Share

23. Ketakutan Aura

“Aku tidak apa-apa,” lirih Aura berucap setelah siuman dari pingsannya sambil membuang muka karena merasa bingung harus berbuat apa saat menghadapi Tegar nanti.

“Istirahatlah! Kakak pulang dulu, kasihan ibu sendiri di rumah,” ucap Cinta sambil merapikan selimut yang menutupi tubuh Aura. “Jaga dirimu baik-baik!” lanjut Cinta sebelum mulai melangkahkan kakinya.

“Kak!” panggil Aura dengan meraih tangan sang kakak. “Bantu aku, Kak!” pinta Aura dengan lelehan air mata yang mulai membasahi pipinya.

“Apa kau bahagia menjadi istri Damar?” tanya Cinta dengan menatap tajam mata Aura.

Masih lekat dalam ingatan Cinta bagaimana Hesti menghina Aura di depan matanya. Bahkan sebagai seorang suami, Damar tidak membelanya sama sekali.

“Ya,” jawab singkat Aura dengan kepala yang tertunduk.

Dalam hal cinta dan kasih sayang, tentu Aura merasa tidak bahagia, tetapi kemewahan dan harta benda yang sangat mudah dia dapatkan seolah menutup semua kekurangan tersebut.

Cinta menghembuskan
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status