Ambulance datang bersamaan dengan Nathan yang tiba di kantornya. Bingung ketika dia datang terlihat sedang ada ambulance dikantornya. Nathan menghampiri petugas ambulance dan menanyakan mengapa mereka datamg ke kantornya. "Ada apa ini?""Tadi ada yang menelpon, ada yang sedang pingsan dan meminta kami membawanya kerumah sakit." Nathan berjalan bersama petugas ambulance menuju orangbyang dimaksud. Petugas itu naik ke lantai atas dan betapa terkejutnya Nathan ketika melihat Fatma dalam keadaan pingsan."Niken kenapa Fatma bisa pingsan seperti ini.""Saya tidak tahu pak, bu Fatma tadi jalan terhuyung huyung sambil memegang kepalanya, belum sempat ibu Fatma bercerita namun sudah pingsan dan tidak sadar sadar setelah saya coba sadarkan." "Ayo pak cepat bawa kerumah sakit! Niken saya nemeni Fatma kamu handle urusan kantor ya!" Titah Nathan kepada Niken ditengah kepanikannya karena melihat Fatma yang sedang pingsan. Setelah direbahkan diatas tempat tidur untuk ambulance, Fatma dibawa ole
Satu jam sudah kedua sosok istri yang kuat itu bersama. Mereka dengan permasalahan yang sedang mereka hadapi mencoba untuk saling menguatkan. Alicia memutuskan untuk berpamitan, karena Nathan sudah mengajaknya untuk melanjutkan pembicaraan yang belum sempat disampaikan oleh Nathan. "Fatma, saya sama istri saya mau keluar sebentar, kamu gak papa kan kita tinggal sendiri? saya sudah minta perawat untuk menemani kamu agar kamu tidak sendiri jika butuh apa apa. Apa kamu sudah menghubungi ibu mertuamu Fatma? nanti dia akan cemas jika kamu tidak pulang pulang sampai malam." "Iya pak terima kasih maaf telah merepotkan bapak dan ibu. Saya akan menghubungi beliau tapi saya akan ijin jika saya ada tugas kota karena saya tidak mau membuatnya khawatir." Nathan dan Alicia pergi meninggalkan Fatma, sebelum meninggalkanya sendiri Alicia memeluk Fatma dan memberi pesan agar tetap sabar dan kuat menjalani semua cobaan yang tengah dia rasakan.Meninggalkan rumah sakit, dan mencari sebuah tempat yang
Benar saja tidak butuh waktu yang lama, kemarahan Alicia sudah mulai padam. Rayuan Nathan dengan sekejap meluluhkan hati Alicia yang sedang terbakar amarah. Sebelum meninggalkan restaurant, Alicia meminta siluaminya untuk pulang kerumah. Dia tidak mau suaminya pulang ke kantor ataupun ke apartemennya. "Sayang please kamu pulang kerumah ya, please jangan kabur kaburan lagi, kita hadapi mama sama sama." Alicia memohon kepada suaminya. "Hmm berat sayang, terlalu berat buatku untuk tidak menghiraukan ucapan mamamu. Ucapannya begitu menyakitkan buatku." "Ya aku tau itu, tapi please kita hadapi berdua, maafkan sikap mamaku yang seperti itu.""Gak sayang aku tetap akan pulang ke apartemen, aku gak mau terbawa emosi karena mamamu dan itu nantinya akan berimbas ke kamu dan juga rumah tangga kita.""Bawa aku ke apartemenmu saja jika seperti itu, aku gak mau jauh darimu, jangan tinggalkan aku sendiri." Nathan menyalakan mesin mobilnya dan beranjak meninggalkan restaurant menuju apartemennya.
Permintaan yang susah untuk disanggupi oleh seorang istri benar benar dilontarkan oleh Nathan. Namun tak ada lagi jalan yang lain selain itu untuk menyelamatkan pernikahannya yang sedang diujung tanduk. Penolakan Alicia tak menyurutkan niat Nathan yang masih bersikeras untuk tetap memilih jalan itu. "Baiklah sayang, jika kamu memang tidak setuju tidak apa, aku tidak akan memaksamu. Berarti kita harus siap menerima konsekuensi dan resiko menghadapi ultimatum mama agar bisa segera memiliki cucu. Jika kita harus jujur ok kita hadapi mama, dan bersiaplah untuk menemani mama mengyrus perceraian kita. Aku hanya sedang berusaha sayang untuk mempertahankan rumah tangga kita dan mempertahankanmu apapun caranya." Hati Alicia seketika hancur menerima kenyataan jika suaminya masih tetap bersikeras untuk memilih perempuan lain untung memberinya keturunan. Menyadari ini semua karena dirinya yang tak mampu memberi keturunan, dan sikap mamanya yang menuntut terlalu keras kepada suaminya. "Bagaiman
"Saya gak akan mengurungkannya Fatma, sekarang saya akan pergi untuk menjelaskan semua ke Alicia tapi saya gak akan pernah mengurungkan niat saya untuk bisa mempunyai keturunan darimu." Nathan bergegas pergi setelah mengucapkan kata kata yang membuat Fatma tak habis pikir mengapa atasannya itu masih bisa bersikeras dengan niatannya disaat istrinya sedang naik pitam karena keputusannya. Terlihat Alicia telah memasuki taxi yang dia pesan. Nathan menuju kemobilnya dan mengejar Alicia hingga terhenti didepan rumahnya. Nathan menghentikan mobilnya, tak ingin dia menambah keributan, jika sampai mertuanya tau jika Alicia seperti itu karena permintaanya Dia berhenti di luar pagar, mencoba menghubungi Alicia namun berkali kali dia mencoba menghubunginnya istrinya selalu mereject panggilannya. Sadar jika istrinya masih dalam pengaruh emosi yang sedang memuncak dia tak mau menambah masalah dan hanya mengirimkan sebuah pesan kepada istrinya dan berharap istrinya akan bisa mengerti dengan keputus
Mata Nathan terbelalak saat mendengarkan pernyataan istrinya. Bagaimana bisa Alicia berani mengatakan pernyataan senekat itu padahal dia tahu bahwa dirinya tak mungkin akan bisa hamil. Mama Alicia tak tinggal diam seperti tidak terima dengan semua yang dikatakan Alicia. "Baguslah kalau begitu, mama tunggu sampai kamu bisa menunjukkan bahwa kamu benar benar hamil jika tidak minta suamimu itu untuk angkat kaki dari sini dan bersiap untuk melepasmu Alicia." Alicia memeluk erat suaminya. Menyadari semua yang terjadi adalah kesalahan dari mamanya yang selalu merendahkan dan menginjak harga diri Nathan sebagai seorang suami. "Maafkan mama sayang maafkan mama." Alicia menangis dan mencium tangan suaminya meminta maaf atas semua yanh dilakukan mamanya. "Sudahlah sayang aku sudah memaafkan mama, aku hanya tidak mau berpisah denganmu hanya itu. Apa yang sudah kamu katakan tadi sayang itu semua tidak akan mungkin terjadi bagaimana kamu bisa senekat itu mengatakan jika kamu menunjukkan tanda
"Fatma please tolong, jangan kamu batalkan aku mohon Fatma, kamulah satu satunya harapan kami." Alicia menangis memohon kepada Fatma. Sebagai sama sama seorang istri dia tau apa yang sedang dirasakan oleh Alicia, namun Fatma tak bisa mengiyakan semua permintaan Alicia. Berpikir panjang kedepan sebelum dia melangkah terlalu jauh, dengan tega dia masih bertahan menolak permintaan istri atasannya yang tengah memohon belas kasihannya."Maaf bu tapi saya tidak bisa saya tidak bisa melakukan itu semua, harus bagaimana saya melakukannya bu, itu akan menyakiti ibu sebagai seorang istri, dan juga akan menyakiti suami saya nantinya sama saja saya berselingkuh apalagi harus sampai hamil."Alicia tak hentinya memohon walaupun mendengar penolakn dari Fatma. Dia meyakinkan Fatma untuk tetap memenuhi apa yang sudah dia tawarkan. Perdebatan mereka berlangsung hingga malam, dan pada akhirnya Fatma meminta mereka memberikan waktu kepadanya untuk memikirkan kembali semua yang pernah dia tawarkan. Bingun
Merasa sudah tak mampu lagi untuk memikul beban ini sendiri, Fatma ingin menceritakan semuanya kepada ibu mertuanya namun dia tak sampai hati ketika melihat wajah ibu mertuanya. Berusaha sekuat tenaga untuk melalui ini semua sendiri untuk menerjang badai yang begitu kuat yang sedang menerpanya. Dengan pikiran penuh beban Fatma melangkah berjalan menuju tempat kerjanya, entah sampai kapan dia harus seperti ini setiap kali akan pergi bekerja selalu saja diawali deng dan kabar dari suaminya yang membuatnya tertekan. Menguatkan dirinya Fatma pergi menuju tempat kerjanya dengan langkah lunglai dan pikiran kosong, yang ada dalam benaknya hanyalah tuntutan suaminya yang memintanya membayar lunas semua hutang hutangnya. Dering ponsel berbunyi terus menerus mengiringi langkahnya menuju ruangannya, namun Fatma kali ini sudah hafal siapa yang sedang menghubunginnya, dia tak ingin beban pikirannya bertambah Fatma mencoba mengabaikan panggilan yang dia yakini pasti dari suaminya yang akan menceri