Dengan air mata yang jatuh berderaian membasahi pipinya Aura menarik selimut untuk menutupi tubuhnya yang polos tanpa sehelai benang pun. Perempuan yang sedang hamil muda itu merubah posisi tidurnya menjadi miring dan membelakangi Damar yang terlihat tertidur pulas setelah menyalurkan hasratnya. Setelah pernikahannya dengan Damar, ini adalah malam pertama mereka. Dan Aura harus menelan kekecewaan karena Damar hanya menyalurkan hasrat biologisnya, tanpa ada cinta dari setiap sentuhannya. Damar mendatanginya saat pikirannya sedang kalut hingga dia membutuhkan pelarian dari permasalahan yang sedang dia hadapai saat ini.Jika bekas kepemilikan yang berwarna merah yang tertinggal, kini di tubuh Aura ada banyak bekas gigitan Damar yang meninggalkan rasa perih. Tetapi tampaknya ada yang lebih perih lagi karena hati Aura yang tersayat, selama Damar menyentuh tubuhnya, Aura harus menulikan telinga saat nama Cinta berulang kali terlontar dari bibir Damar.Dalam tubuh yang menahan lara, dalam ha
Dengan langkah yang terburu-buru, Adnan memasuki ruang kerja Damar. Seperti halnya Damar, Adnan pun mengetahui jika keberadaan Tegar di Sanjaya Furniture pasti akan menimbulkan masalah. Penolakan dari Hesti adalah sesuatu yang tidak bisa dihindari lagi.“Ada masalah apa sih, Ta?” tanya Moelyana sambil menggeser kursinya mendekat ke Cinta.“Itu masalah mereka, Pak! Bukan masalah kita,” jawab Cinta sekenanya.“Tapi kalau ada masalah dengan mereka, kita pasti juga kena imbasnya.”Cinta mengalihkan pandangan sejenak ke arah pintu ruang kerja Damar yang masih terlihat dari tempatnya berada. Mantan kekasih Damar itu teringat dengan foto yang keluarga Sanjaya yang tanpa sengaja lihatnya. Kemiripan wajah Tegar dengan Dharma Sanjaya bisa saja meruapakan suatu yang kebetulan, tetapi sikap buruk dan penolakan Hesti terhadap Tegar, seolah menunjukkan siapa Tegar bagi keluarga Sanjaya.“Baru kali ini Bu Hesti tidak bisa menerima orang bawaan Pak Adnan. Biasanya Bu Hesti akan menerima dengan tangan
Saking nikmatnya masakan ibu Bella hingga membuat Cinta lupa jika selama ini dia alergi dengan semua jenis kerang. Karena tubuh Cinta terasa lemas setelah memuntahkan semua isi perutnya, membuat rencana untuk melihat tempat yang akan dijadikan tempat usaha oleh keluarga Bella harus diundur sementara waktu.Setelah tiba di rumah dan membersihkan diri, Cinta pun segera mengistirahatkan tubuhnya. Melihat keadaan putri sulung yang begitu lemas, membuat Utari sangat khawatir, karena setelah kematian suaminya, Cinta lah yang menjadi tulang punggung keluarga.“Makan dulu, Ta! Ibu angetin, ya?” tanya Utari dengan lembut dan penuh kasih.“Nanti saja, Bu! Saya mau istirahat sebentar,” balas Cinta yang sudah tidak bisa membukan matanya.“Ibu belikan obat di warung, ya?”“Nggak usah, Bu! Paling karena kemarin kurang tidur, kepala jadi kliyengan. Tidur sebentar juga sembuh, Bu! Ibu istirahat saja!”“Ya sudah kalau begitu,” pungkas Utari mengakhiri perbincangan dengan putri sulungnya.Utari merapik
“Bisa kita bicara sebentar?” tanya Tegar yang sudah berdiri di dekat kubikel Cinta. “Saya sedang sibuk,” jawab Cinta yang terlihat enggan untuk berbincang dengan Tegar, gadis yang jago desain itu menyibukkan dirinya untuk bisa segera menyelesaikan desain custom sebuah kafe yang sudah mendekati dead line. “Untuk urusan pekerjaan sebaiknya tanya sama Pak Moel saja, dia lebih senior dan lebih berpengalaman.” “Ada hal penting yang harus kita bicarakan.” “Ada pekerjaan penting yang harus segera aku selesaikan,” jawab Cinta yang menyiratkan penolakan. “Aku bisa langsung menarikmu dari sini dan membuat kita menjadi pusat perhatian semua orang,” bisik Tegar, penekanan dalam setiap kata terasa mengandung ancaman. “Atau pillih dengan suka rela, agar kita terlihat layaknya sepasang rekan kerja.” “Ya, Pak Tegar! Ada perlu apa ya, Pak?” sahut Cinta secara tiba-tiba dan terdengar seperti dibuat-buat membuat Tegar terkaget dengan ulah gadis itu. “Kita bicara di kantin saja.” “Aku sudah sarapa
Setelah menekan tombol kontrol dan S di keyboard komputernya, sambil memejamkan matanya Cinta menggerakkan kepalanya ke kanan dan ke kiri dilanjutkan dengan memutar pinggangnya ke kanan dan ke kiri. Tampak kelegaan di wajah lelah Cinta. Akhirnya tugasnya untuk membuat desain kafe selesai juga. Sebelum dipresentasikan di hadapan pelanggan yang memesannya, Cinta harus menunjukkan pekerjaannya kepada Moelyana terlebih dahulu, lalu akan dibahas dengan beberapa bagian yang lainnya.Sebuah pemandangan yang tidak pernah Cinta lihat sebelumnya, untuk pertama kalinya setelah menikah dengan Damar, Aura mendatangi Sanjaya Furniture. Adik kecilnya dulu kini terilihat lebih dewasa dengan perutnya mulai menyembul menunjukkan kehamilannya. Badan mungil itu tetap terlihat seksi kala dibalut dengan dress selutut tanpa lengan dengan motif bunga-bunga kecil. Tas jinjin dengan merk ternama menambah elegan penampilan Aura saat ini.Aura hanya melempar senyum ke arah Cinta, tanpa menyapa atau mengucap sala
Tegar tersenyum bahagia, tak terasa air matanya menetes saat melihat makhluk kecil yang tumbuh di rahim Aura, janin yang dia yakini sebagai anaknya. Tidak bisa dipungkiri ada keingin besar di hati Tegar untuk selalu berada di dekat anaknya, sekarang dan setelah dia lahir kelak. Sebagai seorang ayah, Tegar ingin melihat dan mendampingi tumbuh kembang buah hatinya, memberikan limpahan kasih sayang yang tidak pernah dia dapatkan. Tegar tersadar dari lamunannya saat Aura menutup kembali perutnya karena pemeriksaan telah selesai. Pria yang berprofesi sebagai dokter kandungan yang memeriksa Aura pun tersenyum penuh haru saat melihat Tegar meneteskan air mata menyaksikan USG janin yang berada di rahim Aura. “Bagaimana dengan anak saya, Dok?” tanya Tegar sesaat setelah dokter yang memeriksa Aura duduk di hadapannya. Aura hanya terdiam tidak berani memprotes ucapan Tegar, meskipun sebenarnya risih saat mendengar Tegar menyebut anaknya. Dokter yang memeriksa kandungan Aura memang sudah bebera
“Rencananya mau buat rumah makan di sini?” tanya Cinta saat melihat-lihat keadaan ruko milik keluarga Bella.“Ya, ya ukurannya memang hanya segini,” jawab Bella yang sepertinya tidak yakin Cinta bisa mendesain ruko kecil itu menjadi menjadi tempat usaha.“Untuk di depan itu boleh di beri meja kursi, nggak?”Cinta melihat-lihat sekitar ruko yang memang sudah ada banyak ruko yang digunakan untuk perkantoran. Untuk usaha kuliner memang belum banyak, baru ada beberapa ruko diantaranya menjual bakso dan seblak.“Nggak, Ta! Itu untuk parkir.”“Kalau model masakan rumahan kaya ibu, berarti ada kemungkinan untuk membuat nasi box.”“Ya, Ta! Rencananya memang mau ke sana, kalau bisa sih sekalian catering.”“Kalau rumah makannya sudah buka, saya boleh kerja ikut ibu saja, Bell?”“Apa?” tanya Bella yang terkaget tidak percaya dengan apa yang baru saja terlontar dari mulut Cinta. “Kenapa, Ta? Gaji kamu di sana kan gede, belum lagi kalau desainmu laku, pasti bonusnya juga gede.”“Saya rasa kamu tah
“Tidak ada.”Jawaban tegas yang keluar dari mulut Adnan menghancurkan harapan Tegar untuk bisa menjadi menjadi lelaki yang pantas di hadapan Aura. Tegar meraih cangkir lalu menyesap kopinya yang sudah dingin untuk menutupi rasa kecewa di hatinya. Bukan hanya harta dan kekayaan, kini Tegar sadar pembeda paling jelas antara dirinya dengan Damar. Damar terlahir dari rahim istri yang dinikahi secara sah, sedangkan dirinya hanyalah anak haram yang lahir dari hubungan terlarang.“Sebenarnya waktu itu Dharma sudah membicarakan akan memberikan beberapa aset yang dia miliki untukmu, tapi sebelum itu terjadi … takdir berkehendak lain.”Dua pria yang berbeda generasi itu terdiam, baik Tegar dan Adnan kembali teringat dengan peristiwa naas yang telah merenggut nyawa Dharma Sanjaya dengan tragis.“Apa yang sebenarnya membuatmu tiba-tiba bertanya tentang warisan, jika kau butuh uang, aku bisa mempertemukanmu dengan …”“Tidak perlu!” sergah Tegar yang terlihat tidak berminat lagi membicarakan tentan