Share

2 Cemburu Sedikit Saja

Author: Setia_AM
last update Last Updated: 2024-05-07 17:53:22

“Aku sudah boleh mengaktifkan ponsel belum ya?” gumam Kalila, saat pagi harinya dia terbangun dan Gio masih belum terlihat di manapun.

Meskipun demikian, Kalila tidak bisa mengurung diri di penginapan terus menerus hanya untuk menunggu Gio datang menjemputnya.

Aku harus cari makan, pikir Kalila sambil bersiap untuk mandi.

Beberapa saat kemudian, Kalila berjalan-jalan sendirian di sekitar pantai. Tidak lupa dia membawa uang yang sempat Gio masukkan ke dalam tasnya sebelum mereka berangkat bulan madu kemarin.

Meskipun faktanya Gio berada entah di mana, Kalila bertekad untuk menikmati momen bulan madu ini. Kesempatan tidak datang dua kali, terlebih lagi bisa menjadi istri Giordano, seorang cucu konglomerat yang memiliki usaha di berbagai bidang.

Karena perutnya mulai menjerit lapar, Kalila memutuskan untuk berhenti di depan salah satu resto yang berderet sejajar. Begitu dia melangkah masuk, kedua matanya terbelalak menyaksikan pemandangan yang tersaji tidak jauh darinya.

Gio ternyata sedang duduk di salah satu meja dan dia tidak sendirian, ada seorang wanita yang tertawa-tawa bersamanya.

Perih di hati Kalila jangan ditanya, apalagi melihat kelakuan Gio yang balas tertawa menanggapi candaan yang dilontarkan wanita itu.

Aku tidak boleh mikir negatif, batin Kalila sembari memilih meja lain yang jaraknya cukup jauh. Mungkin saja mereka hanya teman ....

Ketika pelayan resto datang, Kalila memesan sepiring nasi goreng dan segelas teh hangat. Sembari menunggu pesanan dibuat, Kalila melirik ke arah meja Gio sesekali. Suaminya itu menunjukkan sikap yang bertolak belakang jika sedang bersamanya.

Penuh senyum, tatapannya hangat, dan jauh lebih ceria ketika wanita itu bercerita penuh semangat terhadapnya.

Entah apa yang mereka bicarakan, Kalila sibuk menerka-nerka dalam hati.

“Silakan, ini pesanannya ....”

“Saya bayar sekalian, berapa?” tanya Kalila sambil meraih beberapa lembar uang.

“Saya urus ke kasir dulu, Bu.”

“Kembaliannya buat kamu saja.”

“Terima kasih, Bu!”

Kalila mengangguk dan sengaja memberikan uang lebih kepada pelayan itu. Dia mulai menyantap makanannya seraya terus memperhatikan gerak-gerik Gio dan juga wanita itu.

“Kenyang ... kita pergi, yuk?”

“Sebentar, kopinya belum habis ....”

Kalila mempercepat makannya ketika melihat wanita itu bersiap-siap meninggalkan meja. Gio menghabiskan kopinya, membersihkan bibir dengan tisu, lalu dia melambaikan tangan ke arah pelayan yang berada tidak jauh dari mereka.

Kalila buru-buru meneguk teh hangat miliknya sampai habis, lalu sengaja menyembunyikan wajahnya dengan daftar menu.

Gio yang tidak menyadari keberadaan sang istri, terlihat berjalan santai dan tidak keberatan saat si wanita memeluk erat lengan kekarnya.

Sambil mengendap-endap, Kalila berjalan membuntuti mereka berdua yang pergi menuju ke pantai.

Bisa-bisanya dia selingkuh, rintih Kalila dalam hati. Meskipun mereka berdua dijodohkan, tidak bisakah Gio menghormati pernikahan mereka sedikit saja?

Setibanya di pantai, Gio dan wanita itu duduk berdampingan di atas pasir. Kalila sengaja duduk agak jauh di belakang mereka, dia berencana untuk memotret kebersamaan pasangan peselingkuh itu.

Kalila tidak tahu apa gunanya, tapi yang pasti dia bisa menggunakan bukti ini sewaktu-waktu jika dibutuhkan.

Tidak jauh dari keberadaannya, seorang pria jangkung terlihat sedang memotret pemandangan di sekitarnya dan dari dialah Kalila mendapatkan ide serupa.

Namun, saat Kalila mengeluarkan benda pipih itu, dia mendadak teringat dengan janjinya kepada Gio untuk tidak mengaktifkan ponsel sementara waktu.

Tapi kan aku hanya mau ambil foto sebagai bukti, kilah Kalila dalam hati. Dia tetap menyalakan ponsel miliknya, dan harus menunggu beberapa saat sampai benda pipih itu bisa dioperasikan.

Kalila bergegas membidik Gio dan si wanita yang merangkul pinggangnya erat tanpa rasa malu, dia mengambil beberapa foto dan mengamati hasil jepretannya dengan perasaan tidak menentu.

Meskipun sampai detik ini Gio belum memperlakukannya secara layak sebagai istri, tidak bolehkan dia cemburu sedikit saja?

Beberapa saat kemudian, ponsel Kalila bergetar berkali-kali seiring dengan banyaknya notifikasi yang masuk hingga dia terpana menatap layar ponsel di tangan.

“Nenek telepon ...” gumam Kalila dengan wajah muram, dia berpikir jika nenek Gio pasti bertanya-tanya kenapa ponselnya tidak bisa dihubungi.

Karena itulah Kalila mengirim pesan dan terpaksa berbohong dengan memberi tahu jika sinyal di sana sangat buruk.

“Sedang apa kamu di sini?”

Kalila duduk membeku, tatapan matanya terarah ke sepasang kaki yang tidak mengenakan alas. Perlahan dia mendongakkan kepala dan langsung bertemu pandang dengan Gio!

“Mas ....”

“Kamu sengaja membuntuti aku?”

Kalila menggeleng sembari menatap Gio yang berdiri tegak menjulang di hadapannya.

“Sudahlah, ngapain ngurusi dia?” rajuk wanita yang terus bergelayut manja di lengan Gio.

Melihat interaksi yang tidak biasa antara suaminya dan wanita itu, Kalila lantas berdiri dan menatap Gio dengan saksama.

“Siapa dia?” tanya Kalila dengan mata memicing.

“Tidak sopan kamu ya!” hardik wanita itu tanpa melepaskan pelukannya dari lengan Gio.

“Aku tanya siapa dia, Mas?”

“Bukan urusan kamu ....”

“Aku ini istrinya, aku berhak tahu!” Kalila memotong ucapan wanita di samping Gio.

“Hei, aku juga ....”

“Hentikan, biar aku yang atasi dia.” Gio menyela.

“Tapi ....”

Gio menggeleng tegas, membuat wajah wanita itu memerah menahan kesal.

“Kamu ngapain pegang ponsel, jangan bilang kalau kamu mengaktifkannya?” tanya Gio tajam setelah dia melepas pegangan si wanita.

Fokus Kalila teralihkan, dia segera memasukkan ponsel itu ke dalam tas, tapi Gio menahan tangannya.

“Jangan macam-macam kamu, Lila.”

“Kamu sendiri, apa yang sudah kamu lakukan? Ini bulan madu kita, tapi kamu malah selingkuh sama dia!”

Gio menatap tajam Kalila, yang mencoba untuk tidak gentar karena memang dia dalam posisi yang tidak bersalah.

“Kita kembali ke penginapan, aku jelaskan nanti di sana ....”

“Aku bagaimana, Mas?” sela wanita itu.

“Aku akan menemui kamu lagi,” janji Gio, membuat Kalila menggeleng tidak percaya.

Wanita itu mengentakkan kakinya sambil bersungut-sungut, tapi Gio tetap berlalu bersama Kalila dan meninggalkan kawasan pantai.

“Mana ponsel kamu?” tanya Gio begitu dia dan Kalila tiba di kamar penginapan.

“Buat apa?”

“Aku periksa galeri foto dan juga aplikasi pesan.”

“Ini privasiku, kamu tidak berhak ....”

“Aku suami kamu, tugas kamu adalah mematuhi apa pun perintahku.”

Kalila mengangkat alisnya. “Suami? Baru sekarang kamu mengakui kalau kamu adalah suamiku?”

“Sudahlah, mana ponselnya?” tanya Gio, dia merampas tas Kalila dengan tidak sabar dan segera menggeledahnya.

“Tunggu, Mas! Kamu tidak bisa seenaknya seperti ini!”

Gio tidak mempedulikan protes yang Kalila berikan, dia sibuk memeriksa galeri foto yang ada pada ponsel istrinya.

“Kurang ajar,” desis Gio dengan mata berkilat-kilat. “Ternyata diam-diam kamu memotret kami ...?”

Kalila agak menciut mentalnya ketika wajah Gio menoleh.

“Kamu yang ketahuan selingkuh, kenapa kamu yang marah?”

“Siapa yang selingkuh?”

“Kamu!”

“Aku tidak selingkuh, hati-hati kalau bicara.”

“Terus siapa perempuan itu?”

Gio tidak menjawab pertanyaan Kalila, melainkan dia mengembalikan ponsel itu setelah menghapus seluruh fotonya bersama wanita tadi.

Bersambung—

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Cecilia Chichot
sungguh suami yg kejam
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Ketika Istri Lemahku Menunjukkan Kekuatannya    162 (TAMAT) S2: Akad Nikahnya Batal?

    “Gio pasti mencariku!” Kalila agak kesulitan turun karena sudah mengenakan kebaya warna maron. “Kamu akan tetap di sini,” tegas Arka, mencekal pergelangan tangan Kalila. “Aku tidak bisa, mana ponselku? Aku harus pesan taksi!” “Aku bawa mobil, tidak usah pesan taksi.” Karena tidak ada pilihan lain, terlebih karena ponsel juga tidak dalam jangkauannya, Kalila terpaksa mengikuti saran Arka. Sebenarnya apa yang terjadi, batin Kalila saat mobil Arka mulai melaju. Dia ingat betul bahwa terakhir kalinya ada di gedung dan bersiap melangsungkan akad nikah dengan Gio, lalu saat berganti pakaian .... Sepertinya ada yang membekapku, sambung Kalila dalam hati. “Kenapa wajahmu tegang begitu?” tanya Arka memecah keheningan. “Tidak apa-apa!” Kalila buru-buru menggeleng. “Kamu ... hadir di acara Gio?” “Aku datang mewakili ayahku, tidak enak juga kalau tidak datang.” Kalila diam, ada setitik rasa curiga terhadap Arka. Namun, dia tidak ingin menampakkan rasa curiganya itu secara teran

  • Ketika Istri Lemahku Menunjukkan Kekuatannya    161 S2: Pernikahan Tidak Bisa Terlaksana

    “Sudah terlambat, percuma saja.” “Kenapa percuma, Mas? Aku akan bujuk Lila kalau itu yang kamu inginkan!” Arka menoleh dan menatap Sofi dengan penuh benci. “Sudah ada laki-laki lain yang akan merujuk Lila, sepupuku sendiri!” Sofi tercenung. “Jadi ... kita sudah terlambat?” Arka mendengus, merasa muak dengan sikap Sofi yang terkesan lemah. “Tapi ... apakah Lila benar-benar tidak bisa dibujuk lagi?” “Bujuk saja kalau kamu bisa,” pungkas Arka datar. Sofi masih berdiri membeku dengan pakaian dinas yang melekat di tubuhnya. Sepertinya ini bukan saat yang tepat, pikir Sofi muram. Suasana hati Arka jelas sedang buruk, sehingga akan sangat egois jika dia tetap meminta keinginannya. “Arka, akhir-akhir ini ayah perhatikan kamu semakin parah saja.” Sandy berkomentar di hadapan Sania dan Sofi saat sarapan pagi. “Pergilah berlibur kalau memang kamu membutuhkannya.” Arka menatap Sandy dengan sorot mata redup. “Ayah tahu apa yang aku inginkan.” “Arka, kamu bukan anak kecil lag

  • Ketika Istri Lemahku Menunjukkan Kekuatannya    160 S2: Arka Tidak Memiliki Hasrat?

    Ayah dan ibu Kalila saling pandang. “Kamu serius?” “Pernikahan ini tidak untuk main-main, kamu sadar?” “Aku sangat serius, dan aku sadar itu.” Gio menatap kedua orang tua Kalila bergantian. “Kamu pernah menduakan putri kami,” ungkit ayah Kalila, seolah hal itu belum lama terjadi. “Sekali lagi aku minta maaf, Yah. Tapi kali ini aku jamin, aku tidak akan mengecewakan Lila. Dia hanya jadi satu-satunya istri jika kami rujuk nanti.” Ayah Kalila menarik napas panjang dan tidak menjawab. “Lila sendiri bagaimana?” tanya ibu ingin tahu. “Kami sudah bertemu dan Lila menyerahkan sepenuhnya kepada Ayah dan Ibu.” “Kalau begitu kami juga harus membicarakannya dengan Lila terlebih dahulu,” pungkas ayah. “Kamu tidak bisa mengambil keputusan sepihak, karena nantinya Lila yang akan menjalani ini semua.” Gio mengangguk, menurutnya pertemuan ini tidaklah terlalu buruk dari yang dia bayangkan. Kalila sedang ikut mengepak pesanan reseller ketika ponselnya berdering nyaring. “Izin seb

  • Ketika Istri Lemahku Menunjukkan Kekuatannya    159 S2: Jangan Mencari Kekuranganku

    Sesaat setelah mobil Gio melaju pergi, mobil Arka justru baru saja menepi di depan outlet Zideka. “Sepertinya Lila serius mau rujuk sama Gio,” gumam Arka nyaris putus asa. “Ya ampun, aku harus bagaimana?” Ingin rasanya Arka membuntuti mereka, tapi dia tidak kuat menyaksikan kebersamaan mantan istrinya. “Sudah kamu pertimbangkan matang-matang?” tanya Gio begitu dia dan Kalila sudah berada di dalam kafe miliknya. “Pertimbangkan apa?” “Rujuk lah!” Kalila mengerutkan keningnya. “Itu serius? Tidak, kan? Aku tahu kamu mengatakannya spontan saja karena terbatasnya waktu untuk berpikir, sekarang jadi seperti ini kan ...” Giliran Gio yang mengerutkan keningnya, dia tidak mengira jika Kalila menganggap apa yang dia katakan di media tempo hari adalah sebuah ketidaksengajaan. “Kita bisa menjadikannya benar-benar serius,” cetus Gio, tapi malah mendapat tatapan tajam dari Kalila. “Demi Noah, tentu saja!” imbuh Gio buru-buru supaya Kalila tidak salah paham. “Anak keci

  • Ketika Istri Lemahku Menunjukkan Kekuatannya    158 S2: Laki-laki itu Sama Saja

    Kalila untuk sementara tidak mau pusing-pusing memikirkan berita yang beredar tentang dirinya dan Gio. Namun, tetap saja dia merasa kebingungan juga saat ibunya menelepon untuk mengonfirmasi kebenaran itu. “Kamu serius mau rujuk sama Gio?” Kalila menarik napas panjang, tidak tahu harus memulai dari mana untuk menjelaskan duduk perkara yang sebenarnya. “Belum pasti kok, Bu ...” “Kok belum pasti, bagaimana sih? Jangan jadikan pernikahan sebagai permainan, Lil!” “Bukan maksudku begitu, tapi memang semua ini serba mendadak dan belum pasti. Aku tidak menganggap serius ucapan Gio di depan media, mungkin biar meredam kesalahpahaman saja.” “Salah paham seperti apa sampai kalian harus bicara dusta di depan orang-orang?” Kalila lagi-lagi bingung jika harus menjelaskan kejadian yang bermula di rumah kontrakannya. “Ceritanya panjang, Bu. Mungkin Ibu bisa hubungi Gio karena dia pertama kali punya ide bilang rujuk di depan orang-orang,” usul Kalila, mau tak mau harus menumbalkan Gio.

  • Ketika Istri Lemahku Menunjukkan Kekuatannya    157 S2: Kehadiran Gio Merusak Segalanya

    “Jelaskan ini, Dan! Apa maksudnya?” Dengan suara melengking miliknya, Soraya mengintrogasi sang putra begitu mereka bertemu. “Jelaskan soal apa, Bu?” “Itu, berita yang sedang beredar! Kamu bilang kalau kamu akan rujuk dengan mantan istri kedua kamu kan?” Gio menatap Soraya sekilas. “Doakan saja, Bu.” “Maksud kamu apa? Kalian betulan mau rujuk?” “Kalau memang itu takdirku, mau bagaimana lagi?” “Kamu jangan bercanda, Dan! Kalau kamu sudah ada keinginan untuk menikah lagi, kenapa tidak cari orang lain saja?” “Memangnya kenapa, Bu? Lila kan ibu dari anakku juga ...” “Tapi ibu tidak setuju! Apa kamu tidak ingat bagaimana dia berkeras untuk cerai dari kamu, jadi buat apa sekarang kamu rujuk sama dia? Buang-buang waktu, tenaga, dan pastinya uang!” Gio menarik napas. “Entahlah, kita lihat saja nanti. Setidaknya Lila bukanlah orang lain dalam keluarga kita.” Tidak puas dengan jawaban Gio, Soraya mencebikkan bibirnya. Susah payah dia mencarikan calon yang sesuai untuk Gio

  • Ketika Istri Lemahku Menunjukkan Kekuatannya    156 S2: Anda Berdua Akan Rujuk?

    Kalila memijat-mijat kepalanya yang terasa pening, di sebelahnya ada Bik Nuri yang sedang menyeduh secangkir teh lemon untuknya. “Jangan terlalu dipikirkan, Nyonya. Saya saksinya kalau Nyonya dan Tuan tidak berbuat seperti apa yang mereka tuduhkan ...” hibur Bik Nuri seraya menghidangkan teh buatannya. “Tapi kan masalahnya mereka lihat sendiri bagaimana Tuan ada di rumah ini, kami tidur hanya dengan Noah sebagai pembatas ... Saya malu, Bik. Orang-orang di luar sana pasti berpikiran macam-macam tentang kami ...” Bik Nuri mengusap-usap bahu Kalila untuk meredakan kegelisahannya. “Kita memang tidak bisa memaksa orang untuk percaya dengan apa yang kita jelaskan, Nyonya. Mereka cenderung mempercayai apa yang mereka lihat saja,” ujar Bik Nuri. “Mungkin butuh beberapa waktu lagi sampai kejadian ini mereka lupakan ...” Kalila menatap tehnya. Apa mungkin mereka akan lupa kejadian tadi seiring berjalannya waktu? Dia tidak yakin karena beberapa orang dari mereka bahkan secara terang-ter

  • Ketika Istri Lemahku Menunjukkan Kekuatannya    155 S2: Kalian Kumpul Kebo?

    Noah terbangun dengan kaget dan kebingungan melihat keberadaan banyak orang di depannya. “Sebentar, sebentar ... ada apa ini?” Gio yang baru terbangun dari tidurnya, tampak bingung dengan situasi ruang tamu yang kini penuh orang. “Ada apa, ada apa, ada yang mesum di lingkungan ini!” “Mesum?” “Jangan pura-pura tidak tahu, kamu bukan warga sini kan?” Melihat Noah yang bingung sekaligus ketakutan, Kalila mengisyaratkan kepada Bik Nuri untuk memeluknya. “Saya cuci muka sebentar,” kata Kalila tegas. “Tidak bisa begitu, kamu pasti mau kabur ya?” “Kalian harus mempertanggungjawabkan perbuatan kalian!” Suara-suara ribut terus terdengar di seluruh ruangan. “Paling tidak jangan membuat anak ini takut!” seru Bik Nuri sambil mendekap Noah erat-erat. “Ini hanya salah paham, berikan kesempatan pada majikan saya untuk menjelaskan. Paling tidak biarkan nyonya saya cuci muka dulu!” “Nanti dia kabur ...” “Untuk apa saya kabur? Rugi, saya sudah membayar sewa rumah ini

  • Ketika Istri Lemahku Menunjukkan Kekuatannya    154 S2: Dikira Pasangan Mesum

    Ketika hari mulai malam, demam di tubuh Noah semakin meninggi. “Minum obat dulu, ya?” bujuk Kalila. “Habis ini Noah tidur ...” “Ayah kapan datang, Bu?” Kalila tidak segera menjawab. “Telepon ayah ...” pinta Noah pelan, wajah yang biasanya ceria itu kini terlihat sayu. Sumpah demi apapun, Kalila tidak tega melihat Noah sakit seperti ini. Apa dia betul-betul harus menelepon Gio? Tapi ini kan sudah malam, batin Kalila tidak mengizinkan. “Noah tidur dulu ya, besok baru ibu telepon ayah.” “Gak mau, aku mau ayah sekarang ...” Kalila tidak mendengarkan dan malah berbaring di samping Noah, di dekatnya sang putra dengan erat dan berharap panas itu berpindah ke tubuhnya saja. “Sama ibu dulu, nama Harus istirahat biar cepat sembuh.” “Mau ayah sekarang ... Ayah ...” Kalila terlihat bimbang, dia tentu segan jika harus menghubungi Gio malam-malam begini. Namun, melihat keadaan Noah yang sedang terbaring demam, membuatnya tidak tega untuk tetap menolak keinginannya. “Halo?

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status