berikan. 

Nanti vaksin yang kedua tanggal 6 bulan Agustus ini baru dosisnya sangat tinggi di berikan lebih dari dosis vaksin yang pertama. 

   Panjangnya proses demi proses yang di ikuti, aku pergi pukul 12:15 siang tiba disana pukul 03:00 sore. 

Aku naik kreta dari stasiun Bogor ke Stasiun Rajawali, ada 2 jam lebih di perjalanan.

 Tiba di stasiun Rajawali, angkot enggak ada yang ada bajaj. 

Ya, aku naik bajaj saja ada setengah jam di perjalanan.

Sampai di lokasinya langsung masuk, aku di berikan tiket untuk di isi sebagai salah satu peserta vaksin. 

Wah, gedungnya sangat luas sekali, orang-orang banyak yang antri. 

Bayangkan saja 3 jam antri, belum bisa makan siang. 

Takutnya antri lama, aku sabar berdiri berjam-jam demi, ‘saya sudah di vaksin.’ 

Cuaca panas sekali karena berada di dalam gedung, jadinya terasa panas sekali dan tidak ada AC.

 Wah, aku melihat orang-orang padat sekali berjejeran berdiri panjang ke belakang. 

"Aku sudah merasa lapar sekali, bagaimana ini?"

tanya ku dalam hati. 

Ya, aku harus tetap bertahan sampai vaksinnya aku dapatkan. 

Akhirnya aku dapat vaksin juga. Suhu tubuh ku 36, 2 ; tensi ku 122/77, masih normal.

 Aku di periksa oleh petugas tentara, yang memberi suntik juga petugas tentara. 

Jika sudah di vaksin, efeknya mau tidur, mau makan, malas gerak, serta demam.

 Tapi Puji Tuhan, aku hanya merasa mudah lelah sehingga gampang tertidur, tidak ada mood makan/sama seperti belum di vaksin, demam hanya sekali.

 Tidak boleh mandi saat pertama di vaksin, esok paginya baru bisa mandi.

Karena dosisnya biar berjalan ke seluruh tubuh. 

Saat di vaksin, badan ku kembali fit, aku merasa kebal dan tidak bersin-bersin lagi. 

****

Aku sangat merasa sedih sekali, begitu banyaknya korban yang terkena dan sampai meninggal dunia.

Kita sebagai manusia harus taat, tidak harus menyebar yang bukan-bukan hanya menambah rasa khawatir saja.

Isolasi mandiri di rumah jauh lebih baik, di Rumah Sakit juga sudah penuh pasien, bukan berkurang melainkan bertambah.

Untuk itu tetap jaga kesehatan, perkuat iman dan imun tubuh, jangan pergi kemanapun jika tidak perlu.

   Pemerintah sudah memberikan yang terbaik akan pelayanannya bagi masyarakat di sekitar.

Manusia sering kali mengeluh dan terus mengeluh, padahal napas yang di berikan Tuhan adalah salah satu yang harus di syukuri bahkan lebih dari itu.

Tuhan sangat baik, Dia tahu segala yang kita alami dan ujian yang Dia berikan untuk memperkuat iman kepercayaan kita padaNya.

Maka, jadilah manusia yang taat dan bersyukur, pasti hidup mu akan jauh lebih baik dan lebih terarah.

Aku hari ini hanya di kosan saja, rebahan dan membaca novel/buku ilmiah sangat aku suka, semoga badai segera berlalu dan kembali normal.

   Tiba-tiba suara handpone ku berdering, tidak kedengaran sama sekali karena nadanya aku off jadinya yang menelepon ku ada memanggil sampai 3 kali baru aku angkat, ternyata Gloria yang memanggil, ada apa ya dia menelepon ku.

Aku langsung angkat teleponnya. 

****

“Hai, An, kamu sedang apa?”

tanya Glo.

“Hai, Glo, aku sedang santai di kosan. Kamu apa kabar, sedang apa?” tanya ku.

“Kabar baik, An, biasa sedang duduk santai saja.” Jawab Glo.

“Ya, Glo, di lingkungan kosan ku masih di lockdown. Di Bandung, lockdown?” tanya ku.

“Ya, An, masih. Parah sekarang jalan-jalan tol pada di tutup, mall, toko-toko, usaha-usaha yang lain juga. Suntuk sekali, An.” Jawab Glo.

“Ya, kita berdoa saja, Glo. Badai pasti berlalu!” Ucap ku.

“Ya, An, kamu masak apa?”

tanya Glo.

“Aku masak sayur buncis di tumis kentang sama ikan sampah balado.” Jawab ku.

“Humm ... Pasti enak sekali, An! Ingin coba masakkan mu, tapi kamu jauh.” Ucap Glo.

“Hmm ... Kamu masak apa, Glo?” tanya ku.

“Biasa, tumis sayur kangkung dan sambal tahu tempe kecap.”

Jawab Glo.

“Wah, pasti enak sekali. Glo doakan ya biar aku cepat dapat kerja sekalian pasangan hidup di Kota Bogor ini, mama sudah ingin gendong cucu.” Ucap ku.

“Pasti, An, kamu harus yakin dan percaya, semua indah pada waktunya.” Jawab Glo.

“Trim’s, Glo. Aku tutup dulu ya, mau ke kamar mandi.” Ucap ku.

“Hahah ... Kamu kebelet, An? Ok, deh!” Jawab Glo.

“See you, Glo.”

“See you too, An.” 

****

Aku dan Ribka akhir-akhir ini tidak lagi pergi kemanapun.

Keadaan lingkungan masih di lockdown, jadinya aku berdiam diri di kosan.

Di kosan rasanya suntuk sekali, rebahan meluluh, baca novel, memasak, sering termenung, dan tidak menentu.

Tetangga sebelah ternyata belum di vaksin, anaknya sudah sakit lama ada seminggu.

Jadinya, tetangga sebelah isolasi mandiri di rumah.

Semakin hari, semakin menjadi saja banyak yang menjadi korban.

   “Tuhan ... Hanya padaMu ku berserah,” biarlah Engkau yang melindungi dunia ini."

Dunia ini terlalu kejam, sebagian masyarakat mulai panik dan menyerah.

Tapi ku tahu Engkau sedang bekerja, melihat dari atas sana permasalahan yang sedang kami alami, semua karena atas kehendakMu. Engkau yang ubahkan seluruh dunia ini menjadi dunia yang hidup.

   "Aku hari ini mau ngapain, ya?"

Aku bingung sendiri. Ribka banyak temannya di sekitar lingkungannya, sedangkan aku hanya sendirian tidak ada teman.

Entah, sampai kapan begini. Dunia ini juga sedang terbalik, tidak tahu lagi mana yang benar juga salah. 

Aku hanya berada di tengah saja, mencari setiap permasalahan dan solusinya.

Suatu saat nanti pasti ku temukan teman dan pendamping hidup yang terbaik.

Aku menelepon mama hari ini, penasaran mama sedang apa dan sama siapa saja. 

****

“Hai, Ma, apa kabar? Sudah lama tidak telepon mama.” Ucap ku.

“Hai, An, mama baik-baik saja. Kamu apa kabar? Ya, kamu sibuk disana?” tanya mama.

“Enggak sibuk sama sekali, Ma. An, baik-baik saja disini.” Jawab ku.

“Sepertinya, kamu bosan sekali di kosan. Kamu pulang saja, buat apa di Bogor lama-lama tidak ada kerjaan. Buang waktu kamu saja!” Ucap mama.

“Ya, Ma, An juga mau pulang ke rumah, tapi nanti di bulan 12 ini.” Jawab ku.

“Ya, kamu pulang di bulan Desember saja! Bantu mama buat kue, karena kakak-kakak mu juga belum tahu pulang/enggak. Gara-gara si Corona lah ini, semua jadi sulit.” Ucap mama.

“Ya, doakan mama saja biar aku dan kakak-kakak semua bisa pulang, natal juga tahun baru bisa merayakan bersama. Mama jangan khawatir, An pasti pulang.”

Ucap ku.

“Ya, mama selalu mendoakan kalian semua biar bisa pulang. Semoga natal dan tahun baru ini berbeda dari tahun-tahun sebelumnya, walaupun di rumah saja.” Jawab mama.

“Ya, semoga saja, Ma. An, selalu berdoa yang terbaik.” Ucap ku.

“Di lingkungan kosan mu masih di lockdown?” tanya mama.

“Ya, Ma, disini ada 6 orang yang sudah kenak dan isolasi mandiri di rumah.” Jawab ku.

“Ya, An, kamu harus berhati-hati, jaga kesehatan, minum vitamin, jangan suka berkumpul, walaupun tetangga kamu disana semua sudah berkeluarga. Ingat pesan mama, An.” Ucap mama.

“Siap, Ma, An pasti mengigat pesan mama dan melakukannya.”

“Ma, sudah dulu ya. An, mau mandi dulu tidak terasa sudah sore saja.”

“Ok, An, next time. See you, An.”

“See you too, Ma.”

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status