Share

Part 9

"Waktu Mas tinggal tadi apa Mama memarahimu?" tanya Andra pada Inaya yang tidur di lengannya malam itu.

"Nggak, Mas. Ibu sangat baik, beliau hanya menasehatiku."

"Mama bilang apa?"

"Wanita yang akan selalu dirugikan dalam sebuah pernikahan bawah tangan."

Andra merapatkan dekapan. Mencium aroma wangi rambut tebal Inaya. Dia yang telah membawa Inaya dalam hidupnya, maka dari itu dia akan bertanggung jawab sepenuhnya.

"Ibu benar, Mas. Kita harus jujur pada Mbak Marina. Aku akan meminta maaf, walaupun mungkin nggak akan pernah dimaafkan. Kita cari waktu yang tepat, ya." Inaya berkata sambil mendongak, memandang wajah suaminya. Andra mengangguk kemudian mendekap lagi. Dia sangat paham apa yang bakalan terjadi setelah ini. Hanya satu yang ditakutkan Andra, papanya Marina bisa menempuh banyak cara untuk menyingkirkan Inaya.

Pria itu ingat bagaimana rapinya orang suruhannya saat menyingkirkan saingan bisnisnya. Juga menyingkirkan jauh-jauh perempuan simpanannya sebelum di ketahui mamanya Marina.

Embusan berat napas Andra membuat Inaya kembali memandang suaminya. Namun sebelum berkata-kata, Andra kembali membawanya dalam rengkuhan. Keduanya bisa terlelap setelah malam benar-benar larut.

Seperti biasanya, Inaya akan bangun sebelum azan subuh untuk memasak dan mencuci baju. Hari ini dia harus kerja, dia hanya mengambil cuti sehari saja. Sebelum pergi, makanan harus tersedia hingga siang nanti untuk mertuanya.

Bu Safitri yang terbangun perlahan membuka pintu kamar, dari pintu yang sedikit terbuka dia bisa melihat Inaya yang sibuk menyiapkan bahan masakan di meja dapur. Kemudian pergi untuk melihat cuciannya di mesin. Belum genap dua puluh empat jam, beliau bisa menilai seperti apa wanita itu. Bagaimana Andra tidak jatuh cinta pada perempuan yang menjalani perannya sebagai istri dengan baik dan sangat menghargainya sebagai kepala rumah tangga.

Namun beliau tidak boleh berpihak pada siapapun. Tugasnya hanya mendoakan agar semuanya diberikan jalan penyelesaian yang baik. Bagaimanapun cara yang diambil Andra dan Inaya tetap salah. Tapi sikap Marina juga tidak dibenarkan.

Suara Azan Subuh berkumandang, Bu Safitri bergantian mengambil air wudhu dengan Inaya, kemudian di susul oleh Andra. Mereka melaksanakan Salat Subuh berjamaah.

💐💐💐

Dua minggu di rumah Andra, Bu Safitri bisa merasakan bagaimana dihargai menantu perempuan. Sebelum hatinya condong pada salah satu pihak, lebih baik segera pulang. Sebenarnya beliau masih betah di sana, Andra selalu mengajaknya jalan-jalan setelah pulang kerja atau pas hari libur untuk melihat keindahan kota itu. Beliau menyukai suasana damai di sana.

Hari Senin pagi, Andra mengantarkan ibunya ke bandara. Inaya tidak ikut, karena harus masuk kerja.

"Segera selesaikan masalahmu, jangan di tunda-tunda lagi."

"Iya, Ma. Nanti setelah ulang tahunnya Amel."

Bu Safitri mengangguk. Rasa cemas memenuhi dada. Ulang tahun cucunya hanya tinggal dua mingguan lagi. Waktu yang tidak lama.

Next ....

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Bintang ponsel
ketemu lagi sma mbk lis aduh karya mu yg ini agk seremmm, hihi sbnrnya apapun alasan nya ttp salah yg kedua klo udh mmg gk suka bgs pisah aja andra nya krna di didua kan itu sakit smntra yg kedua msih bsa memilih mau jdi yg kedua ato menolak jgn ditiru ya gays ini slah bgt n sakit bgt apapun alasann
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status