Home / Rumah Tangga / Ketika Babu Jadi Ratu / Hanya Wanita Mandul

Share

Hanya Wanita Mandul

Author: Ellina Zarima
last update Last Updated: 2023-09-11 11:53:05

Savina berlari menuju ke ruang keluarga, ia melihat  Alisa yang tengah menangis di dalam gendongan Bu Leni.

“Bu, Alisa kenapa?” tanya Savina dengan wajah cemas.

“Pakai nanya, jelas-jelas dia jatuh. Ini gara-gara kamu tidak mau membantu Ibu untuk menjaga Alisa. Kalau kamu tidak kelamaan di belakang, mungkin Alisa tidak akan jatuh!” Bu Leni memarahi Savina untuk menutupi kelalaiannya. Ia takut kalau Rista akan menyalahkan dirinya karena Bu Leni yang menyanggupi untuk menjaga Alisa.

Savina hanya menghela napas dan mengambil alih Alisa dari gendongan mertuanya. Wanita itu segera mengobati kening Alisa yang tampak sedikit bengkak. Savina mengoleskan minyak tawon untuk meringankan luka Alisa.

Tidak lama, Rista dan suaminya sampai di kediaman Bu Leni. Mereka segera masuk ke dalam untuk mencari keberadaan Alisa.

“Assalamualaikum, Bu Alisa mana?” tanya Rista kepada ibunya.

“Waalaikumussalam, ada di dalam sama Vina.” Bu Leni menjawab singkat pertanyaan putrinya.

Rista segera masuk dan menghampiri Savina yang tengah menggendong Alisa.

“Vin, sini Alisa. Aku sudah kangen sama anakku!” ucap Rista dengan nada ketus. Bukannya berterima kasih kepada adik iparnya, Rista tetap saja bersikap sama. Ia tidak pernah benar-benar menganggap Savina sebagai iparnya.

“Ini, Kak!” jawab Savina sambil menyerahkan Alisa kepada ibunya.

“Astaghfirullah, Vin, kamu apakan anakku?” teriak Rista ketika melihat kening anaknya benjol. Wanita itu menatap tajam ke arah Savina.

“Kak, tadi kebetulan Alisa sedang bersama ibu, karena aku mau mandi. Tiba-tiba Alisa terjatuh dari baby walkernya,” ucap Savina dengan nada penuh kejujuran.

“Jadi kamu mau nyalahin ibu? Jelas-jelas kamu yang bertugas menjaga Alisa. Kenapa kamu malah melemparkan semua kesalahan dan kelalaianmu kepada ibu? Apa kamu mau bilang kalau semuanya ini salah ibu?” Rista memarahi Savina dan menyalahkan wanita itu.

“Kak, maaf, aku tidak bermaksud menyalahkan siapapun. Aku hanya menjelaskan yang sebenarnya.” Savina berusaha menjelaskan semuanya kepada Rista namun, wanita itu justru memarahinya.

“Alah jangan banyak alasan. Kalau kamu tidak mau menjaga Alisa, bilang saja kepadaku. Pantas saja sampai detik ini kamu belum juga diberikan keturunan, ternyata ini alasannya!” ucap Rista dengan nada ketus. Wanita itu segera membawa Alisa bersamanya.

Sementara Savina hanya dapat terdiam dan mengucap istighfar. Kenapa ujian rumah tangganya dengan Firman begitu berat? Apa  Allah benar-benar ingin melihat kesungguhan Savina menjadi seorang istri yang begitu taat kepada suaminya? Wajah ke dua orang tuanya kembali terbayang di pelupuk matanya.

Bu Leni merasa heran melihat Rista menggendong Alisa dengan wajah ditekuk. Meski dia tahu alasan yang sebenarnya, tetap saja wanita itu berpura-pura tidak tahu apa-apa.

“Ada apa Ris? Kenapa kamu cemberut seperti itu?” tanya Bu Leni sambil menata piring di meja makan.

“Bu, Savina itu memang keterlaluan. Ibu lihat sendiri kepala Alisa sampai benjol begini, apa dia merasa iri denganku sehingga tidak mau menjaga dan mengasuh Alisa? Alisa itu keponakannya sendiri Bu, bukan orang lain!” Rista menumpahkan kekesalannya kepada Bu Leni tentang ketidak becusan Savina menjaga putrinya.

“Ris, Vina memang begitu. Dari dulu, Ibu sudah menasihati adikmu untuk mencari wanita lain saja. Padahal siapa yang tidak kenal dengan adikmu? Tampan, sholeh, memiliki jabatan bagus. Tapi sayang, lebih memilih Savina yang kampuangn itu!” cerocos Bu Leni tanpa jeda.

Ardi tampak canggung melihat perbincangan istri dan mertuanya. Sebagai menantu, ada rasa tidak tega kepada Savina yang sudah mau menjaga putrinya seharian tanpa imbalan.

“Sudahlah Dek, mungkin Savina memang tidak sengaja. Lagian Alisa sepertinya baik-baik saja.” Ardi berusaha menenangkan istrinya yang tengah terbakar emosi.

“Mas, kamu ini kenapa? Bukannya membela anak dan istrimu, kamu malah membela si wanita kampungan itu. Apa kamu mau jadi pahlawan kesiangan buat dia? Kamu sama Firman sama saja. Sama-sama mudah dibodohi dan ditipu sikap polosnya!” Rista berbicara dengan nada tinggi. Wanita itu tidak terima melihat Ardi membela Savina.

“Dek, bukan begitu. Menurutku Vina sudah baik karena mau menjaga Alisa. Kalau dia tidak menjaga Alisa, apa kamu bisa bekerja? Kamu pasti akan direpotkan oleh Alisa. Aku harap, kamu sementara ini bersabar sampai kita menemukan pengasuh untuk Alisa.” Ardi berusaha menasihati Rista yang masih menyimpan kekesalan kepada adik iparnya. Laki-laki itu hanya dapat menghela napas melihat sikap istri dan mertunya.

“Ardi, istrimu itu tidak bersalah. Vina itu memang keterlaluan. Lagian dia tahu kalau Ibu itu sudah sepuh, masa Ibu harus menjaga Alisa? Ibu kan juga punya kesibukan lain. Anggap saja Alisa itu sebagai pancingan dan pembelajaran sebelum Vina benar-benar memiliki anak!” Bu Leni tetap berkeras membela putrinya. Bagi Bu Leni, Savina adalah menantu yang harus mendatangkan manfaat untuk keluarga besarnya.

Ardi hanya terdiam dengan wajah tertunduk. Laki-laki itu kembali menyibukkan diri dengan sepiring makanan yang ada di hadapannya. Mungkin ketika mereka sampai di rumah, Ardi akan kembali membujuk istrinya untuk segera mencari pengasuh untuk Alisa supaya tidak membebani Savina.

“Assalamualaikum!” Firman masuk ke dalam dengan senyum di wajahnya. Ia menyalami Bu Leni dan kakaknya. Laki-laki itu juga menyapa Firman yang tengah bersiap untuk makan malam.

“Waalaikumussalam!” jawab mereka serentak. Meski terlihat penuh kecanggungan, Bu Leni berusaha mencairkan suasana.

“Man, duduk dulu. Kamu pasti sangat lapar setelah seharian bekerja!” ucap Bu Leni dengan senyum di wajahnya.

“Ya, Bu, terima kasih. Vina mana?” tanya Firman kepada Bu Leni yang tengah duduk di hadapannya.

Bukannya menjawab, Bu Leni justru menghela napas berat dengan wajah tertunduk lesu.

“Ada apa Bu? Apa Vina melakukan kesalahan lagi?” tanya Firman dengan tatapan penuh rasa penasaran.

“Man, Vina itu maunya apa sih? Lihat kening Alisa, tadi dia jatuh ketika Vina mau mandi. Apa dia sebenarnya tidak suka dengan anak-anak? Alisa itu kan anak kakakmu dan berarti anak kalian juga. Ibu pikir, dengan mengasuh Alisa, akan tumbuh rasa keibuan di hati istrimu. Tapi, hasilnya malah seperti ini!” ucap Bu Leni dengan nada sewot.

“Bu, maafkan Vina. Mungkin Vina belum terbiasa menjaga anak kecil. Nanti biar aku yang menasihatinya.” Firman berusaha bersikap netral. Ia tidak ingin memperkeruh permasalahan yang terjadi di keluarga besarnya.

“Man, mungkin ini salah satu alasan Allah belum mengizinkan kalian untuk memiliki keturunan karena istrimu belum memiliki jiwa keibuan. Kalau istrimu masih seperti ini, jangan harap kamu akan memiliki keturunan, Man!” sahut Rista dengan nada mengejek.

“Kak, keturunan itu hak Allah, kita sebagai manusia hanya bisa berusaha dan berdoa. Jadi, rasanya kurang tepat kalau Kak Rista meragukan kuasa Allah,” jawab Firman dengan tatapan lekat.

“Man, jangan mencari pembenaran. Dari dulu, kami tidak pernah setuju dengan pernikahan kalian. Selain Vina tidak sederajat, dia juga tidak lebih hanya wanita mandul yang akan menyulitkanmu di masa depan!” Rista tampak naik pitam dan berusaha melemahkan pendirian adiknya.

“Kakakmu benar, Man. Kalau istrimu belum juga memberikan keturunan, apa tidak sebaiknya kamu menikah lagi dengan perempuan lain?” ucap Bu Leni dengan penuh kelembutan.

***

Bersambung 

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Ketika Babu Jadi Ratu   Rasa Syukur

    Savina membuka matanya ketika mendengar suara yang sangat di kenalnya. Ya itu suara Shera."Shera?"Shera meminta turun dari pangkuan ayahnya, Fazlipun menurunkan sang putri di samping Savina.Shera menghambur kedalam pelukan Savina, membuat wanita itu kelagapan karena baru bangun."Sus Savina kenapa pergi?"tanya Shera."Sus tidak pergi Shera, Sus hanya pulang sebentar," jawab Savina sambil merapikan rambutnya yang berantakan."Kata Tante Nadia, Sus pergi dan tidak mau bermain denganku lagi,"balas Shera dengan wajah yang mulai mendung."Tidak Shera, buktinyan sekarang Sus ada di sini,"jawab Savina memeluk tubuh Shera hangat.Shrera yang sudah berkaca-kaca melepaskan tangisnya di dada Savina.Fazli hanya terdiam melihat putrinya saat melepas rindu dengan pengasuhnya."Ya Allah, berikanlah aku jodoh yang mampu menyayangi Shera sepenuh hati,'doa Fazli di dalam hati. Ia berharap calon istrinya nanti bisa menyayangi Shera dengan baik."Sus jangan pergi lagi,''ucap Shera penuh harap."

  • Ketika Babu Jadi Ratu   Berjumpa Kembali

    Firman dan Nayra terkejut mendengar pertanyaan dari Bu Leni. Sebenar hal ini sudah sering di tanyakan Bu Leni kepada mereka.Sampai saat ini belum ada tanda-tanda Nayra hamil."Firman, Nayra, kenapa kalian diam? Apa kalian tidak ingin memiliki keturunan?"sambung Bu Leni menatap tajam putranya.''Bu, kami ingin sekali memiliki seorang anak, tapi sampai saat ini kamibelum di beri rezeki,"jawab Firman dengan suara pelan.Sementara Nayra hanya tertunduk diam di samping suaminya."Kamu berusaha dong Man. Masa menbuat Nayra hamil saja tidak bisa,"jawab Bu Leni dengan nada suara penuh penekanan."Bu, kenapa Ibu berkata begitu?""Firman Ibu sudah tidak sabar menggendong seorang cucu. Nayra bagaimana kalau kamu periksa kondisi kamu? Maaf bukannya Ibu menuduh, tapi sebagai salah satu usaha kita tidak ada salahnya,"ucap Bu Leni meminta menantunya untuk memeriksakan kondisinya apakah bisa hamil atau tidak.Bagaikan di sambar petir, ucapan mertuanya seakan menghakiminya tidak bisa memberikan ket

  • Ketika Babu Jadi Ratu   Tuntutan Sang Mertua

    "Mbok katakan sekali lagi kepadakum kalau Mas Fazli mau menjemput pembantu itu!"perintah Nadia berapi-api, ia ingin meyakinkan sekali lagi kalau tunangannya sedang pergi menemui wanita yang lain. Orang yang ingin ditemui Fazli hanya seorang bekas pembantu ."B-benar Mbak, Pak Fazli sedang ke Purwokerto menjemput Savina,"jawab Mbok Nah bergetar, ia belum pernah melihat Nadia murka seperti sekarang."Cukup Mbok, kamu temani saja Shera, mungkin nanti dia butuih sesuatu,"ucap Nadia memerintahkan Mbok Nah menjauh dari hadapannya.Mbok Nah menurut saja, wanita itu kemudian pamit dan berlalu dari hadapan Nadia.Nadia meraih ponselnya dan menghubungi Fazli, ia ingin mengetahui langsung dari tunangannya itu apa benar dirinya pergi menjemput Savina."TUUUUT, TUUUUT, TUUUUT,""Mas, kamu keterlaluan! Panggilanku kamu tidak gubris,"Nadia semakin murka ketika Fazli tidak menerima panggilannya. Wanita itu menautkan gerahamnya dengan kuat.Nadia tidak menyangka Fazli ingin kembali memperkerjakan

  • Ketika Babu Jadi Ratu   Merasa Dikhianati

    "Baik Pak, aku bersedia kembali ke Jakarta,''ucap Savina bersedia untuk kembali bekerja di rumah Fazli. Setelah memikirkan dengan matang akhirnya Savina menerima ajakan Fazli.''Terima kasih Savina, aku sangat berterima kasih kepadamu karena bersedia kembali ke Jakarta,"ucap Fazli berbinar, ia sangat berbahagia karena keputusan yang diambil oleh Savina. Inilah yang diharapkan oleh laki-laki itu, Shera sangat membutuhkan kehadiran Savina.Setelah beristirahat sebentar, siang itu juga Fazli dan Savina bersiap untuk berangkat ke Jakarta. Mereka ingin secepatnya sampai di Jakarta karena Shera sudah menunggu kedatangan keduanya terutama Savina.''Bu Aku dan Savina, berangkat dulu,''ucap azli berpamitan kepada ibun Sarmah sambil memberikan sebuah amplop berisikan sejumlah uang. Awalnya Bu Sarmah menolak pemberian Fazli, tapi laki-laki terus memberikannya."Bu sampaikan salamku kepada Bapak,''lanjut Fazli.“Baik Pak, hati-hati di jalan,”jawab Bu Sarmah membantu memasukan barang bawaan

  • Ketika Babu Jadi Ratu   Kenapa Sulit Bagiku

    "Apa Ibu tidak salah mendengar?"ucap Savina masih belum percaya dengan kedatangan Fazli ke rumahnya. Menurutnya dirinya sudah tidak ada masalah lagi dengan mantan majikannya itu sejak Fazli memintanya berhenti bekerja. "Vina, Ibu memang sudah tua, tapi belum terlalu pikun. Orangnya sedang duduk di kursi, kamu temui saja sendiri, nanti kamu akan tahu sendiri apa itu Pak Fazli atau bukan,''jawab Bu Sarmah meminta putrinya menemui laki-laki yang datang pagi ini ke rumah mereka. Savina awalnya tampak ragu untuk menemui laki-laki yang mengaku sebagai Fazli. Wanita itu merasa khawatir jika benar itu Fazli, pasti ada sesuatu yang membuatnya datang jauh-jauh ke desa ini. Tapi apa masalahnya?Bu Sarmah mendesak putrinya agar menemui Fazli, ia merasa kasihan karena tamunya itu sudah menempuh perjalanan jauh dari Jakarta. Savina lalu memperbaiki jilbabnya dan dengan hati yang penuh tanda tanya, wanita itu kemudian melangkahkan kakinya meninggalkan dapur. Benar saja saat sampai di ruang

  • Ketika Babu Jadi Ratu   Tamu Tak di Undang

    "Nadia, untuk sementara waktu sebaiknya kita tidak bertemu dulu, sekarang aku ingin fokus dengan kesembuhan Shera,"ucap Fazli ingin mengakhiri pembicaraannya dengan Nadia lewat ponselnya. Wanita itu ingin datang ke rumah sakit untuk menjenguk Shera."Tapi Mas, aku mau meringankan beban kamu,"protes Nadia, ia merasa keberatan dengan keputusan Fazli."Nadia, cobalah mengerti keadaanku,"potong Fazli cepat.Walaupun Nadia bersikeras dan keberatan dengan keputusan sepihak Fazli namun, laki-laki itu tetap memutuskan untuk tidak mengizinkan Nadia bertemu dengan Shera sementara waktu. Saat ini baginya kesembuhan Shera adalah yang utama, jika Nadia masih menemui sang putri ia khawatir ini akan memperburuk keadaan.Setelah mengakhiri pembicaraannya dengan Nadia, Fazli meletakkan ponselnya di atas meja. Laki-laki itu kemudian mengedarkan pandangannya keluar dari jendela kaca rumah sakit. Suasana langit ibu kota tampak sudah mulai gelap.Jika hatinya sekarang tidak sedang bersedih pa

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status