@Cinta[Pulang terlambat, masih ada urusan pekerjaan. Ibu makan dulu saja.]Cinta mengirim pesan kepada Utari agar tidak cemas menunggu kedatangannya. Menjaga suasana hati sang ibu agar selalu tenang dan bahagia adalah salah satu cara yang Cinta yakini bisa membuat ibunya tetap sehat dan bisa bertahan hidup lebih lama.Jika dibilang terpaksa, sebenarnya tidak ada yang memaksa Cinta untuk turut serta ke rumah Keluarga Sanjaya. Tetapi Cinta memaksa dirinya sendiri untuk tetap bersama dengan dua pria yang telah menjalin hubungan dengan adiknya. Cinta hanya ingin menepati janjinya kepada sang ibu untuk selalu menjaga Aura, dia hanya ingin memastikan jika Aura dalam keadaan yang baik-baik saja setelah bertemu dengan Tegar.Selama perjalanan menuju ke rumah Keluarga Sanjaya, terdengar obrolan ringan antara Tegar dan Damar. Di seat depan tampak Damar yang sedang mengemudi mobil dan Tegar duduk di sampingnya. Seolah tiada habis bahan yang mereka perbincangkan meskipun random dan berganti-gant
“Kau ….” Hesti menggantungkan ucapannya, amarah jelas terlihat saat melihat Tegar berdiri di hadapannya. “Bagaimana dia bisa ada di sini?” tanya Hesti dengan sorot mata tajam yang membidik ke arah Tegar.“Saya yang mengajaknya ke sini, Ma!” jawab Damar dengan jujur, karena merasa tidak ada yang perlu untuk ditutupi lagi.“Siapa yang menyuruhmu membawa anak haram itu datang ke rumah kita?” tanya Hesti sambil berteriak hingga memperlihatkan urat-urat lehernya.“Ma!” sergah Damar sambil mengalihkan pandangan ke arah Cinta, seolah memberi kode kepada Hesti jika ada orang lain yang sedang mendengarkan pembicaraan mereka saat ini.“Siapa yang menyuruhmu membawa anak haram itu datang ke rumah kita?” Seolah tidak mempedulikan kode dari Damar, Hesti justru mengulangi lagi pertanyaannya.“Tidak ada, Ma! Itu murni inisiatif saya sendiri, karena saya membutuhkan bantuannya di Sanjaya.”Damar sudah menduga jika kehadiran Tegar akan mendapat penolakan dari Hesti, sehingga sejak awal dia sudah mempe
Di sebuah ruang tidur yang mewah, tampak Aura sedang rebahan sambil memainkan ponselnya, hingga dia tidak mengetahui apa pun yang sedang terjadi di rumah tempat dia tinggal. Menghabiskan waktu berchatting ria dengan teman onlinenya dan menonton web series terbaru menjadi kegiatan Aura setelah menikah dengan Damar.Sebagai suami, Damar memberi kebebasan kepada Aura untuk melakukan apa pun yang dia inginkan, tanpa pernah menegur atau memberi larangan kepada sang istri. Bahkan Damar memberikan ATM dan juga kartu kredit kepada Aura untuk memenuhi segala kebutuhannya, asalkan Aura tidak mengganggu hidupnya lagi. Ya, dengan kata lain Damar tidak peduli dengan apa pun yang dilakukan oleh Aura.Jenuh dan bosan pun sering menghinggapi Aura kala tidak ada yang mempedulikan dirinya. Seperti apa yang menjadi tujuan awal Aura, hanya kemewahan yang Aura dapatkan dari pernikahannya dengan Damar. Pernikahan yang harus Aura jalani, sebuah pernikahan tanpa cinta dari sosok yang bergelar suami, dan tan
“Aku tidak apa-apa,” lirih Aura berucap setelah siuman dari pingsannya sambil membuang muka karena merasa bingung harus berbuat apa saat menghadapi Tegar nanti. “Istirahatlah! Kakak pulang dulu, kasihan ibu sendiri di rumah,” ucap Cinta sambil merapikan selimut yang menutupi tubuh Aura. “Jaga dirimu baik-baik!” lanjut Cinta sebelum mulai melangkahkan kakinya. “Kak!” panggil Aura dengan meraih tangan sang kakak. “Bantu aku, Kak!” pinta Aura dengan lelehan air mata yang mulai membasahi pipinya. “Apa kau bahagia menjadi istri Damar?” tanya Cinta dengan menatap tajam mata Aura. Masih lekat dalam ingatan Cinta bagaimana Hesti menghina Aura di depan matanya. Bahkan sebagai seorang suami, Damar tidak membelanya sama sekali. “Ya,” jawab singkat Aura dengan kepala yang tertunduk. Dalam hal cinta dan kasih sayang, tentu Aura merasa tidak bahagia, tetapi kemewahan dan harta benda yang sangat mudah dia dapatkan seolah menutup semua kekurangan tersebut. Cinta menghembuskan
“Kau tidak apa-apa?”Tegar menatap Cinta yang terdiam dengan pandangan lurus ke depan, napasnya tidak beraturan karena kaget saat mobil yang mereka tumpangi hampir menabrak mobil yang berada di depannya.Tegar memukul kemudi dengan keras, dia menyadari kesalahannya yang kurang berhati-hati saat mengemudi. Pengalaman pertama mengemudi di kota besar, Tegar langsung membawa sebuah mobil merah yang pijakan gasnya tidak seberat truck engkel yang biasa dia bawa untuk mengantarkan mebel-mebel kepada pelanggan.Mungkin karena sudah mengenal kota Solo sehingga Tegar bisa mencari jalur alternative untuk mencapai tujuannya dengan lebih cepat. Sedangkan dalam perjalanan kali ini Tegar hanya mengandalkan sebuah aplikasi penunjuk jalan yang ada di ponselnya. Hingga saat tiba-tiba jalanan macet Tegar pun langsung menjadi bingung.“Maaf,” ucap Cinta dengan suara yang nyaris tidak terdengar.Kakak kandung Aura itu pun merasa bersalah karena menyudutkan Tegar, dan dia menduga hal itulah yang membuat Te
Dengan air mata yang jatuh berderaian membasahi pipinya Aura menarik selimut untuk menutupi tubuhnya yang polos tanpa sehelai benang pun. Perempuan yang sedang hamil muda itu merubah posisi tidurnya menjadi miring dan membelakangi Damar yang terlihat tertidur pulas setelah menyalurkan hasratnya. Setelah pernikahannya dengan Damar, ini adalah malam pertama mereka. Dan Aura harus menelan kekecewaan karena Damar hanya menyalurkan hasrat biologisnya, tanpa ada cinta dari setiap sentuhannya. Damar mendatanginya saat pikirannya sedang kalut hingga dia membutuhkan pelarian dari permasalahan yang sedang dia hadapai saat ini.Jika bekas kepemilikan yang berwarna merah yang tertinggal, kini di tubuh Aura ada banyak bekas gigitan Damar yang meninggalkan rasa perih. Tetapi tampaknya ada yang lebih perih lagi karena hati Aura yang tersayat, selama Damar menyentuh tubuhnya, Aura harus menulikan telinga saat nama Cinta berulang kali terlontar dari bibir Damar.Dalam tubuh yang menahan lara, dalam ha
Dengan langkah yang terburu-buru, Adnan memasuki ruang kerja Damar. Seperti halnya Damar, Adnan pun mengetahui jika keberadaan Tegar di Sanjaya Furniture pasti akan menimbulkan masalah. Penolakan dari Hesti adalah sesuatu yang tidak bisa dihindari lagi.“Ada masalah apa sih, Ta?” tanya Moelyana sambil menggeser kursinya mendekat ke Cinta.“Itu masalah mereka, Pak! Bukan masalah kita,” jawab Cinta sekenanya.“Tapi kalau ada masalah dengan mereka, kita pasti juga kena imbasnya.”Cinta mengalihkan pandangan sejenak ke arah pintu ruang kerja Damar yang masih terlihat dari tempatnya berada. Mantan kekasih Damar itu teringat dengan foto yang keluarga Sanjaya yang tanpa sengaja lihatnya. Kemiripan wajah Tegar dengan Dharma Sanjaya bisa saja meruapakan suatu yang kebetulan, tetapi sikap buruk dan penolakan Hesti terhadap Tegar, seolah menunjukkan siapa Tegar bagi keluarga Sanjaya.“Baru kali ini Bu Hesti tidak bisa menerima orang bawaan Pak Adnan. Biasanya Bu Hesti akan menerima dengan tangan
Saking nikmatnya masakan ibu Bella hingga membuat Cinta lupa jika selama ini dia alergi dengan semua jenis kerang. Karena tubuh Cinta terasa lemas setelah memuntahkan semua isi perutnya, membuat rencana untuk melihat tempat yang akan dijadikan tempat usaha oleh keluarga Bella harus diundur sementara waktu.Setelah tiba di rumah dan membersihkan diri, Cinta pun segera mengistirahatkan tubuhnya. Melihat keadaan putri sulung yang begitu lemas, membuat Utari sangat khawatir, karena setelah kematian suaminya, Cinta lah yang menjadi tulang punggung keluarga.“Makan dulu, Ta! Ibu angetin, ya?” tanya Utari dengan lembut dan penuh kasih.“Nanti saja, Bu! Saya mau istirahat sebentar,” balas Cinta yang sudah tidak bisa membukan matanya.“Ibu belikan obat di warung, ya?”“Nggak usah, Bu! Paling karena kemarin kurang tidur, kepala jadi kliyengan. Tidur sebentar juga sembuh, Bu! Ibu istirahat saja!”“Ya sudah kalau begitu,” pungkas Utari mengakhiri perbincangan dengan putri sulungnya.Utari merapik